Bab 11~

~PERINTAH GALANG.

####

"Argh!" Galang melampiaskan kemarahannya begitu masuk ke kamar. Dia membuang semua barang-barang dan melemparnya ke sembarang arah dengan amarah yang meledak. "Vanila brengsek!" umpatnya sambil membanting bingkai foto istrinya yang berada di meja rias.

Kekecewaannya terhadap Vanila merubahnya menjadi sosok Galang yang berbeda. Selama ini dia sekali pun tidak pernah berkata kasar maupun marah kepada perempuan yang dicintainya. Seperti yang kalian tahu, Galang sangatlah memuja Vanila dan selalu mengalah. Namun, fakta dan penghianatan yang dilakukan Vanila sungguh membuat hati seorang Galang Aditya Pratama hancur berkeping-keping.

"Apa yang kurang dariku, Van? Apa!" Galang memandang nyalang foto pernikahannya yang tergantung di dinding. Foto dengan ukuran yang cukup besar. "Selama ini aku sangat mencintai dirimu tetapi semua itu rupanya belum cukup untukmu." Kemudian Galang tertawa miris—meratapi dirinya yang selama ini terlalu bodoh.

Hampir tiga tahun dia dibodohi dan ditipu Vanila. Galang merasa tidak bernilai sama sekali. Kesetiaan dan cintanya dibalas oleh sebuah penghianatan yang menjijikkan.

"cuih!" Galang meludahi foto Vanila yang ada di bawah kakinya. "Mulai detik ini kamu hanya akan melihat kebencian dari seorang Galang," ucapnya sebelum akhirnya memutuskan untuk masuk ke kamar mandi.

*

*

Keesokan paginya Galang yang sudah terlihat biasa saja duduk dengan tenang di meja makan bersama mami. Seolah tidak ada terjadi apa-apa padanya semalam.

"Mami udah nyuruh Bibi buat bersihin kamar Galang 'kan?" tanya Galang kepada mami yang baru saja selesai sarapan.

Semalam dia memutuskan untuk tidak tidur di kamarnya melainkan di kamar tamu. Galang merasa jijik bila harus tidur di satu ranjang yang sama dengan Vanila.

"Udah. Kayaknya udah beres kamar kamu," jawab mami yang kemudian menyeka mulut dengan tisu, lantas bertanya balik, "kamu abis ngamuk?" mami menggoda putranya yang selama ini terkenal pendiam dan tak pernah bertindak kasar.

Sudut mata Galang melirik sekilas ke arah mami yang tersenyum samar di balik cangkir tehnya. Menggeleng lalu menghela napas berat. Maminya ini sepertinya sengaja ingin mengejek kemalangan yang baru saja menimpa dirinya.

"Ck!" Mulut lelaki yang selalu berpenampilan rapi itu berdecak nyaring dan tentu saja mengundang tawa mami.

Beberapa saat kemudian Galang selesai dengan urusannya dan meminta mami untuk sekalian ikut dengannya. Mami pun setuju diantar pulang oleh Galang.

"Jadi kamu yang nyetir sendiri?" tanya mami yang sudah terlihat bersiap untuk berangkat.

"Iya, Mam." Putranya itu berdiri dan merapikan jasnya. "Ayo, Mam. Galang udah siap," ajak Galang.

"Ayo."

Ibu dan anak tersebut berjalan bersisian menuju pintu utama tetapi langkah mereka terhenti lantaran Vanila yang baru saja tiba.

Ketiga orang itu sempat saling menatap satu sama lain dengan tatapan tak terbaca.

'Siall! Kenapa ada wanita tua itu di sini?' Vanila membatin seraya menatap bergantian mami dan suaminya yang nampak biasa saja.

Vanila memasang senyum terpaksa seperti biasa dan segera menghambur ke pelukan Galang.

"Mas." Gerakan kakinya terhenti sebab Galang menginterupsinya dengan telapak tangan yang diarahkan kepadanya.

"Ayo, Mam, kita berangkat sekarang," ajak Galang kepada mami, tanpa mau menatap wajah Vanila yang ada di hadapannya. Perempuan itu kesal setengah mati diperlakukan demikian oleh suaminya sendiri.

Vanila memutar tubuh guna memandang punggung lebar Galang yang menjauh.

"Mas, tunggu!" Dia berlari kecil menyusul Galang dan mami yang ternyata sudah masuk mobil. Vanila melongo memandang mobil yang dibawa sendiri oleh Galang itu telah melesat dari hadapannya.

