~KEBENCIAN GALANG & DENDAMNYA.
###
"Baiklah. Saya pulang dulu." Galang berpamitan dengan hati yang sedikit merasa tidak rela. Rasanya, dia ingin sekali membawa Kasih pulang ke rumahnya.
Gadis kecil itu sangat periang dan lucu, padahal baru beberapa menit yang lalu mereka bersama. Namun, sepertinya Kasih telah mencuri hati dan perhatian Galang.
Kasih melambaikan tangan kepada Galang yang berdiri di depan mobilnya. "Dada Om! Hati-hati di jalan," ucapnya sambil menyeringai lebar dan Galang pun ikut tersenyum melihat kelucuannya.
"Dada Kasih. Saya pulang dulu, Ra." Menatap Amara yang hanya menganggukkan kepala. Perempuan itu mengulas senyum samar di bibir.
Galang akhirnya masuk dan menyalakan mesin mobil. Memasang sabuk pengaman lantas memandang Kasih sekali lagi seraya menekan klakson, sebelum akhirnya menjalankan mobilnya, membawanya pergi dari halaman rumah Amara.
"Om Galang baik, ya, Bu?" Kasih mendongak memandang Amara yang mengangguk pelan.
"Yuk, masuk. Kita tidur. Kasih harus istirahat." Amara menuntun Kasih masuk ke dalam rumah setelah mobil Galang sudah tak terlihat lagi dari pandangan.
***
Dalam perjalanan pulang, Galang seolah baru sadar, jika tadi sewaktu di rumah Amara, dia tidak melihat keberadaan suami sekretarisnya itu.
"Kok, aku enggak liat suaminya Amara? Tadi cuma ada Bi Mina." Galang bermonolog sendiri sambil mengingat-ingat sesuatu. Mungkin lain kali dia masih punya kesempatan untuk berkenalan dengan ayahnya Kasih—pikirnya.
Setelah menempuh perjalanan sekitar dua puluh menit, Galang akhirnya tiba di rumah. Memarkir mobil lantas gegas melepas sabuk pengaman dan dengan tergesa keluar dari sana.
"Semoga Vanila udah pulang," gumamnya seraya melirik jam tangan yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Sedikit berlari dia menuju pintu rumah, lalu mendorongnya.
"Assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam," sahut mami dari arah ruang tamu. Beliau beranjak dari sofa lalu menyambut kepulangan putra tersayangnya. "Malem banget."
Galang segera mencium tangan mami lantas menyahut, "Iya, Mam. Tadi Galang mampir sebentar ke rumah Amara. Sekretaris barunya Galang." Mami cuma ber'oh ria. "Vanila belum pulang, Mam?" Lelaki itu mengedarkan pandangan ke seluruh rumah. berharap sang istri menyambut kepulangannya.
Namun, sepertinya harapannya itu tidak akan pernah terwujud. Dari raut muka mami, Galang sudah bisa menebak apa yang hendak dikatakan olehnya.
"Istri kamu itu belum pulang. Dan enggak akan pulang malam ini. Paling-paling besok, dia baru pulang. Kayak enggak tahu tabiat istri kamu aja," celetuk mami asal, yang kemudian melengos tak acuh, berlalu dari hadapan Galang yang memandangnya penuh tanya.
"Kenapa Mami ngomongnya gitu?" Kening Galang mengerut tak paham. "Apa maksud Mami berkata seperti itu? Apa yang Mami tahu soal Vanila?" Galang mencecar pertanyaan kepada mami yang malah kembali duduk santai di sofa sambil bermain ponsel.
"Mam?" Sikap mami membuat Galang semakin penasaran.
Perempuan yang melahirkannya itu hanya meliriknya sekilas dan menyodorkan ponselnya ke depan muka Galang.
"Nih! Liat sendiri kelakuan istri kamu! Istri yang selalu kamu belain dan kamu puja-puja." Mami lantas bersedekap sembari melihat reaksi Galang.
"Apa ini, Mam?" Galang menatap bergantian mami dan ponsel yang ada di tangannya.
