~INGIN BERTEMU KASIH.
###
Amara masih berusaha keras untuk mengingatnya, namun sekali lagi dia tetap tidak bisa mengingat siapa perempuan yang ada di foto itu. Akan tetapi, ibu dari Kasih itu sempat terkejut kala dirinya memandang lama wajah kakak dari Galang tersebut.
'Wajahnya ... kenapa mirip dengan Kasih?' batinnya bertanya-tanya sendiri. Wajah Kasih hampir mirip dengan perempuan yang ada di foto. Dari mata, bentuk hidung, garis senyumnya pun sama persis.
Lalu, masih dengan keterkejutannya, Amara lantas bertanya kepada Galang.
"A-apa orang yang Anda maksud mirip dengan Kasih itu adalah dia?" Anggukan kepala dari Galang membuat Amara menelan ludahnya kelat.
Jantungnya berdebar kencang, hatinya mencelos. Mendadak lututnya terasa lemas dan...
"Amara!" Galang dengan sigap menahan tubuh Amara yang mendadak limbung. "Kamu enggak kenapa-napa?" Memindai wajah sekretarisnya yang berubah pucat.
Lagi-lagi, Amara menelan ludah. "Sa-saya enggak apa-apa, Pak. Maaf," ucapnya terbata seraya menegakkan tubuhnya.
"Galang?"
Suara mami mengalihkan keduanya. Galang dan Amara menoleh bersamaan.
"Mami?" ujar Galang memandang ke arah mami yang berjalan mendekatinya.
Perempuan paruh baya yang masih terlihat cantik, meski diusianya yang tak lagi muda itu tersenyum begitu berdiri di depan sang putra.
"Kenapa enggak langsung masuk? Mami udah nungguin dari tadi," tanyanya kepada Galang. Menjeda sejenak lantas bertanya lagi sambil menelisik Amara. "Dia siapa, Nak?"
"Dia sekretaris Galang yang baru, Mom. Namanya Amara," sahut Galang. "Ra, ini Mami saya," imbuhnya memperkenalkan sang mami.
"Selamat siang, Nyonya." Amara menyapa dengan sopan dan mendapat tanggapan baik dari mami.
"Selamat siang. Perkenalkan saya Sarah. Maminya Galang." Mami tersenyum lalu mengulurkan tangan.
Amara membalas uluran tangan mami. "Senang bertemu Anda, Nyonya," ujarnya berbasa-basi.
Sikap mami Sarah yang ramah membuatnya merasa tidak canggung sedikit pun. Amara kagum dengan penampilan wanita berumur ini. Masih tetap terlihat cantik kendati usianya yang tak lagi muda.
"Loh, muka kamu kenapa, Nak?" Mami bertanya perihal wajah Amara yang memerah dan sedikit bengkak pada bagian pipi.
Galang buru-buru menyela. "Nanti Galang ceritain sama Mami. Sekarang Galang mau tanya kenapa Mami nyuruh Galang ke sini?" Demi menjaga perasaan Amara, lelaki itu memilih mengalihkan perhatian mami. Dia tidak ingin kesedihan kembali menghampiri Amara.
Mami Sarah menepuk dahinya lantas berkata, "Ah, iya. Mami itu mau tanya sama kamu. Tadi pagi mami kaget pas liat berita di internet. Papi kamu juga. Kok, bisa foto-foto istri kamu tersebar di sosial media? Apa ... jangan-jangan?" Mami memicingkan mata sambil menelisik raut wajah Galang. Meski bungkam, namun mami bisa membacanya dari sorot mata sang anak.
Hanya anggukan yang diberikan Galang sebagai jawaban. Mami menyeringai penuh arti, sementara Amara memilih diam dan menyimaknya saja. Kendati dirinya cukup terkejut lantaran apa yang dikatakan Anggi benar adanya. Istri Galang selingkuh dan foto-fotonya beredar di Internet.
*
*
Mami terlihat marah sekali dengan apa yang baru saja dia dengar. Galang menceritakan semuanya perihal kemarahan dan tindakan arogan istrinya kepada Amara. Lelaki itu merasa malu dan bersalah kepada ibu dari Kasih itu.
"Istrimu itu memang keterlaluan. Dia sama sekali tidak berkaca dulu sebelum menuduh kamu. Kasian Amara jadi sasaran." Mami menghela napas panjang, ikut prihatin dengan apa yang dialami sekretaris putranya.
Sementara yang dibicarakan sedang duduk di ruang tamu. Mami mengajak Galang bicara di ruang kerja papi Hendra.
Bayangan wajah Amara yang menangis kembali terlintas di ingatan Galang. Ini kali kedua dia melihat perempuan mungil itu menangis.
"Iya, Mom. Amara memiliki cerita hidup yang tidak mudah. Dia seorang ibu yang sedang berjuang demi kesembuhan putrinya."
