Part 13

''Xavier!!'' Teriak Anindira dan Bu Ida, entah mengapa suara tembakan itu seperti mengenai seseorang. Bu Ida menutup matanya, bahkan tidak bisa ia buka karena takut melihat Xavier tumbang di tanah.

Namun salah, Anindira membulatkan matanya. Nadine masih berdiri di tempatnya. Yang terlihat tergeletak adalah pria tadi, pria yang Nadine cekik. ''Lain kali belajarlah menembak yang benar!!'' Teriak Nadine pada pria yang berdiri di seberang jalan dengan topi dan masker.

Tyaga hendak berlari mengejar namun pria itu sudah lari lebih dulu. ''Jangan kejar dia! Itu hanya akan membuat tubuhmu lelah.'' Ujar Nadine, matanya tertuju pada pria yang sepertinya sudah tidak bernyawa. ''Kita bawa dia kerumah sakit.'' Ujar Anindira hendak menarik pria itu.

''Peluru yang sudah di bumbui racun tidak akan membuat orang itu bertahan. Lihatlah kulitnya yang mulai mengencang. Itu tandanya, racun itu sudah membunuhnya. Bersihkan dia Tyaga, kau pandai dalam hal ini. Jangan lupa, kirimkan baju berlumuran darah ini pada majikannya.'' Ujar Nadine, Tatapan datar dan menyeramkan. Bu Ida menghampiri Nadine lalu memegang tangannya yang berdarah.

''Syukurlah, kau baik-baik saja nak. Mari ibu obati.'' Ucap Bu Ida sembari merangkul Nadine dan mengajaknya masuk kedalam restoran yang sudah sepi.

Bu Ida mengobati luka di tangan dan wajah Nadine. Tak ada raut wajah yang berubah meski luka itu di obati. Tak ada rintihan atau rasa sakit yang keluar dari mulutnya. Anindira dan Tyaga kembali, Tyaga sudah meminta orang untuk menguburkan jenazah itu dengan layak.

Bu Ida juga menyiapkan nasi goreng untuk Nadine. ''Siapa kau sebenarnya? Kenapa sampai ada yang ingin membunuhmu?'' Tanya Anindira mengintrogasi. Nadine tersenyum. ''Kau akan tau saat berita itu menyebar. Mereka akan mengumumkan siapa aku saat, aku sendiri yang membuat keributan.'' Sahut Nadine tersenyum licik.

Tyaga terdiam, Nadine menatap Tyaga. Mereka saling bertukar pandangan. ''Apa kau tidak akan menghentikan ku? Sama seperti kemarin, kau hanya diam dan berharap aku tidak akan melakukan apapun.'' Ujar Nadine, Tyaga menghela nafas berat.

Keinginannya sudah bisa di tebak oleh gadis secerdik Nadine. ''Saya tidak pernah menghentikan anda nona, asalkan jangan menyeret Zahra ke dalamnya.'' Sahut Tyaga sopan, dirinya memang jarang bicara dengan Nadine karena takut ucapannya tidak sopan.

''Aku tau, ini yang kau takutkan. Maka dari itu aku tidak pernah memaksamu untuk memberiku jawaban. Aku tau kau masih belum bisa mengikhlaskan kepergian mereka. Aku juga tau ketakutan mu. Tapi, apa kau akan terus berada di dalam ketakutan itu? Aku memulai ini sendiri, namun jika kau ingin bergabung denganku. Aku akan menerimamu dengan senang hati.'' Ujar Nadine, Anindira mulai mengerti jalan cerita gadis itu.

''Bagaimana dengan nyawamu?'' Tanya Anindira, Nadine tersenyum. ''Saat aku lahir, nyawaku memang sudah di ujung jurang. Hanya saja aku bisa bertahan dengan memegang setiap akar agar tidak terjatuh.'' Sahut Nadine, ia mengadahkan wajahnya menatap atas.

''Kamu anak yang kuat nak, tapi bagaimana bisa kau mengetahui bahwa orang tuamu dibunuh?'' Tanya Bu Ida, ia juga terkejut karena Nadine tidak memiliki orang tua. ''Aku tau saat banyak orang terus mengincar diriku dan hendak membunuh ku. Itu sudah sangat jelas, mereka ingin membunuhku karena merasa aku adalah penghalang keberhasilan mereka.'' Ujar Nadine yakin, namun ia tidak tau siapa pembunuhnya.

''Oh iya, aku minta agar pria itu di mudahkan untuk datang kemari. Kasihan sekali kakakku tersayang....'' Ujar Nadine sedikit menyunggingkan senyumnya. Tyaga mulai berfikir secara logis. Kakak? Siapa lagi kalau bukan putra Chalondra.

''Nona anda_'' ucapan Tyaga terhenti karena isyarat tangan dari Nadine. ''Biarkan dia menjadi bagian dari drama ini, aku sangat menunggu aktingnya yang bagus.'' Ujar Nadine, Tyaga hanya bisa menggeleng pelan.

***

Pagi harinya, Nadine sudah bersiap hendak ke suatu tempat. Saat akan menuruni tangga, ia berpapasan dengan Anindira. ''Kau masih menyelidiki kasus kematian itu?'' Tanya Nadine sembari menuruni tangga bersama Anindira. Sepertinya tikus dan kucing ini mulai berteman.

