Untuk hari pertama Sandra bekerja, tidak banyak yang Sandra lakukan karena dia hanya harus mempelajari dulu mengenai tugas-tugasnya sebagai seorang sekretaris. Disini Marcel benar-benar membantu Sandra dengan sabar, untungnya saja tidak sulit mengajari Sandra karena Sandra termasuk orang yang cepat memahami segala sesuatu, termasuk mengenai pekerjaannya ini.
Hari ini yang Sandra pelajari adalah bagaimana cara menjawab dan mengarahkan panggilan telefon dari klien kepada Om Dani, mengatur jadwal perusahaan, mengatur dokumen dan file, juga menjadwalkan rapat dan konferensi. Hal ini karena nantinya Sandra lah yang akan sering mengurusi urusan di kantor, sedangkan Marcel yang akan menemani Om Dani pergi meeting di luar kantor. Dan kalau nantinya harus ke luar kota pun Marcel lah yang akan ikut. Pasalnya tanpa sepengetahuan Sandra sebenarnya Ayah Radit sudah meminta tolong kepada Om Dani untuk tidak memberikan Sandra pekerjaan ke luar kota. Om Dani sendiri tidak masalah, dia sangat paham bagaimana posesifnya sahabatnya itu kepada sang putri. Berbeda dengan Om Dani yang lebih santai kepada Della. Kalau Om Dani posesif, tidak mungkin Della bisa bolak-balik keluar negeri mengurus fashion show nya sendirian.
Dan ternyata menjadi seorang sekretaris cukup menyenangkan untuk Sandra meskipun sedikit melelahkan karena tentu ada saja klien yang membuat Sandra kesal. Di tambah dengan banyaknya dokumen dan file yang harus Sandra susun dengan rapi dan tentu saja berurutan. Dan yang paling membuat pusing adalah mengatur jadwal Om Dani super duper padat. Tapi tetap saja, Sandra merasa enjoy dengan pekerjaannya ini.
“Istirahat dulu San, makan siang yuk ke Cafetaria.” Ujar Marcel mengajak Sandra.
“Bentar Mas, ini lagi nyusun file 10 menit lagi.” Jawab Sandra tanpa mengalihkan perhatiannya dari layar laptopnya.
“Lanjut nanti dek, kerjaannya buat nanti lagi. Kalau kamu kerja terus nanti kakak bilangin ke Ayah kamu.” Seseorang masuk ke dalam ruangan Sandra dan Marcel tanpa permisi.
“Kak Davian…” Sandra tersenyum senang melihat kedatangan Davian.
Davian menghampiri Sandra yang masih duduk di kursinya. Mengacak dengan lembut puncak kepala Sandra dan membuat rambutnya menjadi sedikit berantakan. Tadi pagi Davian datang ke kantor agak siang karena dia masih ada urusan di luar kantor, jadi dia tidak sempat menemui Sandra untuk menyambut kerja dihari pertama gadis itu.
“Ayo bangun, kita makan siang dulu.” Ujar Davian kepada Sandra.
“Berhubung ada lo, kita nggak cuma makan di cafetaria kantor aja kan? Kagak ada traktiran?” Marcel yang memang bersahabat juga dengan Davian menimpali ucapan laki-laki itu. Persahabatan mereka tentu saja dimulai di perusahaan ini karena sebelumnya mereka tidak saling mengenal. Jadi sudah 4 tahun lamanya Davian dan Marcel bersahabat. Saat itu Davian baru mulai ikut mengambil posisi di perusahaan sedangkan Marcel sudah 1 tahun menjabat sebagai sekretaris Om Dani.
“Lo kan juga kaya, kenapa masih seneng dapet traktiran sih?” Tanya Davian kesal.
Tidak ada panggilan formal jika tidak sedang di sebuah rapat atau acara penting. Begitu juga dengan Davian yang tidak memanggil Marcel menggunakan embel-embel mas atau semacamnya meskipun usia Marcel lebih tua 2 tahun dari Davian.
“Orang kaya juga kalau dapet gratisan masih tetep seneng, iya nggak San?” Marcel meminta persetujuan Sandra.
Tentu saja sebagai sesama penyuka gratisan Sandra menyetujui ucapan Marcel.
“Betul banget Mas, karena makanan kalau gratisan biasanya lebih enak.” Jawab Sandra.
“Wihh, bakalan cocok nih kita.” Ujar Marcel kepada Sandra. “Jadi gimana? Traktir dong, Sandra aja setuju.” Marcel menaik turunkan alisnya kepada Davian.
“Oke lah, untuk merayakan hari pertama Sandra kerja gue traktir.” Jawab Davian pada akhirnya.
Sandra tersenyum, sejak dulu Davian memang sangat royal.
“Wihh, makasih kak Davi… Traktir Ayam goreng kakek ya.” Ujar Sandra dengan semangat empat lima.