Mami Sarah terkesiap sesaat. "Apa? Amara udah punya anak?" Mencoba memperjelas apa yang baru saja didengarnya.
Galang mengangguk.
"Anaknya sakit apa?"
"Sakit kanker darah stadium dua, Mom."
Mami melebarkan mata. "Apa? Kanker?" tanyanya dengan nada agak tinggi.
"Iya."
"Terus-terus?" Saking penasarannya, mami sampai menggeser posisi duduknya. Dia seakan tidak sabar mendengarkan Galang bercerita.
Dengan seksama dan serius, mami mendengar cerita hidup Amara. Sebagai seorang perempuan sekaligus ibu, beliau juga turut merasakan pedih dan sedih.
"Anaknya umur berapa?" tanya mami setelah Galang selesai bercerita.
"Umur tujuh tahun, Mom," sahut Galang yang kemudian tersenyum seraya membayangkan wajah Kasih ketika tertawa. Tak pelak hal itu mengundang tanya dari mami.
"Kenapa? Kenapa kamu ketawa sendiri? Ada yang lucu?" Mami menggeleng, merasa heran kenapa Galang tertawa padahal dia tadi terlihat bersedih.
"Galang cuma keinget sama Kasih, Mom."
"Kasih?" Alis mami menaut. "Siapa itu Kasih?" tanyanya lagi.
"Kasih itu nama anaknya Amara, Mom."
Mami lantas mengangguk paham. "Pasti cantik kayak ibunya," celetuknya.
"Enggak, Mom. Kalo menurut Galang mukanya enggak mirip Amara. Tapi mirip sama ... bentar." Lelaki itu lantas mengambil ponsel dari saku jasnya. Dia hendak menunjukkan foto Kasih kepada mami. Waktu itu Galang sempat berfoto selfie dengan Kasih.
"... ini Mom. Kalo kata Mami mukanya Kasih mirip siapa?" Galang menyodorkan ponselnya ke depan mami.
Dahi mami mengernyit sembari mengambil ponsel dari tangan Galang. "Cantik, ya putrinya Amara," ucapnya lantas terdiam beberapa saat. "Tapi ini? K-kenapa mirip sekali dengan—"
"Dengan Kak Maya." Galang melanjutkan ucapan mami yang belum sempat terselesaikan.
"I-iya. Wajahnya Kasih mirip dengan Maya kakakmu. Tapi, bagaimana bisa?" Mami Sarah mulai menyendu. Rasa rindu terhadap Maya seketika mencuat. Sudah lama sekali beliau tidak menjenguk putri kesayangannya itu.
Jawaban Galang membuat mami Sarah sedikit kecewa. "Galang juga enggak tahu, Mom. Galang pikir Kasih mirip ayahnya. Tapi, sayangnya ayah Kasih udah meninggal saat Kasih umur dua bulan. Dan yang lebih menyedihkan lagi Amara enggak punya foto suaminya," ungkap Galang kepada mami.
"Jadi Amara seorang janda?"
Galang mengangguk.
Kemudian hati mami Sarah tiba-tiba terdorong ingin bertemu dengan Kasih.
"Mami pengen ketemu dan liat muka Kasih secara langsung. Apa boleh?"
"Boleh. Kebetulan nanti Galang mau anter Amara pulang. Kalo Mami mau Mami bisa ikut sekalian. Gimana?"
"Boleh, deh." Mami tersenyum. "Mami pengen kenal sama anak itu," ucapnya seraya memandang sekali lagi foto Kasih.
'Wajahmu kenapa sangat mirip dengan putriku, Nak?' batin mami menyeru pilu. Lantas, beliau pun berandai-andai, semisal cucunya yang menghilang itu ada pasti sudah sebesar Kasih.
"Andai saja anak kakakmu enggak hilang, pasti dia sudah sebesar Kasih," ujar Mami yang kembali sedih. Mengingat sang cucu yang hilang selalu membuat dadanya sesak.
Galang pun demikian. Dia juga sedih lantaran dulu belum sempat melihat secara langsung keponakannya yang hilang. Waktu itu dia berada di luar negeri ketika kakaknya melahirkan.
"Kita akan terus berusaha, Mom. Semoga cucu Mami segera ditemukan," ujar Galang yang ingin membesarkan hati mami.
"Ya ... semoga."
###
tbc...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Cahaya Hayati
ceritakan Amara agar Galang bisa mencintai mu walaupun kau cuman lulusan smp itu bukan penghalang
2022-06-27
0
Ning cute
sebenarnya ini tuh cerita yg simpel tapi perbab nya terlalu banyak..coba di pecah LG biar ga kepanjangan...
padahal aq jarang komentar kalau baca tapi ini tuh bikin geregetan.. 😁
2022-06-05
4
enur .⚘🍀
ayo dong amara,,cepet ceritain tentang asal usul kasih,,biar semua ny jadi jelas
2022-05-31
2