Sekitar pukul sepuluh pagi, mereka bertiga akhirnya berangkat. Juna yang menyetir, sementara Dita duduk disamping kursi kemudi. Itupun dengan paksaan dari Rani, baru ia mau duduk di sana.
Sepanjang perjalanan yang terlihat mengobrol hanya Rani dan Juna, sedangkan Dita memilih diam dan hanya melihat ke arah jendela. Mengusir kejenuhan dengan melihat-lihat suasana perjalanan, akan membuat suasana hati Dita membaik.
Bayangan pohon-pohon yang seolah berlarian, membuat hati Dita menjadi lebih tenang, daripada ia harus berbicara dengan orang asing. Dita juga bukan tipikal gadis yang sok akrab sok dekat. Dita lebih suka berada di dalam dunianya sendiri saat ini.
"Wah, jadi kalian bersahabat dari kecil sampai sekarang? Keren banget kalian!" seru Juna setelah mendengarkan cerita panjang lebar dari Rani.
Senyuman dari Juna memang mampu menyihir hati setiap wanita, tetapi tidak dengan Dita. Buktinya ia sama sekali tidak terusik katika Rani dan Juna saling mengobrol.
"Iya, karena hanya gue yang mampu bertahan dengan semua keunikan yang ada di dalam Dita."
"Wkwkwk, iyakah? Wah, kalau begitu gue makin tertarik sama Dita," ucap Wisnu sambil tersenyum.
Juna mengangguk setuju, menurutnya Dita memang sedikit berbeda dari wanita kebanyakan. Meskipun begitu, tidak mengurangi kekaguman di hatinya untuk Dita. Selain Dita begitu cantik, Juna yakin Dita bersikap dingin padanya karena memang mereka baru saja bertemu. Hal itu sangat wajar baginya.
Saat asyik bercengkerama di dalam mobil, tiba-tiba bulu kuduk Rani meremang. Seolah ada sosok lain yang menemaninya di kursi belakang. Seketika Rani menghentikan ucapannya dan menoleh ke kanan ataupun ke kiri.
"Perasaan gue kok jadi nggak enak gini?"
"Berasa ada yang ngeliatin plus duduknya berasa sesak kayak gini!"
Gerakan Rani yang tiba-tiba berubah membuat Juna melihat kaca spion mobilnya agar bisa melihat Rani yang duduk di kursi belakang.
"Lu kenapa Ran, kok kayak nggak nyaman gitu duduknya?" tanya Juna.
"Eh, iya. Enggak tahu ini berasa sesak aja gitu!" terang Rani mencoba menjelaskan situasi saat ini.
Rani kemudian menyadari jika mobil mereka hampir memasuki kawasan rumahnya. Ia mengingatkan Juna untuk setelah itu mengikuti arahan darinya.
"Di depan belok kiri, Kak. Rumah bercat kuning itu rumah orang tuaku."
"Siap."
Dita seketika menoleh, "Loh, kamu nggak jadi ikut nemenin aku?"
"Nggak, Ta. Aku baru ingat, hari ini di rumah ada acara. Jadi, maaf ya ... aku nggak bisa ikut kamu ...." ucap Rani sambil meringis.
"Ya, sudah, kalau gitu, salam buat Ibu dan Bapak kamu."
"Siap Neng Dita. Gue pamit ya, Kak Juna."
Sesaat kemudian, mobil yang mereka kendarai sudah sampai di depan Rumah Rani. Ia pun segera pamit dan ngacir masuk rumah.
"Nah, loh. Kenapa pula tuh anak ngacir!" tanya Dita yang keheranan karena melihat Rani berlari kencang ketika memasuki pelataran rumahnya.
"Mungkin dia nggak sabar buat ketemu kedua orang tuanya."
"Bisa jadi."
"Tapi nggak biasanya juga sih, dasar anak aneh!"
Juna hanya mengedikkan bahunya untuk sejenak. Sebenarnya, Juna agak merasa ngeri berduaan dengan Dita. Apalagi setelah tadi pagi bermimpi aneh saat secara tidak sengaja tertidur di ruang tamu Dita.
Malu, iya malu, tetapi bagaimana lagi. Toh, dia juga nggak sengaja tidur. Belum lagi bau anyir tiba-tiba menyeruak dan terasa menyengat di dalam mobil. Membuat mual siapapun yang mencium aromanya.
Mau tak mau, Juna membuka jendela mobilnya. Dita yang merasa aneh, seketika menengok ke arah Juna.
"Lu, kepanasan? Kok buka jendela, kan kamu sudah menyalakan AC!" protes Dita.
Juna tersenyum kikuk, "Em, enggak! Cuma ada bau nggak enak."
"Bau apa?"
