Part 16

Pagi harinya, Laurinda turun ke depan gedung karena sedari tadi kakaknya Vijendra belum juga datang. Saat pamit tadi, pria itu bilang ingin menelpon pengacara namun sudah 1 jam berlalu kakaknya belum juga balik.

Laurinda mengira bahwa Vijendra kembali ke mension Richards untuk melayani putra dari Chalondra. Vijendra baru saja pulang dan mendapati adiknya di perlakukan seperti itu. Pria itu dengan bringas memukul Ivander hingga babak belur.

Banyak penjaga yang ingin ikut membantu Ivander. Namun, putra Chalondra mengehentikan mereka karena melihat semuanya. Apa yang di lakukan Ivander memang tidak adil, Vijendra di izinkan untuk pulang dan mengurus adiknya.

Mereka berdua sudah menyusun rencana untuk menggugat Ivander atas kekerasan dalam pacaran. Laurinda memiliki bukti, sebuah foto lebam pada wajah dan tubuhnya. Bahkan cctv di kampus saat Laurinda di pukul pun, sudah ia miliki.

Semuanya sudah akurat dan menunggu pengacara saja untuk membelanya di pengadilan.

Langkah kaki Laurinda terhenti saat akan menghampiri kakaknya yang sedang bicara dengan seorang pria paruh baya. ''Apa?!! Kasus pelecehan dari tuan muda Ivander? Hahaha.....Kau pikir aku percaya? Pria sebaik tuan muda tidak mungkin melakukannya. Bahkan dirinya yang membantu beberapa gadis dari kasus kekerasan." Pria itu menjeda ucapannya lalu menatap Vijendra.

"Apa kau berencana membuat tuan muda di hina? Aahhhh....Atau jangan-jangan kalian berdua bersekongkol untuk menjatuhkan nama tuan muda? Menjijikkan! Jika ingin terkenal tidak perlu mencari jalan sesat seperti ini.'' Ujar pria itu memberi ceramah.

Vijendra mengepalkan tangannya erat. ''Jika tidak ingin membantu, pergilah. Sebelum hanya namamu yang tersisa di dunia ini.'' Ancam Vijendra dengan wajah menakutkan. Pengacara tadi terus mengomel sembari pergi dari sana. Bahkan tatapannya begitu meremehkan dan jijik.

Vijendra mengusap wajahnya kesal, sudah kesekian kalinya pengacara bicara yang sama. Bahkan untuk menyebarkan isu tentang Ivander saja tidak bisa apa lagi ingin menggugat.

''Kakak....'' Panggil Laurinda yang datang menghampiri Vijendra. ''Apa aku tidak akan mendapatkan keadilan? Apa hidupku akan hancur? Apa malamku akan terus mengerikan? Hiks....Aaa....'' Laurinda menangis di pelukan Vijendra yang tidak bisa melakukan apapun untuk adiknya.

Mereka adalah anak kembar yang di miliki oleh Yuri. Vijendra lahir lebih dulu dan mereka lahir berselisih beberapa menit. Vijendra merasa tak berdaya, pendidikan yang ia tempuh serasa tak berguna di saat melihat ketidakadilan yang terjadi pada adiknya.

Tak ada yang mau membantu, mereka semua terlihat seperti orang bodoh yang tidak punya akal sehat saat orang terpandang melakukan kesalahan. Tak ada yang peduli pada rakyat kecil seperti mereka yang hanya mengandalkan orang lain untuk hidup.

''Bagaimana jika ibu kembali dan mengetahui semuanya? Ibu akan sangat kecewa dan hancur lebih dariku...Hiks....Ibu akan banyak menangis....Kenapa, kenapa aku dulu sangat bodoh dan mempercayainya kak? Aku hanya beban untuk kalian....maaf...'' Ujar Laurinda, Vijendra memeluk erat adiknya.

Tak ada kata yang ingin ia keluarkan. Untuk membangun sebuah harapan yang sama sekali tidak ada. Kenyataannya, tidak ada yang mau membatu mereka saat ini karena ketidakpercayaan mereka.

Di belakang mereka, Anindira dan William terlihat membeku. Mereka ingin menyemangati Laurinda tapi setelah mendengar bahwa tidak ada pengacara yang mau membantu, membuat mereka mengurungkan niatnya. Dunia seakan menuding Laurinda yang bersalah. Semua bagaikan mimpi buruk untuk gadis itu, mimpi buruk yang tidak akan pernah berakhir.

Nadine yang baru turun dengan sengaja memasang earphone pada kedua telinganya agar tidak mendengar tangis Laurinda. Nadine berjalan santai melewati Laurinda yang masih menangis. Gadis itu terlihat tak peduli dan malah bersenandung di atas tangisan Laurinda.

