Hari ini Daven ada rapat diluar dengan seorang kolega dari Bali. Hanya saja ternyata berkas yang seharusnya Daven bawa justru ketinggalan di rumah. Disini Daven tidak bisa menyalahkan siapa-siapa termasuk Sandra, karena ini merupakan murni kesalahannya sendiri.
“Apa lebih baik saya pesen ojek online aja buat ambilin berkasnya Pak?” Ujar Sandra menawarkan sebuah solusi.
“Rapat mulai jam berapa?” Tanya Daven menghiraukan pertanyaan yang Sandra ucapkan lebih dulu.
“Kurang satu setengah jam lagi Pak.” Jawab Sandra tenang.
“Kalau gitu kita berangkat sekarang aja sekalian mampir ke rumah untuk ambil berkasnya.” Ujar Daven kepada Sandra.
Lagi pula rumah keluarga Persada tidak jauh dari restoran yang sudah direservasi untuk tempat rapat nanti. Jadi nanti Daven dan Sandra bisa berangkat ke tempat rapat dari rumah.
“Baik Pak.” Jawab Sandra patuh.
Seperti biasa Daven tidak menggunakan supir. Laki-laki itu memang lebih suka menyetir sendiri daripada harus menggunakan jasa supir.
Daven masuk kedalam mobil, sementara Sandra hanya berdiri diluar. Melihat itu Daven menurunkan kaca mobilnya.
"Masuk! Kenapa masih berdiri disitu?" Ujar Daven.
"Ooh saya ikut semobil Pak Daven?" Tanya Sandra dengan wajah polosnya.
Daven memang tau kalau Sandra berangkat ke kantor membawa mobil sendiri, jadi Sandra pikir dia akan ikut ke tempat rapat naik mobilnya sendiri.
"Iya lah, kalau nggak semobil kamu mau naik apa?"
"Saya bisa naik mobil sendiri Pak, kan saya bawa mobil."
Daven menghela nafas kasar.
"Cepet naik." Ujar Daven dengan nada tegas.
Buru-buru Sandra membuka pintu mobil bagian belakang. Baru saja dia akan duduk... suara Daven menginterupsinya lagi.
"Duduk di depan, saya bukan supir kamu Sandra." Dari nada suaranya sepertinya Daven menahan kesal kepada Sandra. Daven bahkan sampai berbicara menggunakan bahasa yang formal kepada Sandra.
Tanpa mengucapkan apa-apa Sandra langsung menuruti perintah Daven. Sandra duduk di depan tepat disamping bos.nya itu.
"Dari dulu kamu emang selalu bikin aku gemes San." Ujar Daven bergumam.
"Maaf..."
Setelah kurang lebih 30 menit perjalanan dari kantor, akhirnya Sandra dan Daven sampai juga di kediaman keluarga Persada.
Ini memang bukan pertama kali Sandra datang ke rumah ini, tapi terakhir kali dia kesini sudah cukup lama. Mungkin sekitar 1 tahun yang lalu saat pengajian 7 harian meninggalnya istri Daven.
"Masuk dulu, aku ke atas ambil berkas." Ujar Daven.
Daven meninggalkan Sandra di ruang tamu sendirian.
"Mau minum apa Mbak Sandra?" Tanya seorang asisten rumah tangga menawarkan. Sepertinya dia sudah mengenal Sandra, sementara Sandra lupa siapa nama asisten rumah tangga keluarga Persada yang menawarinya dia minum ini.
"Ehmm, air putih aja Mbak. Makasih ya."
Sandra menatap sekitar, semua masih sama seperti dulu. Bahkan foto pernikahan Daven dan Larisa pun masih terpajang dengan apik di dinding. Hal itu membuat Sandra semakin sadar kalau rasa cinta Daven kepada Larisa sangat besar. Dan sepertinya akan mustahil untuk bisa mendapatkan hati Daven.
"Ehhh Sandra, baru dateng sayang?" Tiba-tiba Mama Laras datang entah dari mana bersama seorang bayi usia sekitar 1 tahunan di gendongannya. Sandra bisa langsung menebak kalau bayi itu adalah anak Daven.
"Baru aja tante." Sandra segera beranjak dari sofa untuk mencium tangan Mama Laras.
"Daven itu bener-bener, kalau bukan embak yang bilang kalau ada kamu, pasti Daven nggak bakal bilang kalau dia bawa kamu kesini. Anak itu memang." Ujar Mama Laras menggerutu.
Mama Laras yang tadi sedang bersama Aileen bermain di ruang keluarga dilewati begitu saja oleh Daven yang langsung naik ke lantai 2. Baru setelah salah satu asisten rumah tangganya masuk, Mama Laras diberitahu kalau ada Sandra di ruang tamu datang bersama Daven.
