~VANILA TAK BERKUTIK.
###
Galang kembali masuk ke kamar setelah Aldo berpamitan. Ucapan Aldo membuat hatinya merasa tidak tenang. Ada banyak pertanyaan yang ingin disampaikan lelaki itu untuk Amara. Sebenarnya apa yang membuat ibu dari Kasih tersebut sampai syok dan pingsan.
'Apa dia pingsan karena tertekan dengan tuduhan Vanila? Atau ada hal lain yang sedang dia pikirkan?' Galang membatin gusar. Dugaan sementara ialah dia mengira jika Amara pingsan karena ulah Vanila.
"Mom," panggilan Galang mengalihkan perhatian mami Sarah yang sedari tadi sibuk mengompres Amara.
"Iya, kenapa?" tanya mami sembari sibuk mengompres Amara. Dengan penuh perhatian mami menempelkan handuk kecil yang terendam air hangat ke kening Amara.
Galang menghirup udara sebanyak-banyaknya lalu mengembuskannya perlahan. Dia lantas duduk di pinggir tempat tidur tepat di samping Amara. Memindai sesaat dengan rasa bersalah yang kian mencuat, dirinya lalu berucap,
"Amara pingsan mungkin karena tertekan dengan tuduhan Vanila, Mom. Bisa jadi itu alasannya."
"Mungkin saja," sahut mami. "Istrimu itu memang enggak punya pikiran," gerutunya kemudian. Beliau menjulurkan tangan ke pipi Amara yang masih memejamkan mata, lalu berkata lagi, "main asal pukul anak orang sampe bengkak begini."
Galang sontak mengarahkan pandangannya ke pipi Amara yang lebam. "Mom, Galang titip Amara sebentar. Galang akan buat perhitungan ke Vanila." Dia bangkit dan buru-buru keluar dari kamar dengan dada bergemuruh. Saat ini dia ingin sekali membuat perhitungan ke Vanila.
Mami tak ingin mencegahnya, beliau sengaja membiarkan putranya memberikan pelajaran untuk menantunya yang tidak tahu diri itu.
"Rasakan kamu Vanila. Sebentar lagi Galang pasti akan menceraikanmu," gumamnya seraya menatap wajah Amara yang pucat.
*
*
Di sisi lain yaitu di rumah Amara. Bi Mina sedang membereskan meja tamu, menyingkirkan gelas bekas kopi dan mengembalikannya ke dapur. Beberapa saat yang lalu, Kevin yang diutus Galang mengatakan jika janji bertemu dengan dokter ditunda lantaran ada hal darurat.
Kasih yang semula sudah merasa bahagia lantaran akan bertemu Galang, mendadak bersedih. Gadis kecil itu merajuk dan tidak mau makan siang. Dia kecewa karena om Galang-nya membatalkan janjinya.
Usai dari dapur, bi Mina menghampiri Kasih dengan membawa segelas susu di tangannya.
"Nak Kasih, kalo enggak mau makan ya udah enggak apa-apa. Ini bibi buatin susu cokelat kesukaan kamu," ucap bi Mina dengan nada suara lembut. Membujuk Kasih bukan perkara yang mudah. Hanya Amara yang bisa meluluhkan hatinya.
Kasih melengos dengan raut muka masam. "Enggak mau! Kasih enggak mau minum susu. Kasih maunya ketemu Om Galang," tolaknya cepat disertai cebikan dibibir mungilnya.
Namun, diam-diam dia menelan ludah sebab selama ini dia tidak bisa menolak susu cokelat favoritnya. Kasih agak tergoda dengan aroma yang menyeruak ke penciumannya.
Bi Mina menggaruk kepalanya, beliau bingung harus pakai cara apalagi. Lalu tiba-tiba ide cemerlang seketika muncul di kepalanya.
"Gimana kalo Kasih telepon ibu aja? Bilang ke ibu kalo Kasih mau ketemu Om Galang. Gimana?" Beliau meletakkan gelas susu ke meja, lalu mengambil ponselnya yang tergeletak di rak televisi.
Raut muka Kasih berubah cerah seketika. "Mau-mau, Bi. Sini! Kasih mau ngomong sama Ibu," sahutnya sangat antusias, dia bahkan sampai berjingkrak dari sofa dan mendekati bi Mina.
*
*
Masih sibuk mengompres Amara, mami terkesiap dengan suara dering ponsel yang tiba-tiba terdengar.
"Hape siapa, ya?" Mami celingukan ke sana kemari mencari sumber suara ponsel yang terdengar tidak jauh dari tempatnya berada.
Bi Ratna masuk ke kamar sambil tergopoh-gopoh dengan membawa ponsel Amara yang tergeletak di sofa.
"Nyonya, ini hapenya Mbak Amara bunyi. Kayaknya ada yang telepon," ucapnya menyodorkan ponsel yang terus menyala itu ke depan mami.
Mami menerimanya dengan kerutan di dahi. "Bi Mina?" Awalnya mami ragu sebab tak ingin dinilai lancang lantaran mengangkat telepon tanpa izin.
Namun, karena terus-terusan berbunyi, mami pun pada akhirnya menggeser tombol berwarna hijau ke atas.
"Ha—" Mami yang hendak menyapa penelepon itu seketika mengurungkan niatnya sebab suara anak kecil menyelanya.
"Ibu! Ibu kenapa enggak jadi jemput Kasih? Kasih 'kan pengen ketemu sama Om Galang, Bu."