''Gadis itu memang tidak memiliki hati!'' Umpat Anindira pada Nadine yang sudah perlahan menghilang dari hadapannya. William malah menggeleng tidak setuju. ''Entah mengapa....Essss.....Aku merasa kalau ada sesuatu di gadis itu? Siapa namanya ya? Oh Xavier. Di balik sikapnya seperti tersimpan sebuah rahasia besar yang akan menghancurkan kehidupan seseorang.'' Ucap William mencoba mengungkapkan apa yang ia rasakan.

''Apa maksudmu? Dia gadis jelmaan iblis! Jangan mencoba memahami iblis!'' Kesal Anindira yang berjalan mendahului William menuju mobil. Pria itu masih belum mau menyerah tentang instingnya.

''Kurasa bukan begitu....'' Gumam William, pria itu berjalan mendekat ke arah mobil untuk mengantar Anindira ke rumah kepala tim karena pria paruh baya itu mengambil cuti dengan tiba-tiba. Anindira mengurungkan niatnya untuk menemui Laurinda, lagi pula Sekarang ada sang kakak yang lebih memahami dirinya.

***

"Sudah kau kirimkan uang pada gadis itu? Sepertinya pekerjaan lumayan bagus. Acuh dan kejam." Ujar Aurora yang tengah duduk di kursi kebesarannya. Bahkan senyum terus tersungging yang menandakan dirinya sangat bahagia.

"Sudah nona, gadis itu melakukan pekerjaan sesuai janji." Ujar asistennya dengan sopan, Aurora terlihat tersenyum senang. Dia mengecek cctv yang ada di luar mension dan melihat gadis itu ternyata baru keluar dari mension.

Sangat di sayangkan dirinya tidak bisa memperbudak gadis itu. Tanpa menunggu lama, Aurora mencegat motor sang gadis lalu mengajaknya bicara empat mata. Dengan kesepakatan yang sama-sama menguntungkan.

Lebih tepatnya menguntungkan Aurora, dia berjanji tidak akan mengawasinya lagi dan memberikan uang dengan jumlah besar, dengan syarat membatalkan kasus Anindira dan gugatan Laurinda. Buat kedua gadis itu merasa kehilangan jalannya.

Gadis itu setuju dan mengikuti semua ucapan Aurora. Tentu saja dengan imbalan uang yang sangat besar jumlahnya. Aurora tidak begitu mengkhawatirkan hal itu karena menurutnya uang miliknya tidak akan pernah habis.

Keuntungan selalu mengelilingi dirinya dan perusahaan. Ia bahagia dengan jumlah uang yang ia dapatkan. Bahkan mungkin melebihi gajinya setiap bulan. Uang adalah penyelesai segalanya. Tidak ada yang mau menolak uang.

''Kini masalah teratasi, gadis itu tertunduk pada uang. Dia sama sekali tidak menantang seperti yang aku pikirkan.'' Ucap Sombong Aurora sembari memutar tubuhnya yang sedang duduk di kursi.

***

Malam harinya, Laurinda baru saja selesai makan dan hendak masuk kedalam rumah. Namun, tangannya terhenti saat akan menggapai gagang pintu besi itu. Hati dan pikirannya sedang berkecamuk. Omongan orang yang ia perkirakan selalu memenuhi telinganya.

Cacian dan hinaan yang akan ia hadapi setelah ini sungguh akan berat dan menyakitkan. Bukan hanya untuknya melainkan untuk seluruh keluarganya. Tak terasa air matanya mulai kembali tergenang.

Entah sudah air mata ke berapa yang turun di pipinya. Laurinda berjalan naik menuju atap. Pikirannya terbebani akan perihal yang belum terjadi. Hidupnya bagaikan di ujung jurang, sekalinya salah menginjakkan kaki maka dirinya akan terjerumus ke jurang hingga tak terlihat lagi.

Kenapa? Kenapa dirinya baru menyesali perbuatannya sekarang? Kenapa penyesalan selalu datang di akhir? Kenapa dia percaya akan ucapan b@jing@n seperti Ivander? Kenapa ia begitu mencintai Ivander hingga lupa bahwa Ivander tetaplah orang yang sama. Orang yang tidak memiliki hati dan hanya memikirkan kesenangannya saja.

Laurinda sudah berdiri di tepi atap dan menatap langit yang terlihat indah dengan bintang dan bulan. Gadis itu terus menatap langit dengan takjub. ''Dulu aku juga seperti langit, yang selalu bersinar dan bercahaya. Tapi...Sekarang? Sebuah sudah berakhir. Aku benci hidupku! Aku benci hidup dan tubuhku!'' Ujar Laurinda dengan air mata yang terus terjun bagai banjir yang tak mau surut.

Dadanya sesak, menghadapi kenyataan bahwa dirinya sudah kotor. Matanya menatap ke bawah, lalu menyeringai.

''Apa aku akan bahagia jika sudah tiada?''

Bersambung......

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!