Sandra benar-benar menikmati waktunya menemani kedua ponakannya dan juga Aileen bermain. Entahlah, rasanya bahagia saja. Apalagi melihat Aidan dan Ariel yang begitu baik kepada Aileen. Meskipun sebenarnya usia mereka hanya terpaut beberapa bulan saja, tapi Aidan dan Ariel yang melihat Aileen lebih kecil dibandingkan dengan mereka dengan sigap berlaku seperti seorang kakak. Lucu sekali bukan.
Kini Sandra dan Aleera duduk di cafe yang berada tidak jauh dari playground. Setelah sebelumnya mereka ikut menemani anak-anak bermain, kini Sandra dan Aleera serahkan anak-anak kepada para babysitter untuk bergantian. Sandra dan Aleera sudah lelah setelah tadi kesana-kemari mengikutinya keaktifan mereka.
Ditempatnya duduk saat ini, tanpa sadar Sandra melamun. Sandra sibuk dengan pikirannya sendiri. Dan yang sedang Sandra pikirkan adalah Aileen. Ya benar, Aileen. Di pertemuan kedua Sandra dan Aileen saat ini, entah kenapa tiba-tiba sebuah pemikiran yang bisa dikatakan sedikit gila muncul di otak Sandra. Mendadak Sandra memiliki sebuah pikiran bahwa dia ingin menjadi ibu sambung Aileen. Gila bukan?
Terlalu asik dengan pikirannya sampai akhirnya Sandra tersadar karena Aleera mengajaknya berbicara.
"Kamu nggak dimarahin bos bawa anaknya keluar begini? Apalagi kan kemarin baru pertemuan pertama kamu sama Aileen." Ujar Aleera.
Sandra mengangkat bahunya sebagai jawaban tanda bahwa dia tidak tau. Karena seperti yang kita tau kalau Sandra sama sekali tidak meminta izin kepada Daven saat akan mengajak Aileen pergi bersama dengannya.
"Lahh gimana, kamu nggak minta izin sama dia?"
"Enggak, aku cuma minta izin ke Oma nya Aileen. Karena udah diizinin ya buat apa juga aku minta izin ke daddy nya Aileen." Jawab Sandra santai.
Sandra benar-benar tidak ingin ambil pusing mengenai masalah itu. Kalau nantinya laki-laki itu marah, ya sudah. Tapi kenapa juga harus marah? Sandra hanya mengajak Aileen jalan-jalan saja agar bayi itu bisa bertemu dengan teman sebayanya.
"Kamu kayanya sayang banget sama Aileen ya? Padahal kamu ketemu Aileen baru kemarin loh. Dan sebelumnya kamu juga nggak terlalu suka sama anak kecil. Sejauh ini anak kecil yang kamu suka dan bisa akrab sama kamu cuma Abang Ai dan Kakak Iyel doang kan?" Ujar Aleera.
Sandra tersenyum tipis mendengar ucapan Aleera. Tatapannya langsung tertuju kepada baby Aileen yang sedang asik bermain ditemani Aidan dan Ariel.
"Emang keliatan banget ya Ly?" Sandra sama sekali tidak menyembunyikan apa yang dia rasakan saat ini dari Aleera.
Aleera menganggukkan kepalanya.
"Aku sendiri nggak tau, tapi yang jelas aku merasa ingin memberikan kasih sayang yang aku punya ke Aileen. Melihat Aileen membuat aku kasihan karena bayi sekecil itu harus menjadi seorang piatu karena ibunya meninggal. Ditambah ayahnya sendiri. Meskipun terlihat jelas kalau Bang Cio sayang sama Aileen, tapi aku bisa merasakan kalau dia seperti memiliki sekat tersendiri dengan Aileen. Kamu tau maksud aku kan Ly?"
"Iya, aku paham San."
Hening, Aleera dan Sandra diam sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Ly... "
"Heem?"
"Menurut kamu, gimana kalau misal aku jadi ibunya Aileen aja?" Sandra memberitahu Aleera mengenai apa yang sejak tadi dia pikirkan.
Ucapan Sandra ini benar-benar membuat Aleera sangat terkejut.
"Kamu yakin San?" Bukan apa-apa, menjadi seorang ibu sambung bukanlah hal yang mudah bukan? Aleera sendiri yakin kalau Sandra bisa menjadi seorang ibu sambung dengan baik. Tapi masalahnya...
"Aku belum yakin, pikiran itu tiba-tiba aja muncul di kepala aku." Jawab Sandra. "Dan ak... "
Belum selesai Sandra dengan ucapannya, ponselnya berdering tanda ada panggilan telfon yang masuk.