"Liat aja sendiri. Mami tunggu komentar kamu."
Perasaan Galang mulai tak keruan. Demi menjawab semua pertanyaannya selama ini tentang mami yang selalu tahu apa yang dilakukan oleh Vanila di luaran sana. Galang melihat apa yang ditunjukkan mami kepadanya.
Sebuah foto seorang perempuan memakai baju berwarna hijau tanpa lengan dan celana pendek sebatas paha tengah duduk di pangkuan seorang pria yang Galang tahu betul itu siapa. Ciri-ciri perempuan itu sama persis dengan ciri-ciri istrinya. Meski hanya bagian punggung saja yang terekspos.
Namun, Galang sangat hapal dengan bentuk tubuh Vanila. "Ini? Ini Vanila?" Seakan belum yakin, Galang lantas bertanya kepada mami.
"Kamu geser layarnya. Masih ada lagi." Mami mengedikkan dagu, memerintah Galang untuk melihat foto lainnya.
Dengan dada yang mulai bergemuruh, Galang menggeser layar ponsel mami.
deg!
Bola matanya melebar sempurna saat foto Vanila terpampang dengan jelas di layar segi empat itu. Di dalam foto itu, Vanila sedang berada di mobil dengan pria yang sama. Akan tetapi, yang lebih membuat Galang geram ialah posisi keduanya yang sungguh sangat tidak pantas. Vanila berciuman dengan pria itu.
"Brengsekk! " Galang mengumpat sambil menyorot tajam foto istrinya yang terlihat murahan itu. Kemudian dia menggeser lagi layar benda pipih tersebut. Rahangnya kian mengetat saat melihat satu persatu foto Vanila bersama pria yang sama.
Mami diam tanpa ingin berkomentar. Hatinya cukup merasa puas lantaran telah berhasil membuka kedok Vanila kepada Galang. Meski di sudut hatinya terasa nyeri lantaran ikut merasa sedih dengan apa yang dirasakan putranya.
"Kamu mau tahu di mana istri kamu itu sekarang?"
Galang menoleh dengan kilat amarah di matanya. Mami mengambil ponsel dari tangannya kemudian memutar video yang beberapa saat yang lalu baru saja dikirim orang suruhannya.
"Ini, coba kamu liat." Menyodorkan ponselnya lagi ke Galang.
Galang langsung merebut ponsel mami dan melihat video tersebut tanpa berkedip.
"Ini?" Bibir Galang bergumam sambil mengingat-ingat sesuatu.
"Kenapa?" Mami beringsut maju dan melongok ke layar ponsel.
"Tadi Galang liat Vanila di hotel tempat Galang ketemuan sama klien. Galang pikir salah lihat. Tapi ternyata memang benar Vanila."
Yah, video tersebut menampilkan Vanila dan seorang pria yang tak lain adalah managernya sendiri tengah memboking kamar di Hotel itu. Keduanya terlihat sangat mesra, seperti sepasang kekasih yang dimabuk asmara.
"Menjijikkan!" umpat Galang sekali lagi ditujukan untuk Vanila yang dia pikir selama ini setia. Namun ternyata istrinya itu bertingkah sangat murahan dan menjijikkan.
Galang sendiri bukan orang bodoh, dia tahu apa yang selanjutnya akan dilakukan Vanila dan Erik di kamar Hotel yang mereka sewa.
"Sejak kapan Mami tahu perbuatan Vanila?" Galang bertanya dengan nada suara yang terdengar bergetar. Tenggorokannya tercekat menahan sesak. Kendati demikian, dia tidak ingin meneteskan air mata hanya demi perempuan murahan seperti Vanila.
Mami menghela berat, lalu menjawab, "Sejak istrimu jadi seorang model." Menatap sendu Galang dengan perasaan campur aduk. Antara senang dan sedih.
Galang berdiri seraya mendengus. "Selama itu? Selama itu Mami tahu sifat asli Vanila, tapi Mami enggak ngomong sama aku?"
