Bab 16~

~TAMPARAN VANILA.

***

"Maaf ya, Nggi. Aku sama Kasih enggak bisa dateng ke pernikahan kamu. Seandainya Kasih sehat, pasti kami akan dateng nemenin kamu di sana," ucap Amara kepada Anggi lewat sambungan telepon.

Beberapa saat yang lalu Amara memutuskan untuk menghubungi sahabatnya itu lantaran merasa tidak enak hati. Sahabatnya menikah tetapi dia tidak bisa datang menemani.

"Enggak apa-apa, Ra. Aku bisa maklum. Kasih perlu banyak istirahat. Dia lagi enggak sehat. Cukup kalian doakan aku di sana."

"Pastinya, Nggi. Doa kami selalu menyertai. Semoga pernikahan kamu diberkahi kebahagiaan, kelanggengan. Lancar semuanya pokoknya. Jangan lupa nanti cerita kalo abis malem pertama. Hehe ...." Amara terkekeh konyol, bermaksud untuk menggoda Anggi—sang pengantin baru.

Kekehan Amara menular ke Anggi.

"Ye ... nanti kamu mupeng loh, Ra. Awas enggak ada lawannya," celetuk Anggi yang disertai tawa hingga membuat wajah Amara seketika memerah karena malu.

Amara tidak pernah menjalin hubungan dengan lelaki manapun. Semenjak ada Kasih, dia hanya fokus kepada putrinya itu. Tak berminat sama sekali memiliki seorang pacar karena baginya pacaran itu cuma membuang-buang waktu.

Kembali ke tujuan awalnya menghubungi Anggi, Amara lalu menceritakan semuanya. Dia ingin meminta pendapat kepada Anggi bagaimana baiknya. Amara terlalu pusing apabila memikirkan masalah ini sendirian.

Anggi terdiam, dia mendengarkan cerita Amara dan memikirkan cara yang tepat.

"Kalo menurut aku sih keputusan kamu udah tepat, Ra. Kamu lebih baik jujur, jadi nanti Pak Galang enggak salah paham atau punya pikiran macem-macem tentang kamu." Pendapat Anggi sedikit memberi pencerahan untuk Amara.

"Iya. Aku juga udah ada niatan itu. Tapi aku masih beneran enggak enak sama dia, biaya operasi Kasih itu mahal banget." Sejak kemarin Amara masih agak ragu akan kebaikan Galang kepadanya. Meski lelaki itu sudah menjelaskan niat baiknya yang benar-benar tulus.

"Saya enggak ada niatan buat ngambil Kasih dari kamu. Jadi kamu enggak usah khawatir dan takut. Saya sayang sama Kasih tulus. Kasih sudah saya anggap kayak anak kandung saya. Buang jauh-jauh pikiran buruk itu. Kamu tetap ibunya. Dan akan selalu seperti itu. Saya berjanji kepada kamu Amara."

Janji Galang kepada dirinya sesaat pertanyaan konyol terlontar begitu saja dari mulut Amara kemarin. Semalaman dia bahkan tidak bisa tidur nyenyak lantaran gelisah tanpa sebab.

"Ra, jangan-jangan Pak Galang suka sama kamu. Makanya dia mau bantu kamu biayain pengobatan Kasih."

Celetukan Anggi sontak membuat Amara kesal bukan main.

"Sembarangan kalo ngomong!" Amara memijat pelipisnya yang sejak tadi tak berhenti berdenyut. Ditambah dengan dugaan Anggi yang ngawur, malah semakin menambah kepalanya pusing.

"Heh, kamu jangan salah. Kamu emangnya belum baca di internet. Istrinya Pak Galang lagi kena skandal sama managernya sendiri. Katanya sih mereka selingkuh. Berita mereka lagi trending loh di jagat maya."

"Masa sih?" Amara melebarkan mata sebab terkejut dengan penuturan Anggi. "Jangan bohong kamu."

Anggi lantas menjelaskan berita yang sedang viral itu kepada Amara. Supaya ibu dari Kasih ini percaya padanya. Namun, bukannya tertarik dengan gosip, Amara memilih untuk mengakhiri perbincangan mereka. Dia tidak berminat untuk bergosip apalagi yang menjadi bahan gosip adalah istri dari atasannya yang sangat baik.

"Seandainya itu benar, kasian banget Pak Galang." Amara bergumam, dia merasa kasihan kepada Galang. Hanya itu. Yah, Amara hanya merasa kasihan tidak lebih.

*

*

Pukul sebelas kurang dua puluh menit, Galang mengajak Amara ke Rumah Sakit, tetapi sebelum itu mereka harus menjemput Kasih terlebih dulu. Dan di sinilah mereka berada, di pelataran parkir kantor.

Amara gugup, dia ingin mengatakannya saat ini juga. Tak ingin menundanya lebih lama sebab menurutnya lebih cepat akan lebih baik. Namun, karena pikirannya terbagi ke sana kemari, Amara jadi tidak fokus dengan keadaan sekitar. Dia asal berjalan dan tidak menengok ke kiri dan kanan.

Alhasil, Amara hampir saja terjatuh bila Galang tidak segera menangkapnya.

"Hati-hati, Ra. Kamu bisa terluka kalo jalan enggak fokus." Galang membantu Amara berdiri dengan benar. Tangan kokohnya melingkar di pinggang sekretarisnya itu.

Amara merasa malu karena dia terlalu ceroboh sampai-sampai hampir terjatuh. Beruntung Galang menolongnya.

"Ma-maaf, Pak. Saya memang salah. Saya kurang hati-hati," ucap Amara dengan gugup, dia menjauhkan diri dari Galang. Disentuh mendadak membuat Amara jadi salah tingkah. Rambutnya yang panjang bahkan sampai berantakan.

