Sudah 10 menit Sandra terdiam memikirkan dirinya yang akan bekerja dalam satu kantor dengan Daven. Itu berarti Sandra akan memiliki peluang yang sangat besar untuk bisa bertemu dengan laki-laki yang dia cintai itu setiap hari. Sandra tentu saja senang, tapi disisi lain Sandra juga merasa kesal. Kalau nanti dia setiap hari bertemu dengan Daven, lalu bagaimana caranya dia bisa menghilangkan perasaan cintanya ini. Lalu bagaimana kalau Daven nanti mengetahuinya? Pasti itu akan membuat Daven menjadi tidak nyaman. Dan… Entahlah, terlalu banyak hal mengenai Daven yang dipikirkan oleh otaknya saat ini.
“Sandra…”
Lamunan Sandra seketika buyar karena Marcel memanggilnya.
“Haa, kenapa Mas?”
“Kamu kenapa diem aja dari tadi, sakit? Dipanggil sampai 3 kali baru nyaut. Aku takut kamu kesambet loh San.” Ujar Marcel kepada Sandra.
Sandra langsung menggelengkan kepalanya.
“Enggak sakit kok Mas, cuma lagi mikirin sesuatu aja. Kayaknya ada yang aku lupain deh.” Jawab Sandra beralasan.
“Ooo, aku pikir kamu sakit San.”
“Ehmm, aku ke kamar mandi dulu ya Mas.” Ujar Sandra berpamitan.
Marcel menganggukkan kepalanya.
Baru saja Sandra keluar dari ruangannya, pas sekali bersamaan dengan pintu lift yang terbuka.
“Bang Cio…” Sandra berbisik lirih melihat Daven yang keluar dari lift bersama dengan Om Dani.
“Sandra… Mau kemana?" Tanya Om Dani kepada Sandra.
“Eehh, ini mau ke kamar mandi Pak Dani.” Jawab Sandra.
“Ya sudah, nanti selesai dari kamar mandi langsung ke ruangan Om ya.” Ujar Om Dani kepada Sandra. Meskipun Sandra memanggil dengan sebutan Pak, tapi Om Dani tetap menyebut dirinya dengan panggilan Om seperti biasa Sandra memanggilnya.
“Baik Pak.” Jawab Sandra dengan sopan.
Daven, laki-laki itu hanya diam menatap Sandra. Tidak ada raut terkejut atau semacamnya, cenderung datar saja seperti tidak pernah mengenal Sandra sebelumnya.
Sandra sendiri tidak terkejut dengan reaksi Daven yang seperti itu, karena memang pada dasarnya Daven merupakan laki-laki yang cukup dingin sebelumnya. Ditambah setelah istrinya meninggal, Daven semakin terlihat tidak tersentuh.
Lalu apa yang membuat Sandra jatuh cinta kepada Daven? Padahal jika dipikir-pikir selama ini Sandra terbiasa mendapat kehangatan dan kelembutan dari Ayah Radit dan juga kakak-kakaknya. Dan jika dibandingkan dengan Davian, maka sifat Davian yang lebih mendekati sifat Ayah Radit dan juga kakak-kakak Sandra. Lalu kenapa Sandra malah jatuh cinta dengan laki-laki dingin seperti Daven? Entahlah, Sandra sendiri tidak tau. Tapi yang jelas ada hal yang membuat Sandra jatuh cinta kepada Daven.
Selesai dari kamar mandi, Sandra langsung menuju ruangan Om Dani. Jujur saat ini Sandra merasa sangat gugup. Sandra mencoba biasa saja, tapi rasanya sangat sulit. Biar bagaimana pun Daven adalah laki-laki yang saat ini masih Sandra cintai.
Tok… Tok… Tok…
Sandra mengetuk pintu ruangan Om Dani.
“Ya, masuk.”
Setelah mendengar suara Om Dani yang mempersilahkan dirinya masuk, Sandra langsung membuka pintu dan masuk ke dalam. Terlihat sudah ada Marcel juga disana, jadi Sandra langsung memposisikan dirinya duduk di samping Marcel tepat berhadapan dengan Daven yang duduk disamping Om Dani.
“Nah langsung saja, jadi mulai hari ini Daven akan bekerja disini untuk membantu saya. Dan karena sekarang saya memiliki 2 sekretaris, jadi salah satu diantara kalian akan saya pindah tugaskan menjadi sekretaris Daven.” Ujar Om Dani membuka pembicaraan.
Sandra dan Marcel menyimak ucapan Om Dani dengan seksama. Sedangkan Daven, entah apa yang sedang laki-laki itu lakukan, saat ini dia terlihat hanya menatap lurus keluar jendela yang berada tepat dibelakang Sandra dan Marcel.
Mendengar ucapan Om Dani, dalam hati Sandra berdoa semoga bukan dia yang menjadi sekretaris Daven nantinya. Akan lebih baik kalau Sandra tetap menjadi sekretaris Om Dani. Ya walaupun Sandra mencintai Daven, tapi bukan berarti Sandra merasa nyaman jika berdekatan dengan laki-laki itu. Karena Sandra merasa kalau aura Daven terlalu mengintimidasinya meskipun laki-laki itu hanya diam.
“Sandra, kamu tidak keberatan kan kalau Om jadikan sekretaris Daven?” Tanya Om Dani kepada Sandra.
Kali ini doa Sandra tidak terkabul, karena Om Dani memintanya untuk menjadi sekretaris Daven. Tapi apa Sandra bisa menolak? Sebenarnya bisa, hanya saja Sandra merasa tidak enak kalau melakukan itu.
