Bab 12~

~"MAAFKAN IBU, NAK."...

###

Hari kedua Amara bekerja sebagai sekretaris Galang berjalan dengan lancar dan hari ini pula hari terakhir Anggi di Firma Hukum ini. Besok dia harus segera pulang ke kampung dan menikah.

Anggi dan Amara pulang bersama seperti biasa, namun ketika mereka hendak pergi dari pelataran parkir, Galang yang baru saja keluar tiba-tiba memanggil mereka. Anggi pun segera berhenti dan mematikan mesin motornya.

"Pak Galang kenapa manggil kita, Ra?" tanya Anggi yang merasa penasaran.

Amara mengedikkan bahu lantas berkata, "Enggak tahu, Nggi," jawabnya.

Keduanya lantas turun dari motor dan memandang Galang yang sedang berjalan mendekat ke arahnya.

"Pak Galang ganteng banget, ya, Ra? Sayang udah punya istri. Kalo belum 'kan mau aku pepet," celetuk Anggi yang memandang Galang dengan tatapan memuja.

Sementara Amara langsung menyenggol sikut sahabatnya itu seraya melirik tajam.

"Kalo ngomong jangan sembarangan. Nanti orangnya denger enggak malu apa kamu?" ujar Amara mengingatkan Anggi yang kadang suka asal bicara.

Anggi malah cengengesan di balik maskernya tak menanggapi peringatan Amara.

Galang tersenyum ketika tiba di hadapan kedua perempuan itu.

"Kalian mau pulang?" tanyanya sambil menatap bergantian Amara dan Anggi.

"Iya, Pak. Kami berdua mau pulang," jawab keduanya serentak.

Galang terdiam sesaat, raut wajahnya terlihat ragu ingin mengatakan sesuatu. Anggi menyenggol sikut Amara, lalu keduanya melempar pandangan lagi kemudian mengedikkan bahu.

"Hem, Amara bareng saya saja. Sekalian saya mau ke rumah kamu."

Amara dan Anggi sontak menatap atasannya itu.

"A-anda mau ke rumah saya, Pak?" Amara bertanya kikuk. Sedangkan Anggi mengerjap seraya mencerna apa yang baru saja dia dengar.

Tersenyum lalu mengangguk. "Iya. Saya mau ketemu sama Kasih," sahut Galang semringah.

'Kasih? Sejak kapan Pak Galang kenal Kasih?' Anggi membatin—merasa ingin tahu apa yang tidak dia ketahui. Kemudian dia mengarahkan pandangannya kepada Amara yang tersenyum kaku.

"Nanti aku minta penjelasannya. Oke?" bisik Anggi di telinga Amara. Gadis itu berdeham lalu berseru, "Oh, ya udah. Kalo gitu saya pulang duluan, Pak."

Galang mengangguk "Iya. Hati-hati."

"Aku duluan, ya, Ra?" pamit Anggi yang sudah naik ke motornya.

"Iya, Nggi." Amara merasa tidak enak kepada Anggi. Pasti setelah ini sahabatnya itu akan meminta penjelasan darinya. Anggi pun menyalakan mesin motornya lagi, lalu berlalu dari sana.

"Ayo, Ra." Ajakan Galang membuat Amara tersentak dari lamunannya.

Amara menatap Galang kemudian mengangguk. "I-iya, Pak." Dia berjalan di belakang Galang yang menuju mobil.

Mereka pun masuk ke mobil, dan meninggalkan pelataran parkir.

*

*

Di mobil nampak hening. Antara Galang dan Amara sama-sama memilih diam dengan kesibukan masing-masing. Galang menyetir sementara Amara menatap ke luar jendela.

"Kamu enggak masalah 'kan kalo saya ketemu Kasih?" Galang tiba-tiba membuka suara dan membuat Amara sontak menoleh ke arahnya.

Amara menatap Galang yang fokus menyetir, dia terdiam sesaat lalu menyahut, "Enggak masalah, Pak."

Galang menoleh sekilas dengan seulas senyum. "Serius?" Dia tidak bisa menyembunyikan perasaan senangnya.

"Serius," sahut Amara yang semakin menambah keceriaan di wajah Galang. "Semalam saja Kasih terus memuji Pak Galang," sambung Amara.

"Oh, iya? Kasih bilang apa aja?"

"Kasih bilang Pak Galang baik. Pak Galang lucu suka bercanda. Pak Galang—" Amara menggantung kalimatnya, dia menggigit bibirnya sendiri. Takut kelepasan bicara.

"Pak Galang apa lagi katanya?" Galang menoleh dengan kerutan di dahi, merasa penasaran dengan kelanjutan pujian yang dikatakan Kasih.

"Em, ya dia bilang kalo Pak Galang ramah dan lembut," bohong Amara yang menutupi pujian Kasih untuk Galang.

Mendengar itu Galang semakin menarik kedua sudut bibirnya ke samping. Hanya dipuji demikian saja dia merasa senang.

