Part 2

Nadine menajamkan pendengarannya, suara Olivia terdengar seperti menahan sakit. Merasa pendengarannya salah, Nadine kembali mendengarkan suara itu hingga berulang-ulang.

''Apa yang terjadi? Kenapa suaranya seperti tercekat?'' Tanya Nadine, bi Nani tersenyum penuh maksud. ''Ini adalah suara nyonya Olivia sebelum menjelang kematiannya.'' Kata bi Nani memberitahu, gadis itu terdiam. Matanya mengisyaratkan sesuatu yang aneh.Tampak ragu namun pasti.

''Apa wanita itu sengaja berpura-pura sebelum dia meninggal? Aku heran, kenapa ada wanita sepertinya. Yang rela berbohong demi kepentingannya sendiri.'' Ucap Nadine dengan mengusap air mata yang masih tersisa di ujung matanya.

''Terserah padamu saja nona, apa anda sudah mau pergi? Memangnya anda sudah punya tempat tinggal?'' Tanya bi Nani setelah melihat Nadine yang sudah berdiri.

''Entahlah, aku kemari tanpa persiapan dan uang sedikitpun. Mungkin aku akan mencari pinjaman.'' Sahut Nadine santai, menurutnya mudah meminta pinjaman seperti di negaranya dulu.

''Nona, bibi tau anda tidak akan mudah meminjam uang dengan kepribadian nona yang seperti itu. Ini, bibi berikan kunci rumah bibi. Nona bisa tinggal disana, bibi juga sepertinya tidak bisa pulang karena harus melayani tuan Brian dan keluarganya.'' Ujar Bi Nani memaksa Nadine agar mau menerimanya.

Meski dengan terpaksa, Nadine menerima dan pergi dari sana. BI Nani tersenyum, ia sangat mengenal nona mudanya. Meski terlihat tidak peduli namun, dalam pikirannya sudah bisa di pastikan bahwa Nadine memikirkannya.

''Nyonya, tuan, nona muda sudah sangat dewasa bukan? Keputusan nyonya memohon pada pria itu agar menyeret nona muda adalah benar.'' Bi Nani meneteskan air matanya kala mengingat teriakan Nadine saat ia di seret secara tidak hormat.

''Entah apa yang tersirat, tapi bisa bibi pastikan bahwa nona Nadine di seret agar lebih kuat dan mampu mencari jalannya sendiri. Nyonya dan tuan akan segera mendapatkan kembali kehormatan kalian yang sempat di rebut paksa.'' Bi Nani terdiam sesaat lalu kembali melanjutkan ucapannya.

''Wajah nona mudah sangat mirip dengan mu nyonya, sifat keras kepalanya sangat mirip dengan tuan dan rasa keingintahuannya mirip dengan nyonya.'' Cerita bi nani dengan sedikit menyunggingkan senyuman. Sembari, bi Nani mencabuti rumput liar yang tumbuh di pemakaman kedua orang yang sangat berjasa di kehidupannya.

''Apa yang akan menjadi milik nona muda, akan kembali padanya. Yang maha kuasa tau cara mengembalikannya.'' Ujar bi nani lalu melanjutkan ceritanya yang entah sudah kemana.

***

Di depan sebuah gedung besar, Nadine menatap gedung itu dengan berkacak pinggang. Ia bingung, apa ini semua milik bi nani? Pikirnya.

Banyak orang yang lalu lalang keluar masuk ke dalam gedung itu. Ia ingin bertanya namun, gengsinya terlalu besar hingga membuatnya menutup mulut dengan rapat.

''Hah...'' Beberapa kali Nadine terlihat menarik nafas panjang. Kakinya bahkan sudah mulai mati rasa karena berdiri selama 30 menit. Banyak mata yang tertuju padanya karena ia hanya berdiri menatap gedung.

Tak lama. Dari dalam gedung, seorang gadis cantik dengan rambut yang di gerai berlari datang menuju ke arahnya. Senyumnya terus mengembang hingga sampai di depan Nadine.

''Apa kau adalah keponakan bi nani?'' Tanya gadis itu menyunggingkan senyumnya. Wajah ceria yang sangat terlihat jelas membuat Nadine mengerutkan keningnya.

''Hmm...'' Hanya itu sahutan yang Nadine berikan. Tidak ada niatan untuk menjelaskan dirinya. Namun, anehnya ia merasa dekat. Entah mengapa Nadine merasa pernah melihat gadis ini di masa lalunya.

Gadis itu mengangguk lalu mengulurkan tangannya. ''Perkenalkan, aku Zahra. BI Nani sudah memberitahuku kalau kamu adalah keponakan bi nani. Tapi aku tidak tau keponakannya yang mana. Hehehe......Tidak apa, aku akan berteman baik denganmu.'' Ujar gadis itu yang masih mengulurkan tangannya.

Ingin sekali tangannya di sambut hangat oleh Nadine. Namun Nadine hanya diam tanpa merubah ekspresi datarnya. Merasa tangannya mulai sakit, Zahra memaksa tangan Nadine agar mau bersalaman dengannya.

Hingga mau tidak mau Nadine menyalami tangan Zahra.

