Bab 3~

~SEKRETARIS BARU

###

Galang baru saja selesai dari pertemuan dengan klien barunya yang memintanya untuk memenangkan kasus hak asuh anak. Selain mengurus perceraian, Galang juga bisa dimintai bantuan untuk mengambil kasus perebutan hak asuh.

"Kita langsung ke kantor saja, Vin," titah Galang kepada Kevin yang kebetulan menemaninya dalam pertemuan tadi.

"Baik, Pak." Kevin gegas melesat dari Kafetaria yang letaknya tidak jauh dari Firma Hukum Galang.

Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Masih ada banyak pekerjaan yang menanti di kantor. Di sela membuang rasa bosan, Galang mencoba mengirim pesan untuk Vanila. Hanya untuk sekadar mengingatkan perempuan itu supaya jangan melupakan makan siang. Hal yang selalu diabaikan istrinya, lantaran tak ingin berat badannya naik.

Sekitar lima belas menit Kevin telah membawa kembali atasannya itu. Berhenti di pelataran parkir, dan bergegas turun guna membukakan pintu untuk Galang.

"Nanti sore jam berapa kita bertemu klien, Vin?" tanya Galang kepada Kelvin yang berjalan di sisinya.

Keduanya kini masuk bersamaan. Para staf saling memberi hormat kepada Galang begitu sampai di lobi.

"Sekitar jam tiga sore, Pak. Klien kita kali ini meminta Pak Galang untuk mempercepat perceraiannya," jelas Kelvin dengan sopan.

Galang tertawa sumbang. "Kenapa semua klien saya selalu minta dipercepat proses perceraiannya, ya, Vin? Seakan mereka selama ini berumah tangga tidak ada gunanya. Menikah lalu bercerai," ujarnya seraya menggelengkan kepala sebab merasa heran sendiri.

Kevin cuma tersenyum dan menjawab seadanya. "Mungkin mereka sudah tidak cocok lagi, Pak. Dan sudah tidak tahan dengan sikap pasangan mereka."

Galang berdecak. "Kalau tidak cocok kenapa dulu memutuskan untuk menikah?" celetuknya asal yang ditanggapi Kevin dengan senyuman.

"Siang, Pak," sapa Anggi sontak berdiri begitu melihat bosnya ada di hadapannya.

"Siang, Nggi," balas Galang yang berhenti sejenak di meja Anggi. "Kamu jadi 'kan bawa teman?" tanyanya kemudian yang segera di jawab Anggi.

"Jadi, Pak. Teman saya sudah menunggu Anda di dalam ruangan." Anggi terlihat menyodorkan sebuah map kepada Galang. "Ini VT teman saya, Pak."

Galang menerimanya. "Baik. Nanti saya lihat di dalam."

Anggi mengangguk. "Terima kasih, Pak," katanya lagi.

"Sama-sama. Saya ke dalam dulu." Galang menoleh ke arah Kevin yang masih setia berdiri di sampingnya. "Kamu tolong cari tahu tentang klien baru kita tadi. Saya tidak mau ada kesalahan sedikit pun," perintahnya tegas.

Kevin mengangguk kemudian menjawab, "Baik, Pak. Kalau begitu saya permisi ke ruangan saya," pamitnya.

Mengangguk dan berlalu dari hadapan Kevin menuju ruangannya. Galang membuka pintu ruangan tersebut yang langsung menampakkan sosok wanita muda tengah duduk di sofa.

Penampilannya rapi, wajahnya teduh, rambut panjangnya diikat ke belakang, kulitnya bersih, nampak sangat anggun dan keibuan.

Wanita muda itu cukup terkejut dan tersentak, refleks dia bangkit dari duduknya. Kegugupan mendadak menyerbunya. Jantungnya berdebar kencang. Ini kali pertama dia melamar sebagai sekretaris pribadi.

Seorang lelaki gagah kini berdiri di hadapannya lalu bertanya, "Selamat siang, Nona ...?" Galang yang terkenal ramah langsung menyapa calon sekretarisnya itu. Memindainya dari atas sampai bawah.

Senyuman samar tercetak di bibir Galang.

'Lumayan.' batinnya memuji.

Tersenyum kaku lantas wanita yang siang ini mengenakan pakaian sopan tersebut menyahut, "Selamat siang, Pak. Perkenalkan saya Cinta Amara." Ragu-ragu wanita bernama Cinta Amara itu mengulurkan tangannya ke depan Galang dan segera disambut baik.

