"Jika kehadiranku membuatmu terluka, maka lupakanlah aku!"
"Tidak! Aku nggak mau pisah sama kamu, Dita. Please, beri aku kesempatan."
Juna tampak memohon agar Dita tidak jadi pergi. Rasanya ia akan mati jika Dita pergi darinya. Meski nafasnya sudah di ujung, tetapi keinginan untuk selalu mengingat Dita tidak pernah hilang.
Juna sudah berusaha menunjukkan bahwa ia sungguh menyukai kehadiran Dita di sana. Kehadiran Dita seperti oase di tengah gurun. Menyejukkan dan membuat Dita sembuh.
Juna benar-benar berlutut memohon agar Dita tidak pergi. Meski langkahnya terseok ia tetap mengejar Dita.
"Menjauhlah dari Dita, Nak Juna. Ibu tidak mau kamu kenapa-napa," ucap Nyonya Sekar.
"Ya, sebaiknya kita akhiri calon perjodohanmu dengan Dita. Ragamu saja tidak kuat, bagaimana bisa kau menjaga putriku!" ucap Tuan Handoko.
"Baiknya aku pergi, Mas. Jaga dirimu baik-baik."
Juna menggelengkan kepalanya. Menolak semua perkataan mereka mentah-mentah.
"Biarkan saya mencobanya, Pak, Ibu. Saya berjanji akan menjaga Dita," ucap Juna seolah mengiba.
Ia bahkan sudah memastikan jika hanya Dita yang akan menjadi istrinya kelak. Juna tidak menginginkan wanita lain selain Dita.
Sementara itu di dalam kehidupan nyata, Dita dan Nyonya Sekar masih saja panik. Suhu badan Juna semakin memanas. Padahal cairan infus masih mengalir di tubuhnya.
"Jun ... Juna bangun, ada Dita di sini?" ucap Nyonya Sinta mencoba membangunkan anaknya itu.
Ia sungguh khawatir akan keadaan putranya saat ini. Apalagi kondisi suhu tubuh Juna semakin tinggi.
Sementara itu Juna masih tidak bisa keluar dari dalam mimpinya itu, terjebak di dalam sebuah ilusi, tetapi Dita tidak tinggal diam. Ia mencoba memanggil dan menyebut nama Juna agar Juna segera bangun seraya berdoa kepada sang pemilik kehidupan.
Di saat yang sama, bisikan-bisikan itu semakin terdengar jelas di telinga Nyonya Sinta.
"Sebaiknya kamu bertindak cepat kali ini, jika tidak mau sesuatu hal buruk terjadi pada Juna dan bisa membuat anakmu pergi untuk selamanya."
Bisikan halus tersebut terus terdengar di telinga Nyonya Sinta. Hembusan kata-kata jahat telah berhasil membuat Nyonya Sekar dilema. Di satu sisi, ia harus memastikan jika Juna tidak terkena teluh atau sejenisnya. Sisi yang lain mengharuskannya untuk mengusir Dita, tetapi ia masih membutuhkan bantuannya.
"Jun, Juna ... ayo kembalilah, kasihan ibu kamu," ucap Dita lirih di samping tubuh Juna.
Dita merasa jika dirinya terus di awasi dari kejauhan, hal itu membuat Dita tidak nyaman. Namun, Dita membiarkannya. Ia hanya menoleh sedikit ke bagian belakang, memastikan jika Nyonya Sinta masih berada di situ.
Ia tidak ingin menyinggung perasaan kedua orang tua Juna, tetapi ketika dia menyakiti dirinya secara otomatis dirinya juga terluka.
Entah itu ilmu hitam atau apapun itu rasanya sungguh menyakitkan. Terlihat dari kondisi Juna yang semakin memburuk.
Mereka ingin masuk ke dalam tubuh Dita tetapi tidak bisa. Mungkin itu yang membuat Juna tidak kunjung bangun dari tidurnya. Selama menjaga Juna, tidak ada rasa kantuk yang menyerangnya. Selama itu pula, Dita terus berdoa dan membaca surat-surat pendek agar kesadarannya tetap terjaga.
Sampai akhirnya adzan Subuh mulai berkumandang. Membuat Dita dalam sekejap merasa mengantuk. Beruntung tepukan halus dari Nyonya Sekar mengembalikan kesadarannya.
"Dita, kamu istirahat saja, biar Ibu yang menjaga Juna."
Dita mengangguk lalu beranjak pergi meninggalkan kamar Juna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 220 Episodes
Comments
Sakura_Merah
makin merinding...
2022-10-17
0
👑Meylani Putri Putti
akak datng yani 😘😍😍
2022-09-11
2
@♕🍾⃝𝙾ͩʟᷞıͧvᷠεͣᵉᶜw⃠❣️
kasian Juna ya ka...
2022-08-09
0