Part 10

''Apa kau mafia..?'' Curiga William dengan sikap dan pengetahuan gadis di hadapannya ini. Nadine mengalihkan pandangannya ke semua arah berharap menemukan orang yang ia cari.

''Kemana Bu ida?'' Tanya Nadine yang memang sedari tadi menunggu wanita itu. ''Dia sedang mencari anaknya. Kau belum menjawab pertanyaan William.'' Ucap Anindira yang ikut curiga. Nadine terlihat acuh dan tidak mau menjawab. Malahan gadis itu terlihat berjalan keluar dari restoran. Anindira hanya bisa menerka-nerka semuanya.

***

Malam harinya, di sebuah lorong di belakang gedung. Seorang gadis berhadapan dengan seorang pria yang sangat ia cintai. Sedari tadi pria itu menangis di hadapannya dengan tersedu-sedu. Hatinya yang putih tak sanggup membiarkan pria yang ia cinta menangis sepertinya itu.

Seberapa pun besar kesalahan yang di buat oleh kekasihnya, gadis itu tidak bisa melihat kekasihnya menangis. ''Baiklah, Ivander. Aku memaafkan mu, aku masih sangat mencintaimu. Dan maaf karena menamparmu saat itu.'' Ujar Laurinda sembari menghapus air matanya.

Ivander mendongak, menatap sang kekasih dengan penuh rasa senang. ''Sungguh Laurinda? I love you....Terima kasih...'' Ujar Ivander memeluk Laurinda. Gadis itu tersenyum bahagia, berharap sang kekasih menepati janjinya yang akan berubah dan menjadi pria yang lebih baik.

Saat sudah mendapatkan maaf, Ivander menyeringai. Wajahnya berubah seketika, seakan memang mudah untuk membujuk gadisnya.

Dasar bodoh! Kau pikir siapa dirimu yang bisa membuat ku menangis. Setelah ini aku yang akan membuatmu tunduk dan tidak berani menentang ku lagi. Batin Ivander.

''Baiklah, pulang lah. Ini sudah malam, jangan sampai kau di marah oleh mamamu.'' Ujar Laurinda yang sudah bisa tersenyum bahagia. ''Apakah aku boleh menginap? Sepertinya kau juga sendirian dirumah. Aku akan menemanimu.'' Usul Ivander yang pastinya sudah punya niat yang tidak baik.

''Aa....Tapi_'' Ucap Laurinda hendak menolak, Ivander memasang wajah murung seketika. ''Baiklah, jika kamu tidak mengizinkannya aku tidak masalah. Niatku baik ingin menjagamu dari serangan serangga.'' Ujar Ivander sedih, Laurinda kembali luluh akan tipu muslihat dari Ivander.

Bahkan lebam pada pipi dan kakinya masih belum sembuh. Namun dengan mudahnya Laurinda memaafkan pria seperti Ivander. ''Baiklah, aku tau niatmu baik. Ayo, ibu juga tidak akan pulang. Sepertinya dia akan pulang Minggu depan.'' Ujar Laurinda dengan lembut menggandeng tangan Ivander.

''Siapa yang peduli ibumu mau datang atau tidak, yang pasti aku akan mendapatkan mu malam ini.'' Gumam lirih Ivander yang tidak bisa di dengar oleh Laurinda. Gadis itu sibuk bercerita tentang banyak hal hingga tidak melihat tatapan menjijikkan dari kekasihnya.

Di dalam rumah, Laurinda memberikan segelas air untuk pria itu. ''Minumlah, kau bisa istirahat di kamar itu.'' Ucap Laurinda sembari hendak pergi.

Ivander memegang tangan Laurinda lalu menariknya hingga gadis itu duduk di pangkuannya. ''Astaga! Ivan.... Kau ini...'' Ucap Laurinda malu, dirinya seakan mabuk asmara dengan Ivander. ''Kau sangat cantik sayang, aku mencintaimu...'' Puji Ivander dengan tangan yang sudah tidak bisa di kondisikan.

Laurinda terlihat risih namun karena Ivander bersikap lembut. Gadis itu tak bisa menolak. Ivander mulai memajukan dirinya dan mencium bibir ranum gadis yang ia suka. Berciuman memang sudah biasa mereka lakukan namun untuk berhubungan badan, Laurinda selalu menolak dan itulah yang membuat Ivander semakin mengejar Laurinda.

Menurutnya, Laurinda bagaikan tantangan yang belum pernah ia coba. Bahkan Ivander rela melakukan semuanya demi mendapatkan Laurinda.

Ciuman yang awalnya biasa kini menjadi panas, Laurinda yang sudah terbuai akan rayuan Ivander dan masuk kedalam pelukan pria kejam itu. Tanpa Laurinda sadari, Ivander menggendong dirinya dan masuk kedalam kamarnya.

Nafas mereka terlihat memburu. Laurinda kini sudah berada di bawah Kungkungannya. ''Apakah aku boleh?'' Tanya Ivander dengan diri yang terpenuhi nafsu. Laurinda menyadari hal itu lalu menggeleng. Ivander menahan diri dan merayunya lagi, jika kali ini ia tidak di izinkan maka dengan terpaksa maka ia akan melakukan hal yang lebih kasar.

