Bab 5~

~MAKAN BERSAMA MAMI.

###

Sepulang dari pertemuan dengan klien, Galang memutuskan langsung kembali ke rumah lantaran hari yang sudah malam. Beginilah pekerjaannya sehari-hari yang tidak pernah mengenal waktu. Ini juga suatu cara supaya dia bisa sedikit mengurangi rasa jenuh apabila sedang berada di rumah.

Untuk apa dia berada di rumah yang besar bila tidak ada kehidupan di dalamnya. Kosong, sepi dan hampa. Itulah yang selalu Galang rasakan jika kembali ke rumah. Istri selalu sibuk dengan karirnya, anak pun dia tak punya.

Miris.

Terkadang Galang merasa iri dengan kehidupan teman-teman seumurannya yang sudah memiliki keluarga lengkap. Rata-rata diusianya yang hampir menginjak kepala empat, biasanya sudah mempunyai dua atau tiga anak. Bahkan ada yang lebih.

Galang turun dari mobil sambil menghela napas, menatap nanar pemandangan rumahnya yang mewah namun nampak sepi. Langkahnya gontai seakan tak bersemangat untuk masuk ke dalamnya. Bayangannya dulu tentang sebuah pernikahan tidaklah seperti ini. Harapannya tentu ingin rumah tangga yang harmonis dan bahagia.

Jika pulang ke rumah dia akan disambut oleh istri dan anak-anaknya. Menghabiskan waktu dengan makan malam bersama. Begitulah segelintir angan-angan dari seorang Galang Aditya Pratama. Namun, apa yang ada di hadapannya kini ternyata tak seindah angan dan harapannya.

"Galang. Kamu sudah pulang, Nak?"

Akibat melamun Galang sampai tak melihat jika ada seseorang yang sedang duduk di ruang tamu. Langkahnya terhenti dan sontak menoleh ke arah sumber suara yang memanggilnya tadi.

"Mami?" Galang gegas melangkah mendekati sang mami yang duduk di sofa. Begitu mendekat Galang langsung mencium tangan maminya. "Maaf, tadi Galang enggak liat Mami," ucap Galang yang tak mau maminya tersinggung dengan sikapnya barusan seraya menghempaskan tubuhnya di sofa.

Maminya menggelang heran. "Habisnya kamu masuk sambil ngelamun. Enggak ngucap salam enggak apa, maen nyelonong aja," ejek maminya sambil mencebik.

Mendengar maminya protes Galang segera memberikan penjelasan. "Iya, Mi. Maaf. Tadi Galang cuma kecapekan aja. Biasanya Galang selalu salam, kok." Merangkul pundak mami yang cuma memutar bola matanya.

"Lagian kamunya juga. Punya istri enggak pernah ada di rumah. Coba kalo waktu itu kamu dengerin mami, pasti enggak akan kayak begini kejadiannya. Kamu pulang enggak ada yang nyambut, enggak—"

Galang buru-buru memotong ucapan mami yang dia sudah hapal dan ingat betul. Seakan kalimat panjang yang panjangnya melebihi kereta api itu terekam jelas di memorinya.

Vanila inilah. Vanila itulah. Enggak beginilah. Enggak begitulah. Dan, pasti ujung-ujungnya mami memintanya untuk bercerai.

Perempuan paruh baya itu menghela panjang, merasa lelah sendiri dan merasa tidak ada gunanya. Putranya begitu cinta mati dengan istrinya yang tak tahu diri itu.

Lantaran tak ingin melihat mami sedih, Galang yang mempunyai kadar kepekaan yang tinggi langsung berujar, "Mi, Galang hargai setiap ucapan dan kemauan Mami. Galang juga sudah berusaha untuk bertanya sama Vanila kemarin. Tapi ...."

"Tapi apa? Hem? Tapi apa?" Mami menyela Galang sinis. "Pasti kamu lagi yang didiemin sama dia. Dia marah. Dia ngambek terus enggak pulang. Kalo enggak dia pergi dugem sama temen-temennya terus pulang pagi. Begitu terus kelakuan istri kamu itu." Mami memijat pelipisnya usai mengurai kelakuan menantunya yang selalu berhasil membuat darahnya naik.

"Mam, plis ... jangan ngomong begitu. Sejelek-jeleknya Vanila di mata Mami, dia tetap istri Galang sekaligus menantu Mami." Galang memegang tangan mami, menatap perempuan yang telah melahirkannya itu dengan sendu.

Sedih.

Sudut hati Galang selalu berdenyut nyeri bila setiap kali dia mendengar kata-kata buruk tentang Vanila dari mulut mami. Dia sadar jika Vanila tidak pernah sekali pun akur dengan mami dan selalu bersikap seenaknya. Namun, sebagai kepala rumah tangga, Galang merasa terlukai harga dirinya, bila acap kali sang mami menegurnya supaya lebih bersikap tegas kepada istri.