"... ada apa sebenarnya dengan Galang? Kenapa dia mengacuhkanku tadi? Ah, peduli apa aku? Paling nanti bakal luluh lagi." Vanila berkata dengan penuh percaya diri, lalu memutuskan untuk masuk saja. Dia seolah tak mau ambil pusing dengan sikap Galang.

*

*

Di perjalanan mami merasa senang lantaran Galang kini tak lagi diperbudak cinta. Beliau memandangi wajah putranya itu tanpa berkedip sama sekali. Sedangkan yang dipandang merasa jika dirinya terus ditatap maminya.

"Kenapa, Mam? Kenapa liatin Galang kayak gitu?" tanya Galang pada akhirnya.

Mami mengulas senyum lalu menjawab, "Mami seneng kamu akhirnya bisa bersikap tegas. Sikap kamu tadi pasti bikin kesel si Vanila." Mami terkekeh geli membayangkan Vanila yang dongkol sendirian di rumah.

Tawa mami menular ke Galang, meski terlihat samar. Maminya ini orang yang terlalu jujur dan ekspresif. Jika tak suka pada seseorang, beliau akan terus berupaya menjauhi orang itu. Tak mau berurusan apalagi menjalin hubungan.

*

*

Usai mengantar mami ke rumah, Galang langsung menuju kantor. Dan dia pun segera memanggil Kevin sebab ada urusan penting yang harus dikerjakan oleh pemuda itu. Rencananya Galang hendak menyebar foto dan video Vanila di sosial media. Dia ingin memulai balas dendamnya sekarang juga tanpa mau menunda lagi.

Kevin tercenung menatap foto-foto dan video yang ada di tangannya. Dia terkejut bukan main dengan kelakuan istri dari atasannya yang selalu terkenal setia itu. Rasa kasihan muncul di benaknya. Seorang Galang yang selalu baik kepada semua orang, kenapa bisa memiliki nasib yang amat sangat tak beruntung.

Belum mempunyai keturunan diusianya yang sangat matang dan kini malah diselingkuhi istri.

"Kamu sebarkan foto dan video itu di media sosial dengan akun palsu. Buat karir Vanila hancur. Dan jangan lupa sertakan caption yang langsung mengundang opini publik," perintah Galang dengan sangat serius.

"Baik, Pak. Saya akan kerjakan sekarang." Kevin berbalik hendak pergi dari ruangan tersebut. Namun, Galang memanggilnya lagi. "Iya, Pak? Ada yang lain?" tanyanya begitu berbalik badan.

Galang berpikir sejenak, kemudian berkata lagi kepada Kevin, "Tolong kamu cari tahu tentang Rumah Sakit terbaik di kota ini dan cari pendonor sumsum tulang belakang. Saya mau sore ini kamu sudah memberikan laporannya," tukasnya yang tak mau dibantah.

Perintah Galang yang satu ini cukup membuat Kevin berpikir keras. Dari mana dia bisa mendapat pendonor sumsum tulang belakang secepat itu? Dan, untuk apa atasannya ini memberikan perintah sedemikian rumit?

Akan tetapi, Kevin yang merasa tak mempunyai hak untuk menanyakan alasannya cuma mengangguk patuh.

"Baik, Pak. Saya akan usahakan secepatnya."

"Bagus. Saya serahkan semuanya ke kamu." Kesanggupan Kevin membuat Galang menyeringai puas.

Kevin pun pamit undur diri dari ruangan Galang karena merasa sudah tidak dibutuhkan lagi.

Suasana hati Galang yang kacau tiba-tiba menguap begitu bayangan wajah Kasih yang polos berkelebat di pelupuk matanya. Tawa riang bocah itu seakan menggema di telinga.

"Om janji akan cari dokter yang terbaik buat Kasih," gumam Galang bermonolog sendiri. Rasa peduli terhadap putri dari Amara itu seakan sangat menggebu. Kasih anak yang spesial, dengan singkat bocah itu mampu merebut perhatian Galang.

"Dia mengingatkan aku pada seseorang. Seseorang yang harusnya kulindungi." Galang tersenyum getir kala membayangkan sosok yang mempunyai wajah sangat mirip dengan Kasih.

Lantas, lelaki berjas hitam itu memandang sebuah bingkai foto yang ada di mejanya. Tersenyum dan berucap lirih, "Apa kabar, Kak?"

####

tbc...

Terpopuler

Comments

Arin

Arin

semoga ksih itu ponakan galang yg ilang amiiin...

2023-10-18

1

Katherina Ajawaila

Katherina Ajawaila

kasih pasti anak k maya

2023-09-21

1

Emy Leo

Emy Leo

syudah ku duga thor 🤭🤭

2023-09-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!