Suara Kasih yang menggemaskan seperti menghipnotis mami. Perempuan paruh baya itu secara tidak sadar menarik kedua sudut bibirnya ke samping. Hatinya merasakan sesuatu yang aneh.
"Ibu. Ibu kenapa diem aja? Ibu? Halo?"
Menghela napas sejenak lantas mami membuka suara. "H-halo? Kasih?" Dadanya bergemuruh begitu beliau berhasil menyebut nama Kasih.
Di seberang sana hening. Kasih terdiam dan itu sukses membuat mami cemas.
"Halo? Kasih?"
"Halo? Ibunya Kasih mana? Kenapa yang jawab bukan ibu Amara? Ini siapa?" Dari yang mami bisa dengar dari suara Kasih, bahwa bocah itu sangat mencemaskan ibunya.
"Saya mami Sarah," jawab mami dengan seulas senyum meski Kasih tak bisa melihatnya.
"Mami Sarah? Siapa Mami Sarah? Ibu Amara-nya mana? Kasih mau ngomong sama Ibu."
"Saya Maminya Om Galang. Ibunya Kasih lagi ada urusan sebentar. Kebetulan ponselnya tertinggal di rumah saya," kilah mami agar Kasih tidak kepikiran.
"Oh, Ibu lagi sibuk, ya? Ya udah deh, kalo gitu nanti kalo hapenya Ibu udah diambil tolong bilang ke Ibu, tadi Kasih telepon."
Mami tak bisa menahan diri untuk tersenyum. Suara Kasih begitu menggemaskan di telinganya. Imut dan pintar berbicara.
"Baik. Nanti saya akan bilang ke ibunya Kasih."
"Terima kasih Nenek. Teleponnya Kasih tutup dulu, ya? Assalamualaikum ...."
"Wa'alaikumsalam." Mami menyeka sudut matanya dengan kedua jari. Sebutan nenek yang dilontarkan Kasih membuat tenggorokannya tercekat hingga dia menjadi sedikit emosional.
Meletakkan ponsel Amara ke nakas, lalu tangan mami terjulur menyentuh kening perempuan itu.
"Anak kamu pintar. Sepertinya dia anak yang cerdas," ujar mami kendati Amara masih memejamkan mata.
*
*
Begitu tiba di rumah, Galang langsung membuka pintu dengan kasar. "Vanila! Vanila!" teriaknya sembari berlarian menuju kamar atas. Amarahnya kali ini benar-benar meledak.
Sejak pacaran dan menikahi Vanila, ini kali pertama dia sangat marah kepada istrinya. Galang selalu mengabaikan kesalahan-kesalahan yang dibuat Vanila selama ini. Mementingkan diri sendiri, tak pernah melakukan tugasnya sebagai istri dengan baik. Pergi berpesta, ke diskotek, minum-minuman beralkohol. Galang tak pernah sekali pun mempermasalahkan itu semua.
Dan, ketika dia baru sadar jika perempuan yang dia puja setengah mati ternyata berkhianat, Galang merasa marah. Marah kepada dirinya sendiri juga kepada Vanila. Sifatnya yang lembut berubah menjadi dingin dan sisi lain dari seorang Galang seakan muncul.
Sementara Vanila yang baru saja selesai mandi sontak berjengit kaget sebab Galang menggebrak pintu kamar mereka.
"Mas! Ada apa, sih? Teriak-teriak begitu? Aku ini enggak tuli, ya?" tanya Vanila dengan nada tinggi. "Kamu kenapa bentak-bentak aku, hah!"
Decakan nyaring lolos dari mulut Galang. "Kamu ini memang enggak tahu malu, Vanila! Kamu itu salah! Bukannya minta maaf tapi malah marah-marah dan main pukul orang seenaknya," teriaknya tak kalah nyaring.
Vanila yang semula bersikap pongah mendadak menciut, dia harus bisa membujuk Galang dan membuat lelakinya ini kembali bertekuk lutut padanya. Dengan penuh percaya diri Vanila mendekati Galang.
"Mas, aku tahu aku salah karena udah mukul sekretaris kamu. Aku lagi emosi waktu itu gara-gara ada orang yang sengaja mau bikin karir aku hancur, nyebar foto-foto editan enggak jelas. Maaf, ya Mas. Maafin aku." Vanila berujar dengan dibuat semanis mungkin. Dia pun dengan santainya membelai dan mengecupi rahang Galang dengan agresif.
Berbohong sekali lagi mungkin tidak akan jadi masalah—pikirnya.
Mendengar semua itu, Galang hampir saja ingin muntah di depan Vanila. Dengan sekali sentak, dia menyingkirkan tangan Vanila.
"Cukup, Van! Kamu enggak usah bohong lagi sama aku. Aku bukan anak kecil yang enggak bisa bedain mana foto asli dan mana foto editan." Lantas, Galang mengeluarkan ponsel dari saku jas. "Ini! Ini foto-foto asli. Aku bisa jamin kalo ini asli dan bukan foto editan. Paham!" Menunjuk layar ponselnya yang terdapat foto Vanila di sana.
Vanila menelan ludahnya susah payah. "Sial! Kenapa Mas Galang bisa punya foto-foto itu? Apa selama ini dia menyuruh seseorang untuk mematai-mataiku?"
###
tbc*....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Dewa Dewi
rasain lu Vanila
2023-11-15
0
Mamah Kekey
tambah seruu
2023-10-17
2
🍭ͪ ͩ☠ᵏᵋᶜᶟ印尼🇮🇩小姐ᗯ𝐢DYᗩ 𝐙⃝🦜
biar di rasain tuh vanila...
2022-09-10
1