HARI YANG SIBUK~
###
Hampir menjelang tengah malam Galang menunggu kepulangan Vanila ke rumah. Namun, pada kenyataannya istrinya itu tak kunjung tiba. Galang serba salah. Ponsel sang istri mati sejak tadi. Dia bingung harus menghubungi siapa lagi selain Vanila. Terlintas ingin menghubungi manager Vanila, tetapi Galang merasa sungkan dan malu.
Mendesah gusar kemudian memilih masuk ke kamar saja. Lebih baik dia berisitirahat dan tidur sebab besok ada pertemuan dengan klien barunya. Galang naik ke atas ranjang, merebahkan diri berharap semua beban pikirannya sedikit berkurang.
Tatapannya menghadap lurus ke atas langit-langit kamar dengan sejuta kecamuk di dada. Dia berpikir, apakah selama ini cintanya tak cukup bagi Vanila hingga perempuan itu sedikit pun tak pernah mau menurut kepadanya.
Dulu, sebelum menjadi model dan setenar ini, Vanila adalah perempuan yang baik dan pengertian. Oleh sebab itu dengan mudah Galang jatuh cinta dan memutuskan menjadikannya kekasih. Lalu, semenjak ambisi untuk menjadi model mulai merajai kehidupan Vanila. Seketika jarak antara keduanya mulai ada.
Akan tetapi, Galang tak pernah ambil pusing. Dukungan dia berikan hingga Vanila sampai ke titik ini. Menjadi populer dan terkenal.
Kemudian, perlahan sifat Vanila mulai berubah. Tak ada lagi Vanila yang dulu. Yang baik dan lembut. Saat ini Galang nampaknya telah kehilangan sosok tersebut. Vanila yang sekarang sungguh jauh berbeda.
"Kamu ke mana lagi, Van? Apa belum cukup selama ini aku mengerti dirimu?" Galang menghela napas guna mengurangi rasa sesak yang menghimpit dada. Perlahan kelopak matanya tertutup sempurna, Galang mulai terbuai ke alam mimpi. Dengkuran halus berembus dari hidungnya.
_
_
Sementara di tempat lain, Vanila justru tengah asyik berjoget di lantai dansa dengan teman-teman seprofesinya. Meliukkan tubuh sembari sesekali bersorak gembira. Irama musik DJ memekakkan telinga, ruangan temaram dengan pencahayaan minim dan orang-orang yang nampak setengah mabuk berkumpul menjadi satu di Diskotek tersebut.
Sengaja Vanila melupakan statusnya sebagai istri dan memilih berpesta dengan teman-temannya. Vanila tak tertarik sama sekali dan tidak peduli kepada suami yang menunggu kepulangannya. Dia benar-benar sudah melewati batasan dan bertingkah tak sepatutnya.
"Van, elu enggak pulang lagi?" Salah satu teman Vanila yang bernama Mila bertanya dengan sedikit berteriak. Suara musik mengalahkan suaranya.
"Enggak!" Vanila menjawabnya sambil terus berjoget. "Gue males! Suami gue mulai cerewet! Kesel gue!" Dia menjelek-jelekan Galang tanpa rasa bersalah sedikit pun.
Mila tertawa, seolah dia merasa lucu mendengar Vanila mencemooh Galang.
"Kenapa lagi? Bukannya suami lu cinta banget ya sama lu?" tanya Mila, tawanya semakin pecah.
Vanila menggeleng, hentakan musik membuatnya terlena dan ingin terus bergoyang.
"Dia minta anak," jawabnya.
"Terus?"
"Ya gue tolaklah!" sahut Vanila dengan lantang.
"Kenapa ditolak? Kan lu juga udah lama nikah. Emang lu enggak mau apa punya anak?" Mila tak habis pikir dengan jalan pikiran Vanila. Di saat seorang istri mati-matian ingin menjadi seorang ibu, temannya itu justru tidak menginginkan hal tersebut.
Vanila tertawa kencang. Seakan dia tidak ambil pusing. "Gila lu! Gue enggak maulah! Yang ada entar badan gue melar, lebar. No! Vanila enggak mau!" tandasnya diiringi gerakan telunjuknya ke kanan dan kiri.
Mila mendengkus. "Ya ampun, Van, gitu aja elu sampe segitunya enggak mau punya anak. Kasian mertua lu, udah ngebet pengen gendong cucu," cibirnya.
Tertawa dan terkesan tidak peduli. "Gue enggak peduli, Mil! Pokoknya sampai kapan pun gue enggak mau punya anak.Titik!" putusnya dengan pongah. "Udahlah! Mending kita joget lagi." Seperti orang yang tidak memiliki masalah. Vanila kembali bergoyang seiring hentakkan musik DJ yang semakin memanas.
Dia tidak berpikir bila suaminya tengah menunggu kepulangannya. Begitulah Vanila yang terlampau kurang ajar.
