"Dek ingat pesan ibuk, kalau hamil nggak boleh berada di luar rumah pada waktu senja seperti ini!" seru Pak Handoko yang baru saja pulang.
Ia selalu menyapa istrinya yang sedang menikmati senja dari balkon di kamarnya. Kesibukannya membuat ia harus meninggalkan istrinya sendirian di rumah ketika ia kerja.
"Ya ampun, Mas. Ini masih jam setengah enam sore, kok. Belum masuk waktu maghrib juga."
Sekar memang wanita yang agak sedikit 'ngeyel' kalau dibilangi. Padahal sebelum ini ia tidak pernah berlaku seperti ini. Entah kenapa sejak hamil ia lebih suka menghabiskan waktunya di luar rumah. Alasannya hanya satu karena udara di dalam rumah terasa gerah.
"Kamu masih kegerahan di dalam kamar, Dek?"
Sekar mengangguk.
Di dalam hati Pak Handoko ia bergumam, "Padahal sudah aku pasang AC, nggak penting juga lebih baik aku mengajaknya masuk ke dalam rumah."
"Ya sudah kalau begitu, ayo kita masuk. Sudah mau masuk waktu maghrib!"
Sekar mengangguk lalu menyambut uluran tangan dari suaminya. Ia berjalan beriringan dengan Pak Handoko. Lalu sesudahnya ia akan lebih banyak untuk menemani istrinya di dalam kamar.
Ia paham jika orang hamil butuh perhatian ekstra dan lebih sensitif. Terkadang kalau malam, Sekar sering mimpi aneh-aneh hingga membuatnya histeris. Setiap dibawa ke orang pintar, katanya tidak ada apa-apa. Hanya saja ia akan mendapatkan sesuatu yang besar suatu hari nanti.
Kegiatan tersebut terus berulang hingga kehamilan memasuki usia tujuh bulan. Beruntung pada usia kehamilan tujuh bulan kehamilan, akan diadakan acara mitoni yang akan diselenggarakan oleh Keluarga Kusumo.
"Handoko, jangan lupa untuk membawa pulang Sekar pada acara mitoni minggu depan!"
"Harus pulang karena acara ini sangat penting bagi calon putrimu, apalagi ini kehamilan anak pertama Sekar."
"Iya, Bu."
Itulah yang sering terngiang-ngiang di telinga Handoko. Apalagi kehamilan yang dialami Sekar merupakan cucu kedua dari keluarga besar dan merupakan calon anak pertama Handoko. Alhamdulillah, menurut perkiraan akan berjenis kelamin perempuan.
Sungguh bahagia sang nenek yang akan mendapatkan cucu perempuan. Oleh karena itu perayaannya akan dilakukan dengan sangat spesial.
Hari ini, sesuai rencana, Sekar bersama suaminya Handoko sedang dalam perjalanan menuju rumah kedua orang tuanya. Jalanan yang dilewati penuh dengan hutan lebat, karena memang ayah dan ibunya tinggal di desa tidak seperti dirinya yang bekerja di kota.
Sayang sekali, perhatian dari ibu mertunya sering ia langgar. Sekar yang sedang hamil jarang sekali mengikuti arahan dari ibu mertuanya itu. Padahal banyak wejangan yang diberikan ibu mertua demi kebaikan dirinya dan jabang bayi.
Mulai dari mengantongi gunting ketika keluar rumah. Selalu menyematkan cemiti yang ada bawangnya ke baju yang dipakai oleh si ibu hamil dan berdoa sebelum keluar dari rumah. Ada beberapa aturan lain yang berlaku untuknya seperti, tidak boleh keluar diwaktu maghrib dan menggunting kuku malam-malam dan masih banyak yang lainnya.
Keluarga Sekar yang merupakan keluarga modern jarang melestarikan kebudayaan Jawa. Lain halnya dengan Keluarga Kusumo, masih menjunjung tinggi adat istiadat budaya Jawa Kuno.
Dalam setiap kegiatan, menyan dan hal-hal berbau klenik masih kental terasa. Kalau untuk Handoko ia sudah terbiasa lain halnya dengan Sekar dan keluarganya yang masih asing dengan hal tersebut.
Hanya demi menjadi bagian keluarga Kusumo, Sekar rela masuk dan mempelajari banyak kebudayaan Jawa, tetapi sepertinya kebiasaannya kembali muncul saat hamil.
Namun, karena hari itu Handoko pulang kerja sudah sore, dengan terpaksa perjalanan mereka dimulai sesaat sebelum maghrib. Di tengah perjalanan Pak Handoko teringat sesuatu, hingga ia bertanya pada istrinya.