Sandra hanya tersenyum tipis. Mungkin menurut Daven, kedatangannya ke rumah ini tidak penting dan tidak perlu ada yang tau juga. Toh Sandra kesini juga hanya untuk menemani Daven mengambil berkas.
"Eehh, ini putrinya Bang Cio ya Tan, gemes banget sih udah gede aja." Sandra langsung mengalihkan pembicaraan dengan mengganti topik lain.
"Iya nih, Aileen sekarang udah 1 tahun Aunty." Jawab Mama Laras. "Itu kenalan sama Aunty Sandra, nak." Ujar Mama Laras kepada Aileen. Tentu saja Aileen belum mengerti maksud ucapan sang Oma.
Sandra sendiri belum pernah bertemu dengan Aileen sebelumnya. Karena dulu saat Larisa meninggal, Aileen masih harus dirawat di rumah sakit.
"Sini sama Onty San sayang, Onty gemes pengen gendong Aileen." Sandra menyodorkan kedua tangannya berniat untuk mengajak Aileen.
Tapi sepertinya bayi perempuan itu masih malu-malu. Wajahnya tersenyum kepada Sandra, tapi tidak mau ikut dengannya.
Sandra mengeluarkan ponselnya. Kemudian menunjukkan wallpaper ponsel yang merupakan foto dari kedua ponakannya.
"Nihh, Onty punya ponakan seumuran sama Aileen. Namanya Abang Aidan sama Kakak Ariel. Aileen mau Onty kenalin?"
Sepertinya Aileen tertarik dengan ajakan Sandra. Terbukti dengan bayi mungil itu yang mulai kepo ingin melihat ponsel Sandra.
"Onty gendong ya, nanti Onty kasih liat lagi foto Abang Ai sama Kakak Iyel." Ujar Sandra yang kembali menyodorkan kedua tangannya.
Kali ini usaha Sandra berhasil, bayi itu mau berpindah ke gendongan Sandra. Padahal selama ini Aileen termasuk dalam kategori bayi yang sulit untuk berkenalan dengan orang asing. Sandra termasuk asing kan? Meskipun keluarga Santoso dan keluarga Persada sudah saling mengenal untuk waktu yang cukup lama, tapi tetap ini adalah pertemuan pertama antara Sandra dan Aileen.
Sandra memperlihatkan foto-foto dan video dua ponakan kembarnya kepada Aileen.
"kaaa... kaaa... " Aileen menepuk-nepuk ponsel milik Sandra.
"Iya, ini kakak sama Abang." Jawab Sandra dengan senyum tersungging dibibirnya.
Mama Laras yang melihat itu juga ikut tersenyum. Entah kenapa ada rasa yang berbeda saat melihat Aileen berada dalam gendongan Sandra. Tapi... Tidak, Mama Laras tidak akan melakukan itu. Biarlah antara Daven dan Sandra memilih jodohnya masing-masing. Mama Laras tidak ingin menjodoh-jodohkan.
10 menit kemudian Daven turun dengan beberapa berkas di tangannya.
"Yuk berangkat." Ujar Daven kepada Sandra.
Plakk...
Daven mendapatkan satu tepukan keras di bahu dari Mama Laras.
"Aww.. apa sih Ma." Tidak sakit, tapi tetap saja itu membuat Daven sedikit terkejut.
"Apa-apa, kamu nggak liat Mama ada disini? Main langsung ayuk-ayuk aja. Kenapa tadi nggak bilang kalau Sandra ikut kesini?" Mama Laras mulai mengomel.
Daven menghela nafas pelan.
"Ya embak juga paling kasih tau kan? Aku lagi buru-buru Ma."
"Tapi tetep aja."
"Ya udah iya, maaf." Ujar Daven. "Udah Aileen sama Oma dulu ya, Daddy sama Aunty Sandra buru-buru ada rapat." Kini Daven berbicara kepada Aileen. Baru saja akan menggendongnya, Aileen justru berbalik dan langsung memeluk leher Sandra dengan erat. Sungguh sesuatu yang sangat tidak terduga.
.
.
.
Ingat!!! Namanya Aileen ya (dibaca Ailin), bukan *Alien**😂*
Jangan lupa kritik dan sarannya 😍
Terima Kasih 🥰😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments
Lilo Stitch
aku bacanya malah aileen hahaha
2024-11-01
0
Bu Neng
🤣🤣🤣🤣Kaka author bisa aee
2024-01-19
0
Vera Wilda
kadang khilaf bacanya Thor, maklumlah pembaca juga manusia 😂😂😂😄😄😄👍
2024-01-06
0