“Kamu dari dulu ayam goreng kakek terus…” Jawab Davian. Tidak menolak tapi juga tidak mengiyakan.
Marcel yang mendengar itu mengerutkan ke dua alisnya.
“Sebentar sebentar, Ayam goreng kakek itu maksudnya apa ya?” Tanya Marcel dengan wajah bingung.
Sandra dan Davian langsung saja menertawakan wajah Marcel yang terlihat bingung itu.
“KFC…” Ujar Davian menjawab pertanyaan Marcel.
“Darimana asalnya KFC jadi ayam goreng kakek deh.” Marcel masih tidak paham dengan konsep penyebutan ayam goreng kakek terhadap KFC.
“Karena gambar di logonya kakek-kakek.” Jawab Sandra. Itu yang dulu Kendra ucapkan kepada Sandra saat dia menanyakannya kenapa di sebut ayam goreng kakek. Padahal sebenarnya lebih mudah menyebut dengan nama aslinya yakni KFC, tapi karena Sandra terbiasa menyebutnya ayam goreng kakek sejak kecil jadi terbawa sampai sekarang.
Marcel tergelak mendengar jawaban Sandra.
Setelahnya Sandra, Davian, dan Marcel pergi untuk makan siang. Tentu saja mengikuti kemauan Sandra, yakni makan ayam goreng kakek.
Sepanjang perjalanan menuju parkiran, banyak karyawan lain yang menatap Sandra. Tentu saja karena Sandra masih asing di mata mereka. Tapi yang lebih menarik perhatian adalah karena Sandra berjalan di antara putra pemiliki Persada Grup dan juga sekretaris Direksi.
Tapi seperti biasa Sandra cuek saja karena pada dasarnya Sandra sudah terbiasa menjadi pusat perhatian.
Di lain tempat tepatnya di negara Singapura, Daven sedang cemas karena putrinya ***Aileen Shaquita Persada*** yang saat ini berusia 1 tahun sedang mengalami demam. Sejak semalam putrinya itu memang mengalami demam, tapi tadi pagi sebenarnya demam Aileen sudah turun, karena itulah hari ini Daven berangkat ke kantornya. Tapi ternyata baru saja baby sitter Aileen mengabarinya kalau putrinya itu kembali demam, sedangkan saat ini Daven harus menghadiri sebuah rapat yang cukup penting. Bahkan Sofia, yang merupakan sekretarisnya pun juga tidak bisa menggantikan Daven.
Sibuk dengan pikirannya sendiri, Daven di sadarkan dengan ponselnya yang berbunyi tanda ada panggilan telefon masuk.
“Halo Ma…” Panggilan dari Mama Laras.
“Daven, pokoknya Mama minta besok kamu harus pulang ke Indonesia. Bawa Aileen kesini biar Mama yang jaga dia, setelah itu terserah kamu mau kembali ke Singapura atau tidak.”
Mama Laras yang biasanya sangat lembut mendadak murka kepada Daven setelah mendengar kalau cucu kesayangannya itu sejak semalam demam dan dia baru mengetahuinya siang ini. Itu pun karena Mama Laras yang lebih dulu menghubungi baby sitter Aileen.
Sejak meninggalnya Larisa, istri Daven, Mama Laras sudah meminta kepada Daven agar Aileen tidak usah di bawa ke Singapura. Mama Laras tau kalau Daven pasti akan sangat sibuk dengan pekerjaannya dan tentu membuatnya tidak bisa benar-benar fokus menjaga Aileen. Tapi Daven tetap saja membawa Aileen bersama baby sitter nya ke Singapura.
“Tapi Ma…” Daven merasa keberatan kalau harus membawa pulang Aileen ke Indonesia. “Aku janji…”
“Tidak ada lagi kesempatan. Kamu selalu saja seperti ini Bang, setiap Aileen sakit Mama selalu tau dari orang lain. Pokoknya besok kamu harus pulang ke Indonesia, kalau tidak Mama sama Daddy yang akan kesana menjemput Aileen.” Ujar Mama Laras dengan nada tegas.
Daven menghela nafas, jujur dia tidak sanggup pulang ke Indonesia meninggalkan kenangan dirinya bersama Larisa di Singapura. Apalagi meninggalkan apartemen penuh kenangan antara dirinya dan Larisa yang selama ini mereka tinggali. Meskipun pernikahan antara dirinya dan Larisa hanya 1 tahun, tapi banyak kenangan indah yang terjadi di antara mereka ditempat ini.
“Nanti aku pikirin lagi Ma.” Jawab Daven kemudian menutup panggilan telfonnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments
Maminya Thania
waduh salah baca alien ke aileen 😂😂
2023-02-13
0
Eva Rubani
ya bs ketemu dg sekretaris baru niii
2023-02-05
1
Fatimah Alfian
💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙👍
2022-09-12
3