Zahra, putri Tante Charlotte dan asisten Gilbert. Sudah besar ternyata, gadis yang cantik seperti Tante dulu. Kenapa dia tinggal disini? Bukankah asisten Gilbert tidak akan kekurangan uang untuk membiayai anaknya?

Masih dalam pikirannya sendiri, Nadine sudah di rangkul oleh Zahra menuju ke dalam gedung. Tidak ada lift dan hanya menggunakan tangga. Gedung ini hanya bertingkat tiga, jadi sangat mudah untuk menaikinya.

Selama menaiki tangga, Zahra memberitahu siapa pemilik gedung ini. ''Gedung ini milik dari bi Yuri. Bi Yuri sangat baik, tetapi dia tidak akan tinggal disini setiap hari karena ia harus pergi bekerja. Oh iya, aku belum tau siapa namamu...Hmm, sepertinya kita seumuran.'' Tebak asal Zahra, kini mereka sudah di depan pintu rumah milik bi nani.

''Xavier...'' Ucap Nadine lalu masuk dan menutup pintu dengan kasar. Zahra yang masih di luar pun hanya bisa melongo.

''Sepertinya, aku harus memperbanyak sabar.'' Celetuk gadis itu sembari menggaruk pelipisnya yang gatal.

''Xavier? Nama yang bagus. Semoga kita berteman baik ya kak!" Teriak Zahra dengan nada senang. Gadis itu tersenyum lalu pergi dari sana.

***

Di sebuah ruangan yang sangat besar, seorang pria sedang memijit pelipisnya. Kepalanya sakit karena mendapati gadis yang ia lempar jauh kini kembali lagi.

Tak hanya sendiri, seorang wanita modis juga duduk di sofa ruangan itu.

''Sudah ku sarankan untuk membunuh gadis itu, namun kau masih saja tidak peduli. Lihat sekarang, gadis itu kembali ke sini untuk menghancurkan kejayaan mu.'' Ujar Wanita itu tersenyum sinis.

''Kau bilang dia tidak akan menjadi penghalang jalanmu? Jangan bodoh, dia adalah darah Richards. Tidak akan mudah menghentikannya selain kematian.'' Mulut wanita itu terus mengeluarkan bisanya.

''Diam! Kau hanya menambah pikiran!" Bentak pria itu, menatap tajam wanita yang santai duduk di sofanya.

"Aku sudah berkata jujur, semakin dia penasaran akan keluarganya. Maka semakin dekat akan kehancuran mu." Kata wanita itu tanpa rasa takut meski sudah di bentak dengan kasar.

"Kau pikir hanya aku yang akan hancur, kalian juga akan hancur!'' Teriak pria itu.

''Maka dari itu, aku bilang bunuh saja! Singkirkan dia dari jalan kita!'' Teriak wanita ini tak kalah tinggi. Bahkan ia sampai berdiri dan menghentakkan kakinya kesal.

''Belen! Jaga bicaramu!'' Teriak Brian dengan lantang.

''Chalondra! Namaku Chalondra!!'' Teriak wanita itu histeris. ''Jangan pernah lupakan itu, aku tidak peduli apa keputusanmu. Tapi aku tidak mau kita sampai jatuh hanya kerena gadis sialan itu!'' Ujar wanita lalu pergi dengan amarah.

Di saat ia membuka pintu, terlihat gadis cantik dengan mata elangnya sudah berdiri di depan pintu. ''Masuk!'' Sarkas gadis itu dengan tangan yang di lipat di dadanya. Entah mengapa tapi wanita tadi menurut dan masuk kembali.

Gadis tadi menutup rapat pintu ruangan dan menyusul wanita tadi dengan langkah tegas. ''Pa, biarkan saja dia kembali ke negara ini. Tidak akan ada yang mengenalinya, tidak akan ada yang mau bersamanya jika dia mengungkapkan identitas.'' Ucap tegas gadis itu dengan keyakinan.

Brian terlihat menatap putrinya lekat. Gadis itu sama sepertinya, tenang dan cerdik. Dia adalah kunci keberhasilan Brian selama ini. Bahkan tidak ada yang bisa menebak rencana gadis ini.

''Tapi Aurora.....'' Ucap wanita itu terjeda kerena tatapan dari putrinya.

''Jika kau hanya akan menambah runyam suasana maka aku tidak akan segan-segan untuk menyeretmu ke dalam ruangan itu.'' Ujar Aurora tajam, bahkan wanita itu langsung menutup mulutnya rapat.

Tidak ada yang berani untuk bermain-main dengan Aurora, gadis itu bagaikan iblis yang tidak akan segan menghukum orang meski itu adalah ibunya sendiri.

''Sudah, biarkan saja mamamu. Di hanya panik, kau bisa pergi untuk mencari tahu dimana gadis sialan itu sekarang.'' Ucap Brian menyeringai.

''Baik, aku permisi pa...'' Sopan Aurora lalu pergi dari ruangan itu.

''Apa dia sungguh putriku? Aku bahkan tidak pernah membayangkan bahwa putriku akan sekejam ini.'' Lirih wanita itu dengan wajah takut. Brian kini tersenyum senang dan tidak peduli akan istrinya yang terus bergumam.

Bersambung......

Terpopuler

Comments

Cahaya Hayati

Cahaya Hayati

waw penghianatan dalam keluarga 🤔🤔🤔

2022-07-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!