Galang tersenyum menanggapi. "Iya. Enggak apa-apa. Lain kali hati-hati," ucapnya seraya ingin membenahi rambut Amara yang nampak acak-acakan.

Diperlakukan demikian, membuat Amara tak bisa menolak. Galang membenahi anak rambut Amara yang menutupi sebagian wajah. Berjarak sedekat ini tentu sangatlah tidak pantas jika ada seseorang yang melihatnya.

Mereka saling menatap dalam diam, sambil jari-jari Galang masih sibuk menata rambut Amara. Dan, untuk yang kedua kalinya Galang memandang wajah Amara yang cantik dari dekat. Kulit Amara memang tidak seputih kulit Vanila. Namun, jika dipoles sedikit saja kecantikan sekretarisnya itu pasti mengalahkan kecantikan istrinya.

Lalu di saat keduanya saling pandang tiba-tiba saja seseorang datang dan langsung mendorong Amara hingga terjatuh.

"Kurang ajar! Dasar ja-lang!" Vanila mendekat kemudian menampar pipi Amara yang tak berdaya di bawah kakinya.

Amara meringis menahan perih dan nyeri di sudut bibirnya. Rasa panas menjalar di pipi sekaligus rasa malu yang tak terkira.

Galang tercengang bukan main dengan apa yang terjadi secara mendadak ini. Dia lantas maju dan menarik lengan Vanila.

"Hentikan! Kamu apa-apaan? Hah?" Galang menyentak Vanila dengan amarah yang belum pernah Vanila lihat sebelumnya. Kemudian setelah membentak istrinya, Galang mendekati Amara lalu membantunya berdiri. "Hati-hati."

Melirik sekilas ke arah Vanila yang menyorotinya tajam, Galang lantas meminta maaf kepada Amara.

"Maaf. Maafin istri saya." Dia menatap iba Amara. Perempuan itu cuma mengangguk dan menunduk. Dapat Galang lihat jika pipi Amara memerah, ada bekas tangan di wajah mulusnya.

Dari pada membuat keributan lebih baik dia menyuruh Amara untuk masuk ke dalam mobil terlebih dahulu. Galang tidak ingin membuat Amara semakin malu.

"Lebih baik kamu masuk ke mobil duluan. Saya akan mengurus istri saya dulu."

Amara sontak mendongak menatap Galang dengan mata yang basah. "Tapi, Pak—"

Galang menggeleng. "Masuklah. Percaya sama saya." Amara yang hendak menolak segera ditampik lelaki itu.

Dia pun menurut. Lebih baik dia masuk daripada harus menanggung rasa malu lebih banyak lagi. Beruntung keadaan sangat sepi, tidak ada satu orang pun yang melihat kejadian memalukan tadi.

Amara berjalan melewati Vanila dengan kepala yang terus menunduk. Dia takut jika Vanila kembali menyerangnya. Sementara Vanila cuma bisa mengepalkan kedua tangannya di sisi tubuh sambil menyorot tajam Amara yang masuk ke mobil suaminya.

"Vanila!" Galang menarik lengan Vanila hingga istrinya itu meringis. Dan Galang tak peduli itu. Dia terlanjur marah dan benci dengan wanita tidak tahu malu ini.

"Sakit, Mas! Kamu nyakitin aku!" rengek Vanila, berharap Galang mau melepaskan cengkeramannya.

"Apa-apaan kamu, hah? Main asal pukul."

Vanila tertawa sumbang. "Aku? Apa-apaan? Kamu yang harusnya mikir. Aku telepon kamu tapi enggak kamu angkat. Aku ini lagi kena masalah. Bukannya bantuin aku malah kamu enak-enakan sama ja-lang itu!" Menunjuk ke arah mobil yang di dalamnya ada Amara.

Kepala Galang menggeleng tak percaya. Vanila menilai orang dengan serendah itu.

"Dia itu sekretaris aku. Jadi kamu jangan asal tuduh! Ngerti!" Menyentak tangan Vanila dengan kasar. Galang yang dulu selalu bersikap lembut kini berubah menjadi sangat menakutkan.

"Kamu bentak-bentak aku cuma karena mau belain perempuan itu? Iya! Aku enggak bodoh, Mas! Aku tahu dan kenal sekretaris kamu. Dia bukan sektretaris kamu. Iya 'kan!"

"Terserah! Kamu mau ngomong apa! Aku enggak ada waktu buat ngeladenin kegilaan kamu."

Keduanya sama-sama tak ada yang mau mengalah. Galang berkali-kali menghela napas panjang, kelakuan Vanila benar-benar sudah keterlaluan.

"Lebih baik kamu introspeksi diri kamu dulu! Sebelum kamu menuduh orang lain. Paham!" ucap Galang sambil menunjuk wajah Vanila. Usai berkata demikian dia pun memilih meninggalkan istrinya yang membeku lantaran terkejut dengan perkataannya barusan.

"Apa maksud ucapannya? Apa dia benar-benar sudah tahu semuanya?" gumam Vanila dengan tatapan tertuju pada mobil Galang yang telah melesat dari pandangannya.

###

tbc...

Terpopuler

Comments

Mamah Kekey

Mamah Kekey

bikin kue cucur tuh enak...

2023-10-17

0

Katherina Ajawaila

Katherina Ajawaila

jalang teriak jalang kasihan deh vanila, diaduk aduk sm terigu campur santen jadi roti goreng😜😜😜

2023-09-21

1

Cahaya Hayati

Cahaya Hayati

jalang teriak jalang dasar wanita rusak moral emang ngak bercermin muka tu Jagan mekup saja yg tebal iman harus tebal juga 😃😃😃😃😃

2022-06-26

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!