Sudah 2 hari ini Sandra bekerja menjadi sekretaris Daven. Sebenarnya bekerja dengan Daven cukup mudah karena laki-laki itu tidak banyak menuntut. Asalkan pekerjaan bisa Sandra selesaikan dengan benar dan tepat waktu maka Daven hanya akan diam. Tapi yang sulit disini adalah bagaimana Sandra harus mengontrol perasaannya kepada Daven. Saat Daven memiliki istri dan jauh dari jangkauannya saja perasaan Sandra kepada laki-laki itu tetap bertahan, apalagi sekarang yang notabene status Daven sudah menjadi duda. Dan yang paling penting adalah Daven yang saat ini ada dalam jangkauan Sandra. Walaupun jangkauan itu bukan dalam konteks dimana Daven menjadi miliknya, tapi setidaknya raga Daven dalam jangkauan mata Sandra.
Seperti biasa Sandra datang ke kantor lebih awal dibandingkan dengan bosnya. Begitu sampai di ruangannya, Sandra langsung mengambil jurnal jadwal pekerjaan Daven yang sudah dia susun kemarin. Berbeda saat menjadi sekretaris Om Dani, sekarang ini Sandra tidak lagi menunggu kedatangan bosnya itu dari ruangannya sendiri. Sandra harus menunggu kedatangan Daven di ruangan laki-laki itu dengan alasan Daven tidak ingin membuang waktu. Begitu Daven sampai, Sandra harus segera membacakan jadwal pekerjaannya. Dan ada satu lagi pekerjaan tambahan untuk Sandra, yaitu menyiapkan kopi untuk Daven.
“Udah kaya istri aja aku setiap pagi harus nyiapin kopi.” Ujar Sandra bergumam dalam hati.
Bahkan karena permintaan Daven ini, Sandra sampai meminta bantuan Bunda Sya untuk bisa membuat kopi yang rasanya enak seperti yang setiap hari Bunda Sya buatkan untuk Ayah Radit.
Awalnya Sandra takut kalau selera kopi Daven tidak sama dengan selera Ayah Radit, tapi ternyata dugaan Sandra salah. Karena Daven menyukai kopi buatan Sandra yang menggunakan resep dari Bunda Sya.
Flashback
“Gimana Pak? Apa rasanya sesuai dengan keinginan bapak? Soalnya saya jarang buat kopi.” Ujar Sandra saat pertama kali menyuguhkan kopi buatannya kepada Daven. Sebenarnya bukan jarang membuat kopi, Sandra bahkan hampir tidak pernah membuatnya.
“Lumayan.” Jawab Daven singkat.
“Ehhmm, kalau enggak enak besok biar saya minta OB aja yang buatin Pak, pasti rasanya bakal lebih enak.” Ujar Sandra kepada Daven.
Sama sekali Sandra tidak kecewa dengan jawaban Daven. Karena pada dasarnya Sandra sama sekali tidak berekspektasi bahwa Daven akan menyukai kopi buatannya.
“Tidak usah, kamu saja yang buat.” Jawab Daven sambil sekali lagi menyeruput kopinya.
Flashback off
Selesai membuat kopi, Sandra langsung membawanya ke ruangan Daven. Yang mana saat ini laki-laki itu belum datang. Sandra melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya, masih ada waktu 5 menit lagi sampai Daven datang.
Sembari menunggu Daven datang, Sandra mendudukkan dirinya di sofa yang ada di ruangan Daven sembari membaca kembali jadwal pekerjaan Daven yang dia buat. Antisipasi kalau ternyata ada jadwal yang terlewat.
Dan benar, 5 menit kemudian Daven datang. Masuk kedalam ruangannya dengan setelan jas berwarna navy yang membuat laki-laki terlihat gagah. Jangan lupakan juga aroma semerbak dari parfum yang yang Daven pakai.
Melihat penampilan Daven membuat Sandra terpesona sejenak. Barulah Sandra sadar saat Daven melewatinya begitu saja.
“Selamat pagi Pak Daven.” Ujar Sandra menyapa Daven dengan formal.
“Pagi, jadwal saya hari ini apa?” Tanya Daven seraya menyeruput kopi yang sudah tersaji di mejanya.
“Hari ini ada beberapa berkas yang harus Anda tandatangani, ada juga proposal kerja sama dari beberapa perusahan yang perlu Anda pelajari. Dan nanti siang ada jadwal makan siang dengan kolega bersama Pak Dani. Sudah itu saja jadwal Anda hari ini Pak.” Ujar Sandra menjelaskan.