''Kenapa sayang? Kita sudah menjadi sepasang kekasih yang menjadi satu. Kau adalah separuh nafasku. Aku sangat mencintaimu, apa kau tidak percaya denganku?'' Tanya Ivander lembut sembari menyelipkan anak rambut di belakang telinga Laurinda.

''Aku tidak bisa melanggar apa yang kakakku larang. Aku tidak mau melakukannya, bangunlah.'' Tolak Laurinda lagi. ''Dia tidak akan tau, aku berjanji akan bertanggung jawab. Aku akan menikahi mu setelah ini. Aku janji....'' Ujar Ivander meyakinkan, Laurinda terlihat mulai goyah mendengar kata pernikahan dari mulut pacarnya.

Ivander mencium kening Laurinda dengan lembut. Seakan sebentar lagi semuanya akan berada di bawah kehendaknya. ''Kau percaya padaku? Kau mencintaiku bukan? Jika kau menolak, kenapa aku merasa bahwa kau tidak mencintai ku?'' Tanya Ivander sekali lagi, kali ini pertahan Laurinda benar-benar goyah.

''Tidak aku mencintaimu, cintaku tidak akan terbatas.'' Ujar Laurinda menyanggah ucapan Ivander. ''Jadi kau mau melakukannya? Aku sungguh akan bertanggung jawab.'' Ucap Ivander. Tanpa Laurinda sadari, ternyata Ivander menaruh sesuatu sedari tadi di meja yang ada di dalam kamarnya.

Laurinda dengan berat hati mengangguk, ia harus menunjukan kalau ia memang sangat mencintai Ivander dan dengan janji Ivander maka Laurinda mengambil keputusan itu. Laurinda percaya bahwa pria itu akan menepati janjinya dan menikahinya.

***

Pagi harinya, Nadine baru saja hendak menuruni tangga. Namun, berpapasan dengan Tyaga yang juga hendak turun dari kamar sebelah. Pria itu terlihat acuh dan menghindar. ''Kau mengenalku bukan?'' Cegat Nadine menghalangi jalan Tyaga. ''Kau? Hmm....Zahra bilang kau adalah keponakan dari Bi Nani yang tinggal di rumah itu.'' Sahut Tyaga santai lalu melangkah menghindari Nadine.

''Kau tau siapa aku sebenarnya bukan? Kenapa menghindar? Zahra bilang kau selalu menyempatkan diri setiap makan siang selalu pulang. Sekarang kau tidak pernah makan siang di rumah? Kalau tidak menghindar lalu apa?'' Ucap Nadine yang masih terus mengikuti Tyaga.

Gadis itu memang melakukan hal yang sama saat ia masih kecil. Jika ia penasaran akan sesuatu maka seseorang yang akan ia tanya pertama kali adalah Tyaga. Pria yang sudah ia anggap sebagai kakak dan tameng hidupnya dulu. Hingga pria itu menjawab, barulah Nadine akan berhenti mengejar.

Tyaga tetap santai menuruni tangga sembari melirik jam tangan yang menunjukkan bahwa sebenar lagi jam 9, tak ada waktu untuk mendengar ocehan gadis itu. ''Sampai kapanpun aku akan selalu mengejar mu hingga jawaban dapat aku temukan.'' Ucap Nadine yakin saat Tyaga tak menghiraukannya dan pergi melajukan mobilnya.

''Apa kakak sungguh menyukai kakakku?'' Tanya Zahra tiba-tiba yang sudah mengikuti mereka saat turun tadi. Tapi ia tidak mendengar pembicaraan Nadine dan Tyaga. ''Dia sudah memiliki kekasih, dan kekasihnya itu sangat cantik.'' Ucap Nadine tersenyum samar.

''Siapa? Apa aku mengenalnya? Tapi tidak pernah kulihat kak Tyaga membawanya.'' Ujar Zahra bingung. ''Kau akan tau nanti. Oh iya, di mana mama dan papamu?'' Tanya Nadine, raut wajah Zahra berubah seketika.

Raut wajah sedih yang mendominasi membuat Zahra tidak bisa menjawabnya. Karena tidak mendapat jawaban, Nadine menoleh dan menerka apa yang terjadi.

Jangan bilang kalau mereka....

''Mama dan papa meninggal karena kecelakaan.'' Ucap Sedih Zahra, air mata yang tadinya tidak ada kini sudah mengisi pelupuk matanya. Nadine terkejut, pantas saja mereka tinggal disini. Apa kehidupan mereka sama seperti kehidupan dirinya?

Tanpa Nadine sadari, gadis itu merangkul lembut Zahra dan mengusap air matanya. Merasa sangat berapa melihat gadis yang selalu ceria menangis tersedu-sedu. ''Apa yang terjadi?'' Tanya Nadine, sebenarnya ia tidak ingin bertanya karena Zahra yang akan bertambah sedih namun, hanya ini satu-satunya jalan agar ia bisa menemukan jawaban orang tuanya tiada.

''Saat itu......''

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!