Dita seketika penasaran, lalu mendekat ke arah Juna. Ia mengendus-endus badan Juna. Tentu saja Juna merasa risih dan geli.
"Dita, kamu ngapain? Kenapa berlaku begitu?"
"Katanya kamu bau? Kamu kentut?"
Juna terkekeh.
"Kamu ternyata lucu, Dit. Aku bilang apa, kamunya denger apa?"
Seketika mulut Dita mengerucut manyun karena tidak suka dibilang tuli sama Juna. Meskipun ia tidak mengatakannya secara langsung, tetapi ucapan Juna seolah mengatakan begitu.
Juna mengeleng-geleng, karena kurang fokus hampir saja mobilnya menabrak kendaraan dari arah berlawanan. Tentu saja membuat Dita berteriak.
"Awas, Juna!"
"Hati-hati dong!"
Dita mengusap peluh yang tiba-tiba mengalir di pelipisnya. Beruntung, nyawa mereka masih selamat hari itu, karena marah Dita melotot ke arah Juna.
"Kenapa nggak hati-hati, sih!"
"Sorry," ucap Juna terdengar masih syok.
"Kamu kenapa sih? Atau lagi capek?"
"Sorry, Ta. Aku nggak fokus."
"Ya udah, kita tuker posisi, biar aku yang menyetir."
Juna mengangguk setuju, "Siap."
Mobil berhenti sejenak lalu mereka bertukar posisi mengemudi. Akhirnya Dita sekarang memegang posisi kemudi, sementara itu Juna duduk di kursi penumpang di samping Dita.Tidak lupa Dita menyodorkan satu botol air mineral pada Juna agar ia bisa lebih rileks.
"Minum dulu, Jun. Biar tenang dikit. Kamu percaya saja sama aku, kita pasti sampai."
"Tapi jangan lupa nyalain waze-nya biar aku tau lokasi rumah kamu."
"Iya, Dit. Makasih ya."
"Kamu istirahat aja."
Juna mengangguk, lalu setelahnya ia mulai memejamkan mata.
"Kenapa banyak kejadian aneh hari ini?" ucapnya dalam hati.
Sementara itu, Dita melajukan mobilnya. Beruntung sebelum Juna tertidur ia sudah menuliskan alamat rumahnya pada ponsel pintar. Dita hanya mengikuti arah rute yang ditunjukan oleh ponsel tersebut.
"Apa Juna juga diganggu oleh makhluk astral, kenapa tingkahnya aneh sekali?" ucap Dita dalam hatinya.
"Kenapa selalu begini, apakah aku tidak boleh mempunyai teman?"
Dita mulai berpikiran aneh-aneh saat itu. Namun, ia tidak bisa memutuskan semua ini. Beberapa saat kemudian, telinga Dita seperti di tiup-tiup.
"Dita, hati-hatilah!"
Suara itu terdengar berdesis dan agak parau. Sama persis dnegan suara lelaki yang biasa melantunkan lagu Jawa pada tengah malam atau diri hari di Rumah Dita.
"Ya, Tuhan, hamba hanya bisa memohon perlindungan darimu untuk semua yang terjadi hari ini, Aamiin."
Meskipun Dita sudah tidak asing lagi dengan beberapa makhluk astral, karena ia masih suka meyakinkan dirinya bahwa tidak ada satupun makhluk yang mampu melewati kekuatan Allah SWT, namun ada saatnya rasa ketakutan menyertainya.
Setelah hampir tiga jam mengemudi, mobil yang mereka kendarai sudah sampai di Rumah Juna. Dari kejauhan, sudah terlihat mobil ayah dan ibunda Dita juga terparkir di halaman rumah.
"Akhirnya sampai juga," ucap Dita lega.
Namun suara lain terdengar jelas di telinga Dita sampai membuatnya tidak bisa mendengar suasana sekelilingnya. Juna yang tersenyum manis, hampir saja mencium Dita, tetapi Dita menyadarkan dirinya bahwa ia masih di dalam mobil.
Saat ia menoleh ternyata Juna sudah bangun dan sedang melihatnya. Senyumannya terasa aneh dan menyeramkan bagi Dita. Namun, Dita hanya bisa berdoa agar setidaknya tidak akan ada hal aneh yang terjadi hari itu.
Lalu apakah Juna akan melanjutkan sesuai dengan apa yang diinginkan keluarga besarnya?
.
.
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 220 Episodes
Comments
Sakura_Merah
misi yang terselubung kah...
2022-10-17
0
👑Gre_rr
kasihannya si Dita
2022-10-14
0
🍭ͪ ͩ✹⃝⃝⃝s̊S𝕭𝖚𝖓𝕬𝖗𝖘𝕯☀️💞
ya jelas lahh dia d ganggu makluk yg selalu ngikutin km dita
2022-08-07
3