Mami ikut berdiri. "Bukannya mami enggak mau ngasih tahu kamu, Nak. Mami cuma masih ngumpulin bukti-bukti lain dulu. Mami enggak mau kamu enggak percaya sama mami. Karena kamu itu udah cinta mati sama istri kamu yang enggak tahu diri itu," jelas mami mengurai alasannya selama ini. Beliau tidak mau Galang berpikiran negatif tentangnya.
Menghela panjang, lantas meraup wajahnya kasar. Galang tertawa sumbang. "Mungkin kalau Mami ngasih tahu aku sejak dulu, mungkin Galang enggak akan ngerasa sesakit ini, Mam! Enggak akan!" ujar Galang dengan suara meninggi sembari menunjuk-nunjuk dadanya sendiri.
Mami menyentuh tangan putranya dengan hati-hati, kemudian berkata lagi. "Maafin mami. Mami salah. Mami seharusnya ngasih tahu kamu sejak dulu." Lantas menyuruh Galang untuk duduk. "Duduklah." Galang menuruti mami.
"Sekarang kamu sudah tahu sifat asli Vanila. Mami cuma berharap kamu bisa segera mengambil keputusan. Perempuan itu enggak pantas kamu pertahankan. Sejak dulu mami enggak pernah suka sama dia. Karena mami tahu, anak mami terlalu baik untuk perempuan murahan macam Vanila," ujar mami panjang lebar, memberikan Galang waktu untuk berpikir sekaligus menyadarkan anaknya itu.
Marah, kecewa, sedih dan kesal bercampur jadi satu di dalam dada Galang saat ini. Dia tidak pernah menyangka sama sekali jika Vanila tega menghianatinya dengan cara menjijikkan seperti ini. Selingkuh dengan laki-laki lain. Dan yang lebih menyakitkan ialah, istrinya itu sudah membohonginya selama bertahun-tahun.
"Galang jadi tahu apa alasan dia menunda momongan selama ini. Ternyata ini alasannya. Dia ingin bebas berselingkuh dengan Erik di belakang Galang." Tangan Galang mengepal erat hingga jari-jarinya memutih. Hanya dengan cara itu dia bisa meluapkan kemarahannya. "Galang pasti akan menceraikan dia, Mam. Tapi enggak sekarang."
"Kenapa? Kenapa enggak kamu ceraikan saja dia?" Mami bertanya heran, sedangkan Galang cuma menggeleng samar.
"Enggak akan semudah itu lepas dari Galang sebelum Galang membalas mereka. Galang mau karir Vanila hancur seperti hati Galang saat ini. Vanila dan Erik pasti akan mendapatkan balasan dari Galang, Mam. Itu pasti!" Galang berucap dengan sorot mata tajam dan penuh kebencian. Di hatinya kini hanya ada rasa benci untuk Vanila.
Mami menarik sudut bibirnya kemudian berkata, "Terserah kamu mau kamu apakan mereka. Mami akan selalu dukung kamu." Mengusap-usap punggung kekar Galang.
'Jangan harap aku akan mencintai kamu seperti dulu, Van. Jangan harap! Karena setelah ini kamu cuma akan dapat kebencian dariku. Selama ini aku sudah menghujanimu dengan banyak cinta, tapi sekarang enggak akan lagi. Kali ini kamu akan melihat sisi lain dari Galang. Suami yang udah kamu khianati bertahun-tahun.'
###
tbc..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
aisyahara_ㅏㅣ샤 하라
nah gini dong lang, jgn oon
2024-03-25
0
Dewa Dewi
Kasih pinter bgt 👍👍
2023-11-15
0
Kusii Yaati
biasanya klu istri selingkuh itu Krn suami kurang perhatian,kurang ngasih uang belanja😁 alias kurang mencukupi kebutuhan istri,la ini galang kaya,bucin,cinta mati,suka ngalah tp masih di selingkuhi...bodoh benar2 wanita terbodoh kau vanila😠🖕
2023-10-19
2