Wanita Bahu Laweyan
Hari ini, Anindita Puspa Ayu Batari akan menikah dengan orang yang dijodohkan oleh kedua orang tuanya. Tanpa sebuah perkenalan ataupun rasa cinta, ia rela menikah demi perjodohan yang dilakukan oleh keluarga besarnya. Sebuah pernikahan bisnis lebih tepatnya.
Saat ini, Dita melihat tampilan wajah ayunya di cermin. Terlihat sekali tatapan kosong di sana. Menatap jauh ke dalam cermin yang tidak pernah menampakkan sebuah kepalsuan.
"Aku menerima takdirku yang terlahir sebagai putri dari seorang ningrat, yang tidak pernah punya kebebasan apa pun, meskipun itu tentang cinta," ucap Dita pada cermin di hadapannya.
Sepi, hanya hembusan angin semilir dari celah kamar yang terasa lebih dingin dari biasanya.
Aroma kemenyan dan bunga dari sesajen yang diletakkan di salah satu sudut kamar, membuat aroma di kamar calon pengantin semakin terasa berbeda.
Namun, bukan hanya di kamar Dita saja sesajen itu diletakkan. Masih ada beberapa jenis yang sama yang tersebar di seluruh rumah pengantin wanita. Termasuk sesajen yang lebih lengkap berada dan menjadi satu dengan kembar mayang.
Tentu saja sesajen itu digunakan dengan maksud melindungi agar setiap proses yang dilakukan selama kegiatan di rumah pengantin wanita bisa berjalan lancar.
Tiba-tiba pintu kamarnya diketuk dari luar, membuyarkan lamunan Dita untuk beberapa saat.
"Nak, apa kamu sudah siap?" tanya Ibu Sekar Ayu, ibunya Dita pada putrinya dengan logat khas Jawa.
Dita menoleh ke arah pintu, "Iya Bu, saya sudah siap."
Dita juga terbiasa bercakap-cakap dengan logat Jawa ketika di rumah. Sehingga tidak terasa aneh saat berbicara.
Setelah mendapatkan jawaban dari dalam, Nyonya Sekar mempersilakan para perias pengantin untuk masuk ke kamar Dita bersama dirinya.
"Ayo mbak, silakan masuk!"
"Njeh Bu," ucap mereka hormat.
Sementara itu, suara gamelan Jawa terdengar mengalun indah di kediaman Dita. Dekorasi yang apik khas dengan adat Jawa tulen terlihat jelas di sana. Sepasang kembar mayang sudah dipersiapkan untuk kedua calon pengantin. Karena pagi itu, pernikahan akan berlangsung.
Mayang sari (hiasan dari janur) sudah terpasang di kedua sisi kursi pengantin. Lengkap dengan buah-buahan segar di sana yang menghiasi Mayang sari. Menambah kesan sakral dan memperindah pelaminan yang memakai gebyog di belakang kursi pelaminan.
Penjol atau sering disebut umbul-umbul juga sudah di pasang rapi di ujung gang masuk rumah, sebagai tanda bahwa di daerah sana sedang ada acara pernikahan. Tidak lupa sebuah sajen juga di letakkan di sana.
Para perias sudah masuk ke dalam kamar Dita. Mereka membawa koper yang berisi make up dan peralatannya untuk merias wajah calon pengantin perempuan. Sebenarnya Dita sudah sangat cantik, tetapi karena hari ini merupakan hari yang sakral dan spesial maka para perias itu datang untuk menyempurnakan penampilannya.
Sebelum merias, perias tersebut membacakan sebuah doa lalu meniupkannya ke ubun-ubun Dita. Tidak lupa ia membersihkan rambut-rambut halus di kening Dita, baru sesudahnya mulai melukis paes di keningnya. Sebuah Cithak juga diberikan untuk sentuhan akhir riasan di tengah-tengah kening.
Selanjutnya sebuah sanggul bentuk bokor mengkurep lengkap yang ditutup dengan rajutan melati. Tidak lupa cunduk mentul yang berjumlah songo menghiasi sanggul Dita.