''Iya, menurut perkiraan ku. Ini ada kaitannya dengan pembangunan mall itu. Sebelum kematiannya, mereka selalu bertemu dengan pemilik proyek itu.'' Ujar Anindira, sekejap dia terdiam. ''Kenapa aku harus menceritakan semuanya padamu?'' Tanya Anindira lagi, Nadine terkekeh. ''Aku tidak memaksamu bicara, kan aku hanya bertanya.'' Ujar santai Nadine yang langsung berjalan ke belakang gedung.

''Kenapa keluar dari sana?'' Tanya Anindira mengikuti Nadine. ''Jika dari depan maka cctv akan membuatku di tangkap.'' Ucap Nadine santai lalu memanjat pagar di belakang gedung dan keluar dari area gedung.

Anindira mengikuti Nadine tanpa di minta. Melihat Nadine di serang seperti kemarin membuat Anindira ingin mengawasinya. Mengikuti Nadine dan meminta William untuk mengawasi pemilik proyek itu sendirian.

Nadine menggunakan motor yang sudah di siapkan. Tak lupa Anindira juga ikut di bonceng, tanpa bertanya Nadine hanya melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata. Anindira yang berada di belakang semakin mengeratkan pelukannya. ''Apa kau ingin mati!?'' Teriak Anindira terdengar kesal bercampur takut.

Nadine tidak menghiraukannya dan mengendari motor seperti pembalap. Bahkan dia selalu menang dari lampu merah yang ingin menghentikan laju motornya. Hanya membutuhkan 20 menit, mereka sampai di sebelah rumah besar. Anindira melepaskan pelukannya dan turun dengan kaki yang gemetar.

Meski dirinya membawa motor selaju ini, namun ia belum pernah di bonceng dengan kecepatan secepat ini. ''Kau sudah melanggar aturan, kau harus di tangkap.'' Ujar Anindira dengan berkacak pinggang. Nadine tersenyum menantang. ''Tangkaplah!'' Ucap gadis itu, Anindira semakin kesal.

''Mau kemana?'' Tanya Anindira pada Nadine yang terlihat masuk ke toilet umum. ''Mau ikut? Siapa tau ada yang bisa kau dapatkan dari ikut dengan ku.'' Ujar Nadine memberi Saran, Anindira sedikit ragu.

Dirinya tau betapa gilanya gadis di depannya ini. Bahkan melebihi kegilaannya, Nadine adalah gadis super gila yang pernah ia temui. Anindira ikut masuk ke dalam dan menemukan Nadine sudah mengganti pakaiannya. Kini ia mengepang rambutnya. Anindira masih memperhatikan dan menerka maksud gadis itu.

''Cepatlah berganti pakaian, atau aku tinggal.'' Ancam Nadine, Anindira bergegas masuk dan mengganti pakaiannya. ''Polisi bodoh!'' Celetuk Nadine dengan tersenyum.

Nadine mengepang dua rambutnya lalu dengan poni palsu di atas alisnya. Memakai kaca mata bulat dan tebal. Tak lupa ia juga menggunakan gigi palsu agar giginya yang rapi terlihat berantakan.

Saat Anindira keluar dari bilik, matanya sibuk mencari Nadine. ''Permisi mbak, teman saya yang disini mana ya?'' Tanya sopan Anindira pada gadis yang memakai kaca mata itu. ''Ciri-cirinya tinggi, pakai baju seperti mbak ini. Tapi wajahnya terlihat angkuh dan sombong. Memang wajah cerminan sifat! Mbak melihatnya?'' Tanya Anindira lagi, Nadine baru saja hendak memuji dirinya karena bisa mengelabui Anindira. Namun kini berganti sebal karena Anindira yang mendefinisikannya dengan salah.

''Ini aku Xavier! Ayo cepat! Aku tidak punya waktu meladeni gadis gila seperti mu!'' Ujar Nadine dengan tangan yang sudah lincah membuat Anindira agar tampil berbeda. ''Astaga!! Kau Sungguh Nadine? Kenapa tambah jelek? Aaa.....!! Kenapa wajahku seperti ini...!!'' Teriak Anindira saat dirinya menatap cermin.

Anindira terkejut karena melihat tompel di pelipis dan sebelah hidupnya. Lalu ini apa? Bintik-bintik hitam di pipinya? Oh tidak, hilang sudah wajah cantik paripurnanya. Jeritan hati Anindira. Wajah Nadine terlihat puas akan keterkejutan Anindira. Tak lupa rambut palsu yang kribo semakin menambah jelek wajahnya.

''Kita seperti menyamar saja....'' Celetuk Anindira sembari melihat lebih dekat wajahnya. Bahkan rambut-rambut halus dalam tubuhnya berdiri karena takut dengan wajahnya. ''Memang kita akan menyamar...'' Ucap santai Nadine lalu memasukan semua peralatan yang ia keluarkan tadi.

''Apa!! Menyamar?!!'' Teriak Anindira dengan mata yang melotot. Bola Mata itu sudah pasti akan keluar dari matanya kalau tidak di tutup segera.

Bersambung.....

Terpopuler

Comments

Tirta

Tirta

tunggu kebenaran di ungkapkan ya😘

2022-07-03

0

Cahaya Hayati

Cahaya Hayati

Thor siapa pembunuh namanya nadin Thor🤔🤔🤔🤔

2022-07-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!