Part 12

Di rumah Laurinda, keduanya masih terlelap dalam mimpi masing-masing. Dering ponsel Ivander membuat pria itu mendengus kesal dan meraih ponselnya. ''Halo!'' Sentak Ivander yang sepertinya tidak menyadari siapa yang sedang ia ajak bicara.

''Tuan Ivander harap segera ke perusahaan atas perintah nona Aurora.'' Ujar gadis di seberang sana lalu mematikan sepihak itu tandanya bahwa gadis ini tidak menerima penolakan. Ivander mengumpat diri sendiri karena menjawab panggilan gadis yang kakaknya sangat percaya.

Dengan tergesa-gesa Ivander meninggalkan Laurinda yang masih terlelap. Tanpa ada niat untuk membangunkannya. Yang terpenting ia sudah mendapatkan apa yang ia inginkan dan sekarang ia harus menghadapi kakaknya.

***

Di perusahaan, Delisha sedang duduk di sofa berhadapan dengan Ivander yang menunduk dalam. ''Anda punya pilihan untuk memilih hukuman anda sendiri. Ingin hukuman yang ringan atau berat?'' Ujar Delisha dengan tatapan datar. ''Apa salahku? Aku tidak berbuat apapun?'' Protes Ivander, ia merasa tidak ada yang ia perbuat. Mengapa kakaknya sampai mengutus gadis di depannya ini.

''Jadi anda ingin kedua hukuman itu?'' Ucap Delisha tanpa peduli dengan protes dari Ivander. ''Tidak! Yang ringan saja.'' Ujar Ivander asal, ia hanya bisa menebak hukuman ringan seperti apa yang akan Delisha berikan.

Delisha menghubungi seseorang dan bicara sebentar. Dua orang pria bertubuh kekar datang dengan sebuah ember besar yang berisi es yang sangat banyak. Ivander menelan ludahnya dengan susah payah. Ia tidak mengira akan sekejam ini hukuman kakaknya.

''Naiklah tuan muda, anda di hukum berdiri di ember es itu selama 1 jam.'' Ucap Delisha tanpa mengubah ekspresinya. ''Kau gila!?'' Bentak Ivander menolak. Delisha memberi isyarat, Ivander di masukan paksa dengan terus di pegangi oleh dua pria kekar itu.

''Seharusnya anda segera meminta maaf bukan malah menanyakan kesalahan anda. Jika anda tidak memilih hukuman anda tadi, maka sudah bisa di pastikan anda sekarang sedang berjalan di atas bara api.'' Jelas Delisha dengan tatapan tajam. Ivander berteriak karena merasakan kakinya yang kram dan kebas.

Es itu seakan masuk menusuk tulang-tulang dan jiwanya. Tak ada yang peduli, bahkan Delisha kembali melanjutkan pekerjaannya dengan teriakan Ivander.

***

Hari ini sudah menjelang malam, Tyaga baru saja keluar dari perusahaan lalu berpapasan dengan Delisha yang juga hendak ke mension Richards. ''Kau sudah kembali? Apa tugasmu disana sudah selesai?'' Tanya Tyaga, Delisha menghentikan langkahnya. ''Hmm, kau sudah mau pulang?'' Tanya Delisha, Tyaga menyunggingkan senyumnya.

''Iya, Zahra akan kesal kalau aku pulang terlambat.'' Sahut Tyaga, pria itu seakan-akan tidak bosan untuk melihat Delisha. Gadis yang ia rindukan selama beberapa bulan ini kini sudah berada di depannya. ''Kau tahu gadis itu kembali? Aku tau kau pasti tau dimana dia, aku khawatir kalau dirinya bermain-main dengan orang yang salah.'' Ucap Delisha, matanya sibuk mencari cctv. Takut Aurora akan mengetahui semuanya.

''Kau tidak perlu khawatir, aku kembali dengan persiapan matang.'' Sahut seseorang dengan topi dan Hoodie hitam. Wajahnya tertutup masker. ''Kau? Kenapa kemari? kau akan di tangkap.'' Ucap Delisha kesal, Nadine terlihat santai.

''Ck, kau memang selalu khawatir akan sesuatu hal yang belum terjadi. Meski aku di tangkap, bukankah aku akan tinggal di mension bersama mu?'' Celetuk Nadine, Delisha semakin kesal. ''Iya jika kau di bawa ke mension, jika kau di lempar kembali bagaimana? Sudahlah, aku tidak ingin berdebat. Aku akan pura-pura tidak melihatmu.'' Ujar Delisha hendak pergi.

Nadine menarik tangan gadis itu hingga membuat Delisha terhuyung ke belakang. Wajahnya terlihat terkejut, bagaimana bisa seorang gadis kurus seperti Nadine memiliki tarikan yang begitu kuat. ''Aku kesini bukan untuk di hiraukan, katakan apa yang terjadi dengan tuan Christian dan nyonya Olivia.'' Pertanyaan Nadine begitu menuntut jawaban.