Pak Daven
Ya, yang menelfon Sandra saat ini adalah Daven, Daddy dari Aileen.
"Halo, Assalamu'alaikum Pak Daven." Sandra menjawab panggilan telfon dari Daven dengan tenang. Sandra tau kalau tujuan Daven menelfon dirinya pasti untuk menanyakan perihal Aileen yang dia ajak pergi jalan-jalan.
"Wa'alaikumsalam, Mama bilang kamu bawa Aileen ke playground? Kenapa nggak kasih tau aku Sandra?" Terdengar nada tegas dari suara Daven. Sepertinya Daven tidak marah, hanya saja penasaran karena Sandra tidak meminta izin darinya untuk membawa Aileen.
Sandra terdiam sejenak.
"Maaf, soalnya rencana ajak Aileen ke playground tiba-tiba. Tadinya aku mau hubungin Pak Daven, tapi karena tadi masih terlalu pagi aku nggak enak. Ya sudah jadinya aku telfon Tante Laras aja buat minta izin." Ujar Sandra.
Tidak terdengar jawaban dari Daven.
"Pak Daven, masih disitu?" Tanya Sandra.
Terdengar helaan nafas berat dari Daven.
"Kamu nggak enak buat hubungi aku tapi enggak dengan hubungi Mama." Ujar Daven.
"Maksud Pak Daven?" Tanya Sandra bingung.
"Nggak ada, jadi sekarang kamu di playground mana?"
"Di Playground yang ada di Mall."
"Kamu ke Playground cuma sama Aileen dan Suster Ati?"
"Enggak, sama ponakan-ponakan dan kakak ipar aku."
"Ya sudah, nanti jangan pulang terlalu siang. Karena Aileen harus tidur siang nanti, sama tolong bilangin ke suster Ati supaya Aileen jangan sampai telat makan."
Setelah itu sambungan telefon langsung dimatikan oleh Daven. Sandra? Dia hanya bisa terdiam dengan senyuman tipis yang tersungging dibibirnya.
"Gimana? Pak Daven marah ya?" Tanya Aleera kepada Sandra.
Sandra menggelengkan kepalanya.
"Nggak marah sih, dia cuma bilang kalau Aileen jangan sampai telat makan siang terus pulangnya juga jangan terlalu siang." Jawab Sandra.
Sedangkan Daven di rumah kembali sibuk dengan pikiran-pikiran yang sejak tadi berputar dikepalanya. Mengetahui Sandra tidak enak menghubunginya tapi justru biasa saja menghubungi Mama Laras membuat Daven merasa terusik entah karena apa.
"Kenapa Sandra harus merasa tidak enak kalau hanya sekedar untuk menghubunginya? Toh telfon Sandra tidak akan mengganggunya." Begitu pikir Daven.
Ditambah, sejak tadi Sandra memanggilnya sedang sebutan *Pak Daven*, padahal saat ini mereka tidak sedang berada di kantor. Entahlah, Daven merasa sedikit tidak suka dengan panggilan *Pak* yang Sandra lakukan kepadanya. Padahal dulu mereka sangat akrab, bahkan Sandra memiliki panggilan khusus untuknya, Bang Cio. Daven suka saat Sandra memanggil dirinya seperti itu. Tapi sekarang? Sandra bertingkah seolah Daven adalah orang asing. Sandra terlihat tidak nyaman dan menjaga jarak saat berada di sekitarnya. Berbeda saat Sandra sedang bersama dengan Daven, Della, Mama Laras, bahkan Daddy Dani. Sandra terlihat akrab-akrab saja dengan mereka.
Padahal Daven ingin Sandra bersikap biasa saja meskipun saat ini dirinya adalah atasan gadis itu. Toh status itu hanya untuk di kantor saja kan?
"Kenapa lo pagi-pagi muka udah kusut? Kerjaan? Sante aja kali, ini weekend, jadi nggak usah dipikirin." Celetuk Davian saat melewati Daven sembari membawa piring kotornya ke dapur.
Daven? Laki-laki itu hanya diam tidak menanggapi ucapan Davian. Seperti biasa mode es nya sedang aktif.
"Gila, kenapa banyak cewek-cewek suka sama dia. Padahal songongnya minta ampun." Gumam Davian sembari mencuci piring bekas makannya.
"Gue denger omongan lo." Ujar Daven dengan suara datar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments
susi 2020
😂😂😂
2023-08-28
0
susi 2020
🤣🤣🤣
2023-08-28
0
Ana
cieeee yang mau di panggil bang cio 😅😅😅uring-uringan gaje 🤭
2023-06-14
0