"Oyyy... Kan... kan... Kebiasaan pagi-pagi udah bengong aja. Belum tau rasanya kesambet ya San?" Marcel yang baru saja sampai dan masuk kedalam ruangannya tidak heran saat mendapati Sandra seperti biasa sedang melamun seorang diri. Entah apa yang sedang Sandra pikirkan hingga membuat gadis itu seringkali melamun. Apa Sandra sedang ada masalah?
Sandra menghela nafas panjang, menggambarkan bahwa sepertinya Sandra memang sedang ada masalah.
"Kenapa kenapa? Cerita coba sama aku. Siapa tau aku bisa bantu." Ujar Marcel yang kemudian mendudukkan dirinya di kursi yang ada didepan meja Sandra.
Sandra membuka mulutnya, namun sedetik kemudian menutupnya lagi.
"Enggak ada." Ujar Sandra sembari menggelengkan kepalanya.
Kini gantian Marcel yang menghela nafas. Marcel sudah bersiap untuk mendengarkan curhatan Sandra, tapi ternyata zonk. Sandra tidak jadi menceritakan masalahnya. Ya sudah kalau gitu, Marcel tidak akan memaksa.
"Btw udah jam 8 kurang 10 menit tuh, kamu udah bikin kopi buat Pak Daven belum?" Tanya Marcel sembari berjalan menuju meja kerjanya sendiri.
Sandra menepuk dahinya, terlalu asik melamun membuat Sandra lupa kalau dia harus membuatkan kopi untuk Daven. Segera saja Sandra beranjak dari kursinya.
"Aku duluan ya Mas." Ujar Sandra berpamitan kepada Marcel.
Tidak lupa juga dengan IPadnya. Sandra harus membawa benda itu karena jadwal kerja Daven semua Sandra susun disana.
Baru saja Sandra masuk ke ruangan Daven dengan kopi di tangannya, tidak lama kemudian Daven datang. Memakai setelah jas berwarna hitam membuat ketampanan Daven semakin terpancar.
"Selamat pagi Pak Daven." Ujar Sandra menyapa Daven.
"Pagi." Seperti biasa Daven menjawabnya dengan suara dan wajah yang sama datarnya.
Daven melepaskan jasnya, kemudian menyampirkannya dibelakang kursi.
"Itu kopi saya?" Tanya Daven sembari menunjuk cangkir berisi kopi yang ternyata masih ada ditangan Sandra..
"Eehh, iya... " Dengan segera Sandra memberikan kopi itu kepada Daven.
"Hari ini jadwal saya apa saja, San?" Tanya Daven sembari menyeruput kopinya.
Sandra langsung membacakan jadwal kerja Daven hari ini.
"Kalau tidak ada yang Pak Daven butuhkan, saya izin untuk kembali ke ruangan saya Pak." Ujar Sandra.
"Oke, silahkan."
Ya, seperti inilah hubungan Sandra dan Daven. Tetap tidak ada perubahan yang berarti meskipun sudah berbulan-bulan lamanya. Meskipun Sandra sudah sangat sering mengajak Aileen keluar untuk jalan-jalan, bahkan untuk main ke rumahnya. Sepertinya memang Daven sama sekali tidak memiliki ketertarikan lebih kepada Sandra selain rasa seorang kakak kepada adiknya.
Dan itu semua membuat Sandra semakin galau. Haruskah dia memberitahu Daven? Untuk mengatakannya sih Sandra berani. Tapi, Sandra takut kalau Daven menolaknya. Kalau Daven menolak, maka jelas kesempatan Sandra akan hilang sepenuhnya.
Sandra baru saja menemani Daven rapat dengan koleganya. Dan sekarang, mereka berdua sedang ada di sebuah restoran untuk makan siang. Ya, hanya Sandra dan Daven saja.
"Mau makan apa?" Tanya Daven kepada Sandra.
Sandra membaca buku menu yang tersedia.
"Cumi tepung asam manis, ayam spicy, nasi satu terus minumnya lemon tea sama... " Sandra menoleh kearah Daven. "Satu lagi boleh kan Pak?" Tanya Sandra dengan malu-malu. Sandra memang selalu kalap kalau masalah makanan. Ini saja Sandra sangat-sangat menahan diri untuk tidak memesan semua menu yang ada.
"Boleh, pesan saja sepuas kamu." Jawab Daven santai.
Mendengar jawaban sepuasnya, Sandra tidak jadi hanya menambah 1 makanan saja, melainkan 2.
"Hehe... Sama Es krim strawberry terus brownies lumernya satu."
Sedangkan Sandra, laki-laki itu hanya memesan ayam bakar +nasi dengan segelas jus jeruk. Sangat mainstream bukan?
Kalau begini kan Sandra jadi malu karena dia yang ditraktir tapi pesanannya justru yang paling banyak.
Tapi tenang, rasa malu Sandra tidak bertahan lama. Karena setelah makanan datang, Sandra langsung memakannya dengan lahap tanpa sedikitpun menunjukkan sikap jaim dihadapan Daven. Hal itu membuat Daven tanpa sadar tersenyum tipis.