Selama dirias, Dita tidak bersuara sama sekali, tidak ada senyum tidak ada percakapan. Ia tampak tenang, tetapi menghanyutkan.
Waktu yang digunakan untuk merias cukup singkat, karena tidak perlu membutuhkan banyak riasan, wajah Dita sudah tampak bersinar sangat cantik.
Sementara itu, di rumah kediaman pria, mereka sudah bersiap untuk datang ke rumah Dita. Dengan iring-iringan rombongan mobil pengantin, tepat pukul delapan pagi, mereka sudah sampai di kediaman Dita. Tempat berlangsungnya akad nikah.
Wisnu dan para rombongan segera menuju tempat akad nikah. Di sana sudah ada penghulu dan beberapa saksi dari kedua mempelai. Di hadapannya Pak Handoko, wali Dita sudah bersiap menyambut Wisnu.
Setelah semua siap, Wisnu bersiap melakukan ijab kabul. Kini Pak Handoko menjabat tangan Wisnu dan mengucap akad nikah ijab kepadanya.
"Saudara Wisnu Barata, Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau Ananda Wisnu Barata bin Sanjaya dengan anak saya yang bernama Anindita Puspa Ayu Batari dengan maskawinnya berupa seperangkat alat sholat dan emas sebelas gram, Tunai.”
"Saya terima nikahnya dan kawinnya Anindita Puspa Ayu Batari binti Handoko Kusumo dengan maskawinnya yang tersebut, tunai.”
"Bagaimana saksi?" tanya penghulu kepada semua saksi.
Semua menjawab, "Sah."
"Alhamdulillah."
Lalu semua orang mengucapkan doa untuk kedua pengantin. Setelah itu, Dita baru dibawa keluar untuk menemui Wisnu dan bersiap menandatangi dokumen pernikahan.
Sungguh bahagia menjadi Wisnu, karena memiliki istri yang sangat cantik seperti Dita. Selesai menandatangi surat, Wisnu menyematkan cincin di jemari Dita. Mencium kening, lalu mengucapkan doa-doa untuk Dita.
Akhirnya Dita resmi menjadi istri Wisnu. Pembawaan yang tenang, tidak memperlihatkan raut bahagia di wajah Dita. Namun, Wisnu tidak mempermasalahkan hal tersebut.
Tidak butuh waktu lama, sepasang suami istri itu langsung menggelar resepsi. Banyak sekali kolega bisnis yang datang menghadiri pernikahan Wisnu dan Dita. Semua tampak sukacita, terlebih di hadapan mereka terlihat sepasang Raja dan Ratu di pelaminan yang sangat serasi.
Pemandangan tampak memukau di mata para tamu undangan. Banyak yang memuji kecantikan Dita, juga ketampanan Wisnu. Tidak ada celah diantara keduanya.
"Pasti keturunan mereka akan sangat tampan dan cantik. Apalagi kedua orang tua sudah cantik dan tampan."
"Benar Mbak Yu, sungguh beruntung mendapatkan Dita, apalagi Wisnu sebagai seorang CEO, jadi tidak ada ruginya Dita menikah muda."
Semua pujian yang di berikan kepada Dita sama sekali tidak membuat Dita tersenyum. Tidak ada ekspresi kebahagiaan sama sekali yang tampil di sana. Ia hanya sesekali tersenyum ketika ada teman kolega bisnis ayahnya yang ia kenal ataupun kolega Wisnu.
Beberapa jam kemudian, malam telah datang. Sesuai rencana, mereka akan menghabiskan dua hari di kamar hotel sebagai hadiah pernikahan mereka. Kini semua keluarga sudah kembali ke rumah masing-masing, kecuali pasangan pengantin baru tersebut.
"Mas, Dita ke kamar mandi dulu. Badannya sudah lengket banget," pamit Dita.
"Iya Dek, aku menunggu di sini saja," kata Wisnu sesaat setelah Dita masuk ke kamar mandi.
"Daripada garing di sini, mending cari udara segar di balkon," ujarnya.