***
Paginya Galang sudah nampak terlihat sangat rapi dengan balutan jas berwarna navy. Lelaki itu sudah terbiasa menyiapkan segala keperluannya sendiri. Percuma statusnya yang telah beristri jika semuanya masih ditangani sendiri.
Selesai memasang dasi yang sangat kontras dengan warna jasnya kali ini, dia berbalik dan mendekat ke arah ranjang. Kedua sudut bibirnya tertarik ke samping, memandang Vanila yang masih tertidur nyenyak tanpa sehelai benang pun.
Wajah cantik yang sejak dulu dia kagumi begitu damai dan teduh jika sedang tertidur seperti ini. Kemudian hatinya berdesir hangat kala mengingat pergumulannya semalam dengan Vanila. Sekitar jam tiga pagi Vanila pulang dalam keadaan setengah mabuk. Perempuan itu membangunkan Galang dan mengajak suaminya bercinta dengan penuh gairah.
Sebagai lelaki normal, tentu Galang tidak menolak dan justru memberi kepuasan untuk sang istri yang sangat jarang sekali tidur dengannya. Mau pulang saja Galang benar-benar sudah bersyukur. Dia tahu jika Vanila pasti dari Diskotek dan berpesta dengan teman-temannya. Sesuatu kebiasaan yang sudah dia hapal betul.
Masih dengan wajah yang nampak semringah, Galang membungkukkan badan kemudian mengecup kening dan bibir Vanila.
"Hei, my Queen. Aku berangkat kerja dulu," ucapnya sambil mengusap lembut pipi Vanila yang mulus.
Vanila menggeliat lalu membuka matanya perlahan.
"Mas, udah mau berangkat?" tanyanya dengan suara khas bangun tidur.
Galang mengangguk dan mengecup bibir Vanila sekali lagi. "Iya, Sayang. Mas hari ini ada pertemuan dengan klien baru," jawabnya sambil menegakkan badannya kembali.
"Mas hati-hati," ujar Vanila seraya menarik selimut hingga sebatas leher. "Kalo gitu aku mau tidur lagi. Nanti siang aku juga ada pemotretan."
"Iya, Sayang. Mas berangkat dulu," pamit Galang yang langsung diangguki Vanila yang sudah memejamkan matanya lagi.
"Hem,"
Galang bergegas keluar dari kamar, dengan sedikit tergesa dia menuju halaman rumah. Tanpa sarapan atau minum kopi terlebih dahulu sebab waktunya sudah sangat mepet. Di halaman rumah dia sudah ditunggu sang sopir pribadinya.
"Jalan, Pak." Galang memberi perintah begitu masuk ke mobil dan duduk di kursi penumpang.
"Baik." Sopir bernama pak Harto itu perlahan menginjak pedal gas, membawa mobil Pajero putih itu melesat dari halaman rumah mewah tersebut.
***
Sementara di lain tempat, seorang perempuan sedang sibuk mengurus sang anak. Memasak dan membuatkan susu.
"Ibu jadi pergi?" tanya sang anak, menatap ibunya yang sibuk mondar-mandir.
"Iya, Nak. Alhamdulillah ibu ada pekerjaan. Nanti kamu di rumah jangan nakal, ya? Obatnya juga jangan lupa diminum," kata perempuan itu dengan lembut.
Sang anak mengangguk. "Ibu enggak usah cemasin aku. Ibu kerja aja. Kasih janji akan nurut sama Bibi dan minum obat tepat waktu," sahutnya dengan tersenyum. Gadis kecil itu meminum susu cokelat buatan ibunya. "Susunya enak. Kasih mau lagi, boleh enggak, Bu?" tanyanya dengan mimik muka yang lucu.
Ibunya mengangguk. "Boleh. Tapi nanti siang. Nanti kalo Kasih minum susu lagi rotinya siapa yang akan makan, hem?" ujarnya memberi pengertian agar gadis kecilnya ini tidak merajuk.
"Oke, deh. Nanti siang Kasih minta tolong Bibi buat bikinin susu lagi," sahut Kasih yang lantas menggigit roti lapis berisi telur ceplok favoritnya.
"Anak pinter." Ibunya mengecup kening dan pipi Kasih. "Ibu mau ganti baju dulu. Kamu habiskan sarapan kamu."
Kasih cuma mengangguk sebab mulutnya penuh dengan roti. Sang ibu lantas gegas masuk ke kamar dan berganti baju.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Arin
haha si galang...cinta si cint tpi jngn sampe cnt buta juga x
2023-10-18
1
Mamah Kekey
bisa pindah kelamin hati nih bang galang
2023-10-17
1
Katherina Ajawaila
Galang bego aja mau di kadalin istri sayang sih boleh tapi kalau istri ngk mau hamil bukan jaminan kali, perlu di curiga ini? bener ngk thour
2023-09-21
3