“Boleh Om.” Jawab Sandra seraya mencoba untuk tersenyum secara ikhlas.
Selesai pemilihan sekretaris yang di lakukan oleh Om Dani, Sandra langsung mengikuti Daven yang keluar untuk menuju ruangannya sendiri. Tentu sebagai seorang sekretaris Sandra harus membantu apa saja yang atasannya butuhkan. Dan sekarang Sandra harus membantu Daven merapikan barang-barangnya.
“Kamu apa kabar San?” Tanya Daven kepada Sandra.
“Alhamdulillah aku baik, Bang Cio.. Ekhem… Pak Daven sendiri apa kabar?” Tanya Sandra dengan kikuk. Sandra pikir Daven tidak akan pernah bertanya hal seperti ini.
“Santai aja, kita udah kenal lama kan? Jadi kalau kita hanya berdua kamu boleh panggil aku seperti biasa.” Jawab Daven santai. “Ngomong-ngomong udah berapa lama kamu kerja disini?”
“Saya baru kerja sekitar 2 minggu Pak.”Jawab Sandra.
Daven hanya menganggukkan kepalanya. Jujur saja dia tidak perduli Sandra akan memanggilnya apa, tidak masalah mau Abang atau Pak, bagi Daven itu sama sekali tidak penting.
Setelah itu tidak ada lagi pembicaraan diantara Daven dan Sandra. Mereka berdua fokus dengan pekerjaan masing-masing. Dalam hati Sandra ingin segera menyelesaikan pekerjaannya ini agar dia bisa cepat-cepat keluar dari ruangan ini.
Sesekali Sandra melirik kearah Daven yang benar-benar terlihat sibuk dengan pekerjaannya menyusun barang-barangnya. Sandra merasa Daven seolah menganggap kalau disini tidak ada kehadiran dirinya. Dan itu membuat Sandra sedikit kesal karena diabaikan. Padahal selama ini sikap Daven memang seperti itu kan? Cuek dengan keadaan di sekitarnya.
Setelah hampir 2 jam Sandra membantu Daven menata ruangannya, akhirnya dia memutuskan untuk meminta ijin kepada Daven kembali ke ruangannya.
“Pak Daven, kalau sudah tidak ada yang Anda butuhkan saya pamit kembali ke ruangan saya.” Ujar Sandra kepada Daven.
“Ruangan kamu dimana?” Tanya Daven kepada Sandra.
“Didepan ruangan Pak Dani.” Jawab Sandra.
“Bukannya itu ruangan Marcel?”
“Iya, saya satu ruangan sama Mas Marcel.”
Daven menganggukkan kepalanya.
“Ya sudah, silahkan.” Ujar Daven.
Setelah mendapat ijin dari Daven, Sandra langsung keluar dari ruangan atasannya yang baru itu. Rasanya Sandra langsung bisa bernafas dengan lega begitu keluar dari sana. Karena jujur saja berada dalam satu ruangan dan hanya berdua dengan Daven membuat Sandra merasa sesak, sedikit lebay tapi itulah yang Sandra rasakan.
Baru saja Sandra berjalan beberapapa langkah, di depannya ada Marcel dari arah berlawanan.
“Ehh, San… Kebetulan ketemu disini.” Ujar Marel kepada Sandra.
“Emangnya ada apa Mas?”
“Nih… Berkas buat Pak Daven…” Marcel memberikan beberapa berkas kepada Sandra.
“Lohh, kok dikasih ke aku?” Tanya Sandra bingung.
“Kamu kan sekarang jadi sekretaris Pak Daven, San. Jadi ini udah jadi tugas kamu.” Jawab Marcel dengan senyuman tanpa rasa bersalah.
Sandra menghela nafas berat, haruskah dia kembali ke ruangan Daven lagi?
“Kenapa sih? Nggak nyaman jadi sekretaris Pak Daven?” Marcel seolah tau apa yang sedang Sandra rasakan.
“Enggak, biasa aja.” Jawab Sandra santai.
Setelah itu Sandra langsung membalikkan tubuhnya dan berjalan menuju ruangan Daven meninggalkan Marcel yang saat ini mengerutkan dahinya karena merasa sikap Sandra saat ini terlihat aneh. Tapi tanpa ambil pusing Marcel langsung kembali ke ruangannya lagi karena masih banyak pekerjaan yang harus dia selesaikan.
Sandra menatap pintu di depannya dengan wajah tertekan.
“Kamu harus bisa buat biasa aja Sandra. Bang Cio aja liat kamu biasa aja nggak yang gimana-gimana. Jadi bersikaplah sama seperti sebelumnya. Lagi pula kamu akan lebih sering ketemu sama Bang Cio, jadi kamu enggak bisa terus-terusan menghindari dia.” Ujar Sandra berbisik dalam hati.
Tok… Tok… Tok…
Sandra mengetuk pintu ruangan Daven.
“Masuk…” Terdengar jawaban dari suara datar yang sudah jelas itu merupakan suara Daven.
Sandra membuka pintunya.
“Ada apa?” Tanya Daven kepada Sandra bahkan sebelum Sandra mengatakan maksud dan tujuannya datang lagi ke ruangan ini.
“Saya diminta Pak Dani untuk mengantarkan berkas ini ke Pak Daven.” Jawab Sandra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments
Ana
kenapa sandra bisa suka sama manusia kulkas 🙈
2023-06-14
0
Sri Wigianti
istilah kamar mandi kalau untuk dikantor mungkin lebih tepat toilet kali ya
2022-11-10
4
ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠Hana Nurul Azizah🍩ᴬ∙ᴴ࿐
🤣🤣
2022-11-09
0