Wisnu lalu melangkahkan kakinya ke balkon. Ia mencoba menikmati indahnya suasana malam dari lantai tersebut. Ia menghirup udara malam dengan perlahan, sambil melihat-lihat tamu hotel yang lalu lalang di bawah sana.
Namun, bau anyir seketika menyeruak, memenuhi rongga dadanya.
"Bau, apa ini?" ucapnya janggal.
Bulu kuduknya tiba-tiba saja meremang, lalu entah bagaimana tengkuknya seolah sedang ditiup-tiup. Ia pun langsung menoleh seketika.
Entah bagaimana caranya, sekelebat bayangan hitam yang sebelumnya berdiri dibelakangnya, kini sudah berdiri tepat di depan wajahnya. Matanya merah menyala dengan bau anyir yang sangat pekat, tanpa tubuh yang menyertainya.
Tentu saja Wisnu terkejut, matanya terbuka lebar dengan mulut menganga. Kini bola matanya mengerjap, mencoba mencari keberadaan mahluk yang baru saja muncul, tetapi langsung menghilang beberapa detik kemudian.
"Makhluk apa itu tadi?"
Tiba-tiba ponsel yang ia pegang menyala tanpa sebab. Karena terkejut dan gugup, ia menjatuhkannya ke lantai.
Wisnu menunduk untuk mengambilnya. Sayang, pada saat bersamaan, ia seolah di dorong dari belakang hingga kakinya terpeleset. Beberapa tiang pagar balkon patah, hingga tubuhnya sukses meluncur dari ketinggian lantai dua puluh.
Ia pun terjatuh dari balkon kamarnya dan mendarat tepat di depan pintu masuk hotel tersebut. Matanya melotot dengan lidah menjulur keluar. Darah segar seketika muncrat membanjiri tubuhnya.
Kejadian tersebut sangat cepat. Tanpa suara, tanpa jeritan, Wisnu langsung meninggal di tempat.
Beberapa tamu hotel histeris melihat jasad Wisnu tergeletak tanpa nyawa di depan lobby hotel. Keadaan menjadi kacau, beruntung masih ada yang ingat dan segera menelepon polisi dan ambulans.
Dita yang baru keluar dari kamar mandi terkejut mendapati Wisnu tidak ada di sana. Lalu sesaat kemudian ada telepon dari resepsionis. Ia mengatakan jika ada korban bunuh diri yang terjatuh dan meninggal di depan lobby hotel. Menurut mereka, ia berasal dari kamar Dita. Siapa yang tidak syok mendapati dugaan tersebut.
"Ciri-ciri korban seperti apa, Mbak?"
Resepsionis itu menyebutkan semua yang ia lihat tanpa ada yang ia tutupi sedikitpun.
Bibir Dita gemetar, "Baik, sebentar lagi saya turun."
Firasat Dita langsung mengarah ke Wisnu. Ia berlari ke balkon. Terlihat jam tangan Wisnu tertinggal di sana dan juga pacar balkon yang patah. Dita menutup mulutnya, seolah tidak percaya dengan ramalan beberapa tahun yang lalu, kini terbukti.
"Ini nggak mungkin, kan? Mas Wisnu nggak boleh meninggal!" teriak Dita histeris.
Seketika Dita pun pingsan di tempat.
...🌹Bersambung🌹...
.
.
Lalu ramalan apa yang diucapkan kepada Dita waktu itu? Akankah ramalan itu sedang menjalankan takdirnya? Jangan lupa like, komen, dan dukungannya teman. Semoga suka dengan karya barunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 220 Episodes
Comments
Sakura_Merah
hadir... mampir baca 🥰🥰
2022-10-14
0
Ryuza_eka1820
aq mampir baca,,,oya maaf setahu ku kalau d jawa gagar mayang itu untuk orang yg meninggal sebelum menikah/masih lajang,kalau untuk pernikahan nama nya kembar mayang🙏🙏🙏
2022-09-15
1
TraiN HeartNet🔰π¹¹™
yaaahhhh, gagal em el dech
2022-08-22
2