'Yang sebenarnya adalah Kasih bilang kalo Bapak seandainya jadi ayahnya.' Amara membatin pilu, dia tidak sanggup untuk mengatakan itu kepada Galang. Dia hanya takut jika Galang akan tersinggung atau berpikiran yang tidak-tidak kepadanya.

*

*

Tiba di rumah Amara, Kasih langsung menyambut kedatangan mereka. Bocah itu berlari riang menghampiri Amara.

"Ibu!" Merangsek ke pelukan Amara.

Amara tersenyum lalu mencium kepala Kasih. "Anak ibu seneng banget," ucapnya seraya mengurai pelukan.

Kasih tak menjawab, dia malah menyapa Galang dan langsung mencium tangan pria itu. Keduanya terlihat sangat akrab. Kasih bahkan sudah tidak sungkan lagi menuntun tangan Galang agar segera masuk.

"Ayo Om masuk!" rengek Kasih.

"Iya, ayo." Galang menuruti Kasih dengan senang hati. "Saya duluan, ya, Ra?" pamitnya kepada Amara yang hanya mengangguk.

Senyuman terbit dari bibir Amara. Kasih begitu mudah akrab dengan Galang. Seolah mereka telah mengenal satu sama lain. Amara mempercepat langkahnya masuk ke rumah.

*

*

"Minumnya, Pak." Amara menyodorkan cangkir kopi atas permintaan Galang.

"Makasih, Ra." Galang tersenyum lalu menerima cangkir kopi tersebut.

"Saya tinggal ke belakang dulu, mau masak untuk makan malam."

"Iya."

Amara berlalu dari ruang tamu, meninggalkan Galang dan Kasih yang sedang asyik bercanda. Dia masuk ke dapur dan menemui Bi Mina yang sedang sibuk memotong kentang.

"Masak apa, Bi?" tanya Amara seraya melongok ke meja kayu sederhana yang di atasnya terdapat sayur bayam, kentang dan telur puyuh yang sudah direbus.

"Bibi mau bikin balado kentang, Mbak. Tadi Kasih minta dibuatin itu, katanya suruh dicampur telur puyuh. Terus sayurnya minta dibuatin sayur bayam sama jagung manis," sahut bi Mina.

"Oh, ya udah saya bantuin kupas kulit telurnya, ya, Bi?" Amara mengambil telur puyuh dari wadah kemudian mengupasnya.

"Tapi mbak, itu bos-nya mbak Amara emang doyan masakan rumah sederhana kayak begini?" Bi Mina terlihat cemas, merasa tidak percaya diri apabila Galang menolak masakannya.

Amara sontak berhenti mengupas telur, dia berpikir sejenak. "Iya juga, ya, Bi? Saya juga bingung mau masakin apa buat Pak Galang. Di kulkas masih ada apa aja, Bi?" Amara berjalan menuju kulkas lalu membukanya.

"Itu kayaknya ada sarden, Mbak. Coba dimasak aja. Dikasih cabe rawit sedikit biar nendang rasanya. Tapi jangan kepedesan juga," kekeh bi Mina.

Ide bi Mina boleh juga. "Oke, deh. Saya masakin Pak Galang ini aja." Amara lantas mengambil kaleng sarden dan beberapa cabai rawit merah.

Dengan menu seadanya mereka masak makan malam. Berharap agar Galang menyukai apa yang mereka sajikan. Ini kali pertama rumahnya kedatangan tamu orang kaya, Amara merasa tidak percaya diri, apalagi Galang berstatus atasannya.

Setelah beberapa menit berkutat di dapur, Amara dan bi Mina telah menyelesaikan pekerjaannya. Semua masakan sudah matang dan siap dihidangkan.

"Semoga Pak Galang suka masakanku," gumam Amara sambil sibuk menata meja makan. Dari sini dia bisa melihat Kasih dan Galang sedang bercanda layaknya ayah dan anak.

Sebagai seorang perempuan tentu hatinya berdesir hangat memandang pemandangan itu. Dulu, Kasih pernah menanyakan di mana ayahnya berada. Namun, Amara mengatakan jika ayahnya telah lama tiada, dan semenjak itu Kasih tak pernah lagi bertanya soal ayahnya.

Amara tersenyum getir. "Maafkan ibu, Nak. Ibu sudah berbohong padamu," lirihnya dengan penuh penyesalan. Tanpa disuruh sudut matanya mengeluarkan cairan bening nan hangat.

###

note: Ceritanya ga seru ya? ga bagus ya?? kok sepi sih?? ga ada yg like dan kasih hadiah 😭😭😪aku jadi ga semangat 🤧

Terpopuler

Comments

Dewa Dewi

Dewa Dewi

👍👍

2023-11-15

0

Lena Sari

Lena Sari

bagus kok Thor..

2023-11-13

0

Mamah Kekey

Mamah Kekey

tambah seruu

2023-10-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!