Pertanyaan tidak hanya menunjuk pada Delisha melainkan pada Tyaga yang tampak terdiam. ''Kau juga sudah mengenaliku saat di restoran itu, jadi semua tidak perlu di tutupi lagi. Katakan.'' Ujar Nadine, Delisha menepis tangan gadis itu lalu menatapnya tajam.

''Mereka meninggal karena kecelakaan atas perbuatan mereka sendiri. Karena perbuatan mereka, banyak masyarakat yang ada di pabrik itu meninggal dunia. Mereka meledakkan pabrik dan mendapatkan balasan yang setimpal.''

Plak...

Sebuah tamparan melayang ke wajah Delisha, tak di sangka Delisha bisa menjadi iblis hanya kerena di pelihara oleh iblis. ''Jaga bicaramu Delisha! Apa Tante tau semua ini? Kita akan lihat, bagaimana kau akan menghadapi masalah yang akan aku buat. Termasuk kakakku yang ada di Eropa sana.'' Ancam Nadine tanpa keraguan sama sekali dalam matanya.

Delisha terlihat panik, matanya tidak bisa menatap mata Nadine. ''Jangan merusak sesuatu yang sudah ku jaga.'' Ujar Delisha seperti mengancam namun menurut Nadine itu terdengar seperti permohonan.

Nadine tertawa, bahkan tanpa jeda. ''Niatmu memang baik, ingin menjaganya. Tapi caramu salah! Akan aku buat semuanya jelas sejelas-jelasnya. Akan aku buktikan bahwa argumen mu tentang mereka salah.'' Ujar Nadine, lalu kakinya melangkah pergi dari sana.

Perasaan kesal kini telah merajalela, keinginan untuk membalas semua penderitaannya semakin besar.

***

Di dalam rumah, Nadine sedang menghubungi seseorang. ''Apa kau yakin tidak ingin menyaksikan drama yang akan mulai mengguncang keluarga mu? Apa kau akan jadi pecundang dan tinggal di dalam sana? Pikirkan itu baik-baik.'' Ucap Nadine lalu mematikan ponselnya.

Matanya menatap gelap malam yang sangat menakutkan, tak ada bintang ataupun bulan. Hari ini malam terlihat gelap tanpa cahaya langit. Tak seperti biasanya.

Srett...

Tangan Nadine memegang pisau yang hendak menancap pada perutnya. Pisau itu datang dengan pria yang berdiri sedari tadi di balkon rumahnya. Nadine menarik tangan pria itu ke atas lalu dengan cepat memukul lengannya dan pisau itu terjatuh kelantai.

Tangan Nadine sudah berdarah hebat namun itu tidak membuatnya kesulitan. Sejak masuk kedalam rumah, Nadine sudah curiga maka dari itu dia menelepon di balkon. Pertarungan itu semakin sengit, Meski dirinya perempuan namun ajaran yang ia dapat dari pedalaman itu sungguh berat layaknya ajaran untuk laki-laki.

Bugh.....Bugh....Bugh....

Prank....

Pukulan demi pukulan terus melayang pada kedua orang itu hingga membuat pria itu kalah. Nadine hendak mengejar namun pria itu melompat turun. Saat melihat Anindira datang dari depan, Nadine berteriak. ''Tangkap dia!!!'' Teriak Nadine, Anindira dengan sigap mencegat pria itu.

Tak hanya dia, Tyaga yang kebetulan juga ada di sana ikut membantu saat mendengar teriakan Nadine. Pada akhirnya, pria itu di tangkap. Merasa melelahkan untuk keluar rumah, Nadine malah turun dengan loncat dari balkon.

''Astaga nak! Kenapa selalu bikin Bu Ida khawatir!'' Ucap Bu Ida yang ikut keluar dari restoran. Nadine tidak peduli, tatapan membunuh tertuju pada pria yang sudah di ikat oleh Anindira dan Tyaga.

Tanpa bicara lagi, Nadine mencekik leher pria itu dengan tangan yang berlumuran darah. Wajah Nadine sudah babak belur, pipinya yang tergores pisau tidak membuat gadis itu lemah. Semuanya terkejut, bahkan Anindira hendak menarik Nadine.

''Sudah ku peringatkan bukan....Jika ingin membunuhku kirim seseorang yang lebih berpengalaman.'' Ujar Nadine dengan senyuman yang mengerikan. Pria itu tertawa, Nadine juga tertawa keras. Tawanya yang keras membuat suasana semakin menegangkan.

Anindira memundurkan tubuhnya saat tau isyarat tangan Nadine yang meminta agar menjauh. ''Hahaha.....Pecundang! Hadapi aku dengan benar! Membunuhku bukanlah jalan yang mudah sepertimu membunuh orang tuaku! Kalian adalah iblis yang menciptakan Monster sepertiku....Hahaha.....'' Tawa Nadine semakin memekakkan telinga.

Bu Ida hanya menutup mulut tak percaya. Anindira sudah tau, bahwa di mata gadis ini ada dendam hebat. Tyaga yang disana hanya bisa menatap sendu, gadis yang selalu ceria dulu dan sangat baik. Kini harus menelan semua penderitaan hanya untuk bertahan hidup.

Dorr!!

''Xavier!!''

Bersambung.....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!