"Dek, kamu tidak lupa mengantongi gunting dan menyematkan cemiti yang ada bawangnya di baju, kan?"
Nyonya Sekar menoleh ke arah suaminya sambil tersenyum kaku, tentu saja ia lupa.
"Maaf, Mas. Aku lupa," jawab Sekar sekenanya.
"Apa!"
Sontak saja, Pak Handoko mengerem mobilnya secara mendadak. Hingga hampir saja kening Sekar membentur dashboard mobil.
"Mas, kamu kenapa sih? Kok ngerem mendadak."
"Bagaimana bisa kamu selalu mengabaikan wejangan dari ibu."
"Mas, Mas masih percaya begituan? Ini jaman modern loh, Mas."
"Sekar, itu wejangan ibu buat kebaikan anak yang sedang kamu kandung. Percaya atau tidak semua pasti ada alasannya. Jadi sebaiknya kamu mematuhinya."
Sekar mengerutkan keningnya sambil memanyunkan bibirnya. Sementara itu Handoko merasa jengah. Tidak mau membuang waktu lama ia segera melanjutkan perjalanannya.
Sayangnya, belum lama mobilnya melaju tiba-tiba saja ada seorang nenek yang tiba-tiba menyeberang jalan. Tentu saja ia kembali mengerem mobilnya secara mendadak.
Mata Handoko memperhatikan sekitar mencoba mencari nenek tersebut.
"Loh, di mana orangnya? Kenapa tiba-tiba saja menghilang?"
"Emang Mas lihat apa?"
Pandangan Tuan Handoko terus mengarah ke depan. Namun, apa yang dilihatnya tidak ada di sana.
"Hilang kemana?" ucap Tuan Handoko di dalam hati.
Melihat istrinya kebingungan membuat Tuan Handoko tidak tega. Ia pun mencoba bertanya pada istrinya tentang apa yang barusan ia lihat.
"Nenek berbaju kebaya yang baru saja lewat tadi hilang kemana?"
"Ha-ah, kapan? Di mana ... perasaan dari tadi nggak ada loh, Mas!"
Tiba-tiba saja bulu kuduk Sekar dan Handoko meremang. Semilir angin AC dari dalam mobil semakin membuat suasana mistis terasa mencekam. Apalagi sekarang mereka berada di jalanan sepi yang berada di tengah hutan.
Handoko baru ingat jika lokasi itu sangat angker. Tidak ada mobil yang boleh berhenti di situ, begitu peringatan dari ibunya. Sontak, Handoko segera melajukan mobilnya dengan cepat agar bisa keluar dari hutan itu.
Samar-samar suara lolongan anjing terdengar bertalu-talu bersamaan dengan hembusan angin malam yang membuat ranting pohon bergoyang dengan cepatnya. Sekar yang sedang hamil hanya bisa berdoa sekenanya, sambil terus mengusap perutnya yang membesar itu.
"Pegangan, Dek. Mas mau ngebut."
Sekar mengangguk, sesekali ia menutup matanya karena ketakutan dengan kecepatan yang digunakan oleh suaminya.
Tiba-tiba mata Pak Handoko menangkap sosok nenek tersebut duduk di jok bagian belakang. Detak jantungnya semakin tidak beraturan karena hal tersebut. Mau tidak mau ia hanya bisa berdoa dan tidak memberitahukannya pada Sekar, karena yang ia tahu jika istrinya itu sangat penakut.
Namun, jujur di dalam hatinya, Pak Handoko ketar-ketir karena telah melanggar wejangan dari ibunya. Belum sempat pikirannya menjadi jernih, ada seekor kucing yang tiba-tiba saja menabrakkan tubuhnya ke arah mobil bagian depan.
Pak Handoko kehilangan keseimbangan dalam menyetir mobilnya, hingga ia terpaksa menghentikan mobilnya karena menabrak pembatas jalan.
Tentu saja Sekar membuka matanya lebar-lebar. Secara tidak sengaja, ekor matanya menangkap sesuatu di bagian belakang hingga membuatnya berteriak.
"Aaa ... a-apa itu, Mas!" teriak Sekar ketika melihat penampakan nenek di kursi bagian belakang.
.
.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 220 Episodes
Comments
Sakura_Merah
adat Jawa memang budaya mistisnya amatlah kental..
2022-10-17
0
@❦⃝ᶠˢcB💕R4hm4🌱PUCUK BLU12 🐛
Emang orang jawa kenral yg yah dengan yg mistis2 kah
2022-08-08
1
𝕸y💞 NADA NADA CINTA
kok masih ada yaa yg seperti ini
2022-08-08
0