Lagi-lagi mami cuma menghela napas. Galang sangat bebal dan tak peduli dengan perasaan orang tuanya yang ingin segera menggendong cucu.

"Andai saja anak kakakmu tidak hilang. Pasti sekarang dia sudah besar dan sudah main sama mami dan papi." Mami bergumam sendiri dengan segala kedongkolan di hati. Berandai-andai dan menyesali apa yang menimpa anak perempuannya.

"... ngandelin kamu percuma. Enggak pernah ngertiin kemauan kami sebagai orang tua," sambungnya lagi seraya menatap Galang sekilas kemudian bangkit dari duduknya dan segera berlalu pergi.

Galang cuma bisa menatap kepergian mami dengan nyalang. Perasaan bersalah seketika mencuat di hati. "Maafin Galang, Mi. Maaf. Galang belum bisa nyenengin hati Mami." Mengusap wajahnya kasar kemudian bangkit dan menghampiri mami yang sudah sibuk menata meja makan.

Galang tersenyum, memandangi mami yang sibuk mondar-mandir menata aneka menu makan malam yang lezat. Masakan rumah yang selalu dia rindukan.

"Ini semua Mami yang masak?" tanya Galang sembari melangkah mendekat ke arah wastafel untuk mencuci tangan. Kebetulan perutnya sudah sangat lapar sekali. Dengan langkah cepat dia pun segera menuju meja makan dan menarik kursi, lalu mendaratkan bokongnya.

Walau kesal dan jengkel, mami tetaplah orang tua yang menyayangi putranya. Meski nada bicaranya masih agak menyinggung, mami menjawab pertanyaan Galang.

"Mami tadi masak banyak di rumah terus mami bawa sebagian ke sini. Mami tahu pasti hari ini istrimu lagi sibuk pemotretan di Puncak dan enggak bakal pulang buat ngurusin anak mami yang udah capek seharian kerja."

Usai berkata demikian, mami melirik Galang yang menggelengkan kepalanya sambil mencentong nasi. Putranya itu tidak menjawab mau pun membantah.

Lantas, mami duduk dan turut membantu Galang mengisi piringnya dengan lauk pauk hasil masakannya. "Makan yang banyak. Badan kamu makin hari makin kurus," ujarnya yang tak urung membuat Galang menyunggingkan senyum.

Kurus dari mana? Badan sebesar dan se-gagah ini dibilang kurus. Berat badannya saja sudah hampir mendekati 90kg dengan tinggi 190cm. Kurus dari mana coba?—Galang membatin sambil menyendokkan makanan ke mulutnya.

Sementara mami juga sudah sibuk mengunyah makanannya. Kebanyakan ngomel membuat cacing di perutnya meronta meminta jatah.

Keduanya makan dalam diam dengan pikiran yang bercabang. Galang makan dengan lahap dan banyak dan itu tak luput dari perhatian mami.

Beberapa saat berlalu, Galang sudah menghabiskan makanannya. Meraih gelas yang sudah diisi air putih oleh mami, lalu meminumnya. Makan malam hari ini begitu nikmat dan berbeda.

"Mami, kok, tahu kalo Vanila lagi ada pemotretan di Puncak?" tanyanya kepada mami yang sedang menyeka sudut bibirnya dengan tisu.

Mami minum sebentar kemudian baru menjawab pertanyaan Galang. "Apa, sih, yang enggak mami tahu? Cuma keberadaan cucu mami yang enggak mami tahu," jawab mami yang kembali menyendu.

"Sabar Mam. Kita berdoa semoga cucu Mami baik-baik saja dan hidup dengan orang baik pula," ujar Galang mencoba membesarkan hati mami. "Kita juga sudah berusaha mencarinya, tapi Tuhan belum berkehendak mempertemukan kita dengan anaknya Kak Maya. Jadi, lebih baik kita bersabar saja. Suatu saat Tuhan pasti menjawab doa-doa kita," imbuhnya lagi.

"Yah ... semoga aja. Mami selalu berdoa untuk cucu mami dan kesembuhan kakakmu." Mami berujar dengan doa yang terus terselip di tiap ucapannya.

Bertahun-tahun mencari keberadaan cucunya yang hilang juga menjaga putrinya yang sedang sakit, terkadang menjadi duka tersendiri bagi mami. Kakak perempuan Galang mengalami depresi selama hampir delapan tahun lamanya. Dan tengah dirawat di Rumah Sakit jiwa yang berada tak jauh dari kota.

###

tbc...

Terpopuler

Comments

Hany Surya

Hany Surya

Sepertinya Kasih itu keponakan Galang ya...

2023-10-18

1

Sumarni Sume

Sumarni Sume

jangan2 kasih putri kakanya pak galang ya

2023-10-18

0

Katherina Ajawaila

Katherina Ajawaila

sedih amat punya kel, anak hilang yg satu blm ada anak, bini cuek, miris amat

2023-09-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!