"Pak Daven kalau mau ambil aja, ini banyak banget soalnya." Ujar Sandra seraya menunjuk cumi tepung asam manis dan ayam spicy miliknya.
"Ya..." Jawab Daven singkat." Ekhem..." Daven berdehem sebelum akhirnya melanjutkan kalimatnya lagi "Kita tidak sedang bekerja San, tidak usah terlalu formal." Jika tidak sedang dalam urusan pekerjaan, sejujurnya Daven tidak nyaman saat Sandra memanggilnya dengan panggilan Pak. Sebelumnya Daven sudah pernah mengatakannya kan? Tapi sepertinya Sandra terus saja lupa.
"Ooo... Iya, Bang." Jawab Sandra singkat. Sandra kembali melanjutkan acara makannya.
Setelah makanan utama habis, kini Sandra lanjut untuk makan dessertnya, es krim dan brownies lumer. Sedangkan Daven? Laki-laki itu hanya diam memainkan ponselnya sembari menunggu Sandra menghabiskan makanannya.
"Abang mau brownies nya nggak? Ini enak banget loh." Ujar Sandra tiba-tiba.
Daven menggelengkan kepalanya.
"Enggak." Jawab Daven singkat.
"Cobain dulu, enak banget tau. Mirip sama bikinan Tante Laras rasanya." Sandra menyodorkan sesendok brownies dengan lelehan coklat kepada Daven. Hingga akhirnya Daven membuka mulutnya menerima suapan Sandra.
Seketika Sandra langsung membeku ditempat seolah baru tersadar dengan apa yang baru saja dia lakukan. Sandra memang memiliki kebiasaan sering meminta orang lain yang sedang bersamanya untuk mencicipi makanan miliknya jika itu enak.
"Iya enak." Jawab Daven singkat.
Sandra tersenyum malu-malu. Daven mau makan dari sendok bekas dirinya?
Setelah Sandra menghabiskan semua makanannya, Daven langsung mengajak Sandra untuk segera kembali ke kantor. Tapi, Sandra berkata kalau dia ingin mengatakan sesuatu.
Ya, Sandra memutuskan untuk memberitahu Daven mengenai apa yang dia pikirkan selama ini.
"Eehmm, kita boleh bicara sebentar nggak Bang? Ada sesuatu yang pengen aku omongin sama Bang Cio." Sandra memilih untuk menggunakan panggilan sayangnya kepada Daven.
"Silahkan, kita masih punya waktu 30 menit." Jawab Daven tenang. Meski sebenarnya Daven pun bertanya-tanya kira-kira apa yang akan Sandra bicarakan kepadanya.
"Aku sayang sama Aileen." Ujar Sandra.
"Aku tau, dan terima kasih karena kamu sudah sayang sama Aileen." Jawab Daven.
Daven pikir Sandra akan mengatakan apa, ternyata...
"Aku pengen jadi ibu sambung untuk Aileen." Sandra kembali melanjutkan ucapannya setelah mendengar jawaban dari Daven.
Daven terdiam dan membeku ditempat duduknya saat mendengar ucapan Sandra.
"Maksud kamu?"
Sandra mengambil nafas dalam sebelum melanjutkan ucapannya.
"Aku sayang sama Aileen, dan aku ingin menjadi ibu sambung untuk dia. Jadi maksud aku, Abang mau nggak menikah sama aku?"
Duarr.... Jujur Daven tidak pernah memiliki pikiran kalau Sandra memiliki keinginan untuk menikah dengannya, menjadi istrinya, dan menjadi ibu sambung untuk Aileen, putrinya. Karena jujur saja, selama ini Daven tidak pernah memiliki pikiran untuk menikah lagi setelah kematian Larisa. Daven....
"Kamu lagi mabuk San? Setau aku tadi kamu tidak memesan makanan yang berpotensi membuat kamu mabuk." Ujar Daven dengan nada santai.
Sandra menggelengkan kepalanya.
"Enggak, aku nggak mabuk. Aku serius dengan ucapan aku. Aku sudah memikirkan ini sejak beberapa bulan yang lal, dan baru berani mengatakannya sekarang. Aku ingin menikah dengan Bang Cio agar bisa menjadi ibu untuk Aileen. Dan, karena aku juga mencintai Bang Cio."
Gila... Ya, Daven rasa Sandra memang sudah gila.
.
.
.
Yeeyyy, akhirnya Sandra mengutarakan niatnya buat jadi Bundanya Aileen 🥳
Buat nunggu Mengejar Cinta Duda Baru update, boleh banget loh sambil baca UNWANTED WEDDING juga😁🥳
Jangan lupa kritik dan sarannya 😍
*Terima Kasih 😘**🥰*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments
Vera Wilda
Semoga aja kejujuran Sandra tidak sia2 ya Thor....
2024-01-07
1
Eri Erisyah
harusny biar daven punya rasa dulu SM sandra
2023-09-28
0
susi 2020
😍😍
2023-08-28
0