"Saya Galang." Galang ganti memperkenalkan diri. Melepas jabatan tangannya dan menyuruh Cinta Amara untuk duduk. "Silakan duduk dan jangan gugup. Saya cuma mau menanyakan sedikit pertanyaan kepada Anda," ujarnya sambil terkekeh, mencoba mencairkan suasana yang nampaknya sedikit canggung.

Wajah calon sekretarisnya ini sangat terlihat sekali jika sedang gugup, jadi Galang berusaha agar tidak membuatnya takut.

Cinta Amara lagi-lagi tersenyum kikuk. "Ba-baik, Pak." Lantas kembali mendaratkan bokongnya di sofa, disusul dengan Galang yang duduk di seberangnya.

***

"Jadi sebelum bekerja di sini Anda pernah bekerja apa saja?" tanya Galang membuka obrolan. Sesekali dia membaca data diri Amara.

"Saya pernah bekerja sebagai akuntan dan kasir di sebuah minimarket. Terakhir satu Minggu yang lalu saya bekerja di toko kosmetik tapi dipecat karena saya sering meminta cuti." Amara berkata sejujur-jujurnya tanpa ada yang ditutupi.

Galang suka mendengar kejujuran Amara. Karena menurutnya kejujuran itu yang lebih penting dalam sebuah kerja sama. Namun, ada hal yang sedikit mengganggu pikirannya.

"Kenapa kamu sering mengambil cuti?" tanya Galang yang hanya ingin tahu jawaban dari Amara.

Amara seketika menunduk. "Saya juga sibuk mengurus anak saya, Pak," lirih Amara, dia meremat jari-jarinya karena takut jika Galang langsung menolaknya.

Kening Galang mengernyit sesaat kemudian dia membaca kembali data pribadi Amara. Di sana tertera status perempuan itu yang sudah pernah menikah dan memiliki satu anak.

"Apa anak kamu tidak ada yang mengurus di rumah?" Galang semakin mengorek lebih dalam lagi tentang kehidupan Amara. Namun, pandangannya belum lepas dari lembaran kertas putih yang ada di meja.

'Usia 27tahun sudah punya anak umur 7 tahun. Sedangkan aku yang sudah hampir kepala empat belum punya anak.' Galang membatin, membandingkan hidup Amara dengan kehidupannya.

Amara sontak mengangkat kepalanya. "Ada, Pak. Di rumah ada orang yang membantu saya menjaga anak saya," jawabnya.

Mendengar jawaban Amara, Galang cukup yakin bila wanita ini pasti orang yang jujur. Dia menutup map tersebut lantas menatap Amara.

"Oke. Saya terima kamu. Mulai besok kamu bisa langsung masuk. Jam kerja mulai jam sembilan sampai jam lima. Kamu bisa minta Anggi untuk mendampingi kamu dulu," urai Galang menjelaskan semuanya yang kemudian bertanya lagi. "kalian berteman dekat?"

"Kami sudah berteman cukup lama, Pak. Anggi tetangga saya," jawab Amara yang hanya diangguki Galang. "Terima kasih Pak atas kesempatannya. In Sya Allah saya akan bekerja dengan maksimal dan tidak akan membiarkan Bapak mengeluh." Amara mulai merasa nyaman mengobrol dengan calon atasannya.

Dia pikir Galang atasan yang galak dan sombong. Namun, ucapan Anggi ternyata tidak bohong. Dan kini dia membuktikannya sendiri. Galang sangat ramah dan murah senyum.

"Hem, saya panggil kamu apa? Cinta atau Amara?"

"Panggil saja saya Amara, Pak." Amara menjawab sungkan.

"Oke. Amara." Galang mengulurkan tangannya dan segera dibalas Amara. "Selamat bergabung di Firma Hukum saya. Semoga kamu betah." Melepas jabatan tangannya.

"Justru saya yang harusnya mengucapkan terima kasih. Karena Anda mau menerima saya yang cuma lulusan SMA."

"Lulusan apa pun bagi saya sama saja. Asalkan orang itu mau bekerja keras dan berusaha."

Penuturan yang membuat Amara seketika terkagum kepada sosok Galang. Berbeda sekali dengan semua bos yang pernah dia temui. Galang bersahaja dan nampak menghargai bawahannya. Semoga kali ini Amara benar-benar cocok dengan pekerjaan barunya.

Yah... semoga.

####

tbc...

Terpopuler

Comments

Mamah Kekey

Mamah Kekey

lanjut

2023-10-17

0

Katherina Ajawaila

Katherina Ajawaila

semoga aja menjadi jodoh pa Galang ya thour

2023-09-21

0

Danang Setiyono

Danang Setiyono

bikin.meler mata

2023-05-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!