“Kamu ikut?” Tanya Daven kepada Sandra.
“Maksud Pak Daven?” Sandra bingung dengan maksud pertanyaan Daven.
“Kamu ikut saya dan Daddy makan siang dengan kolega atau tidak?” Ujar Daven menjelaskan.
“Tidak Pak, hanya Anda dan Pak Dani.” Jawab Sandra sopan.
Daven menganggukkan kepalanya paham.
“Kalau begitu saya permisi untuk kembali ke ruangan saya Pak.” Ujar Sandra kepada Daven.
“Ya.”
Setelah mendapatkan jawaban dari Daven, Sandra segera keluar dari ruangan itu dan kembali ke ruangannya sendiri bersama dengan Marcel.
Setelah Sandra keluar dari ruangannya, Daven segera menghabiskan kopinya. Kalau boleh jujur kopi buatan Sandra ini sangat enak, tidak berbeda jauh dengan kopi buatan Mama Laras yang menjadi favorit Daddy Dani.
Sebenarnya Daven bukan tidak sadar kalau Sandra terlihat canggung saat satu ruangan bersama dengannya. Daven pikir mungkin karena mereka sudah lama tidak bertemu ditambah saat ini Sandra menjadi sekretaris dan dia bosnya. Pastinya itu salah satu faktor yang membuat Sandra menjaga jarak dengannya. Padahal Daven sendiri biasa saja, dia sama sekali tidak merasa canggung dengan Sandra karena pada dasarnya sejak dulu Daven sudah menganggap Sandra seperti adiknya.
Meskipun sejak dulu Daven memang memiliki pribadi yang dingin dan cuek, tapi itu sama sekali tidak membuat Sandra menjauh darinya. Bahkan dibandingkan bersama Davian yang kepribadiannya lebih hangat dari Daven, entah kenapa Sandra justru lebih lengket dengannya. Tapi sejak masuk SMA Sandra sudah tidak lagi terlalu dekat dengan Daven. Dan menurut Daven itu wajar karena pasti Sandra sudah mulai sibuk dengan dunia remajanya, ditambah Daven juga sudah jarang bermain ke rumah keluarga Santoso karena kesibukan kuliahnya dan juga karena dia sudah memiliki pacar, yakni Larisa.
Padahal tanpa Daven tau bahwa sebenarnya Sandra mulai menjauh dari Daven karena gadis itu tau kalau Daven sudah memiliki pacar. Dan saat itu ternyata Sandra sudah memiliki rasa cinta kepadanya.
Sandra merasa tidak enak terlalu dekat dengan Daven sementara laki-laki itu sudah memiliki pacar. Jadi keputusan yang baik adalah dengan menjauhinya. Dengan begitu Sandra berharap perasaannya kepada Daven akan menghilang. Tapi nyatanya tidak, sampai sekarang Sandra masih mencintai Daven. Dan yang tau perasaan Sandra kepada Daven hanya Aleera dan Tuhan saja.
Sandra mendudukkan dirinya di meja kerjanya.
“Sandra…” Marcel memanggil Sandra.
“Hem… Kenapa Mas?” Tanya Sandra seraya mengalihkan perhatiannya kepada laki-laki yang memanggilnya itu.
“Kamu kenapa sih San, kayanya sejak jadi sekretaris Pak Daven sering banget bengong begitu. Kenapa? Nggak betah kerja sama dia?” Tanya Marcel kepada Sandra.
Sandra tersenyum tipis kemudian menggelengkan kepalanya.
“Betah-betah aja kok, kenapa emangnya? Karena aku sering bengong? Emang aku anaknya tukang bengong Mas.” Jawab Sandra.
“Aku tau sih kalo kamu emang suka bengong, tapi kali ini kamu tuh bengongnya keseringan.” Ujar Marcel.
“Enggak ah, biasa aja.” Jawab Sandra santai.
Padahal dalam hati pun Sandra mengakui kalau dia memang terlalu sering bengong sejak menjadi sekretaris Daven. Setiap hari selalu saja ada sesuatu mengenai Daven yang membuat Sandra memikirkannya. Padahal Daven tidak melakukan apa-apa, tapi selalu bisa membuat Sandra berpikir. Sudahlah, Sandra sendiri juga tidak paham dengan dirinya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments
Desy
sabar ya Sandra pasti akan indah pada waktu nya
2022-11-19
2
ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠Hana Nurul Azizah🍩ᴬ∙ᴴ࿐
Satu ruangan bersama crush itu
2022-11-09
0
Fatimah Alfian
💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛👍
2022-09-12
1