Lelaki tampan berhidung mancung itu tersenyum ketika mendapati Dita keluar dan menyambut kedatangannya.
"Hai Dita, aku Juna. Maafkan untuk kedatanganku yang tiba-tiba."
Juna mengulurkan tangannya ke arah Dita, mencoba ramah tetapi Dita tidak menyambut uluran tangan dari Juna. Sementara itu, Rani masih melongo memandangi laki-laki tampan yang tersaji di hadapannya pagi itu.
"Kenapa firasatku mengatakan jika kedatangan Juna bukan sesuatu yang baik untukku?" ucap Dita di dalam hatinya.
Sementara itu Juna ternyata langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Meskipun uluran tangannya tidak disambut oleh Dita, ia tetap tersenyum.
"Benar kata Ibu kalau dilihat dari ciri-cirinya, Dita memang-lah sangat cantik dan sempurna."
"Bahu yang semampai, belum lagi tubuh yang ramping dan terlihat sangat sempurna di bagian-bagian tertentu," batinnya sambil terkekeh.
Dita yang sudah tidak suka segera masuk ke dalam, tetapi ucapan Juna menginstruksinya untuk tetap diam.
"Ibu dan Bapak kamu memintaku untuk menjemputmu pagi ini. Tadi malam keduanya menginap di rumahku karena mobil mereka rusak."
Dita menoleh, "Kok bisa, lalu mereka tidak apa-apa, bukan?"
"Alhamdulillah tidak apa-apa, kalau kamu tidak mau satu mobil denganku tidak mengapa, tetapi rute ke rumahku lumayan jauh, aku takut kamu lelah."
Dita menghembuskan nafasnya secara kasar. Lalu berjalan ke dalam, "Tunggulah di sini, aku siap-siap dulu, lagi pula aku belum sarapan."
"Siap."
Juna merasa lega, karena Dita menerima kehadirannya. Saat sedang menunggu Dita, aura mistis begitu terasa di sana. Angin yang berhembus begitu lembut, namun mampu membuat orang terlelap seperti terkena sirep.
Beberapa saat kemudian, Juna ketiduran di ruang tamu. Pada saat itulah ia diganggu di dalam mimpinya.
"Wah, tamannya sangat indah, begitu indah seperti pemiliknya."
Di balik pohon kamboja terlihat seorang wanita memakai kemben, sedang memainkan kakinya di dalam air kolam. Ikan-ikan kecil bermain di kaki gadis itu.
"Sendirian, Neng?" sapa Juna.
Gadis itu mengangguk perlahan.
"Dari bentuk tubuhnya seperti Dita, loh tadi katanya mau berganti pakaian, kok malah main air?" gumam Juna.
"Dita, kamu Dita, bukan?"
Gadis itu kembali mengangguk.
Juna memberanikan diri untuk mendekati Dita. Ia ingin mengenal Dita lebih dekat lagi, mungkin seperti ini lah rasanya berdekatan dengan Dita. Agak terasa 'anyep', tetapi rasa penasaran di dalam hati Juna lebih besar.
"Bukankah kamu tadi mengatakan jika ingin berganti pakaian, kenapa malah duduk di sini?"
Gadis itu terdiam cukup lama, tetapi ia tetap memainkan kakinya di dalam air. Lalu sesaat kemudian gadis itu menyanyikan lagu Jawa sama seperti yang biasa ia dengar setiap malam.
Dita dan Rani sudah selesai sarapan, lalu mereka pergi ke ruang tamu untuk menemui Juna.
"Ran, nanti kamu ikut gue aja, ya. Itung-itung buat nemenin gue buat jemput ayah dan ibu."
"Aku sih nggak keberatan, cuma nggak enak aja sama laki-laki tampan tadi."
"Oh, jadi laki-laki tadi tampan?" tanya Dita seolah menggoda Rani.
"Lah kan emang iya, masa Lu nggak bisa lihat kegantengannya? Kamu normal kan Dit?"
"Asem, Lu kira gue jeruk makan jeruk, asam dong!"
"Wkwkwk, eh, lihat! Ganteng-ganteng kok nggak sopan gini, tidur sembarangan. Kalau gue berniat jahat dan bernafsu gimana? Bisa-bisa gue embat nih cowok!"
"Sabar Bu, biar kita lihat kondisinya terlebih dahulu."
"Jun ... Juna bangun!"
"Lah, nggak bangun juga, kebo nih cowok!"
Kini keduanya bersiap untuk kembali lagi membangunkan Juna. Sementara itu, saat ini Juna sedang bersama seorang makhluk tak kasat mata yang sedang menyamar menjadi Dita. Keinginannya hanyalah satu, membuat Juna tidak bisa dekat dengan Dita.
"Dit, kamu selalu begini kalau diajak ngobrol? Kok nggak pernah mau melihat wajahku, sih."
Saat mencoba untuk melihat wajah Dita makhluk itu menoleh dan tidak ada wajah di sana! Ditambah lagi, lehernya yang patah. Lalu sosok itu merangkak mendekati Juna. Tentu saja Juna terkejut dan jatuh terjengkang ke belakang.
"Se-setan!" teriaknya.
Sesaat kemudian, Juna terbangun dengan nafas memburu. Dita kebingungan melihat Juna.
"Kamu, nggak kenapa?'
Juna mengeleng.
"Lebih baik kamu minum dulu, nanti kita lanjutkan perjalanan kita."
Meskipun begitu, Juna tidak berani memberitahukan jika ia baru saja bermimpi bertemu dengan Dita. Lebih baik ia memendam hal itu agar Dita tidak ketakutan saat ditinggal di rumah.
.
.
...🌹Bersambung🌹...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 220 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩ✹⃝⃝⃝s̊S𝕭𝖚𝖓𝕬𝖗𝖘𝕯☀️💞
nahhh udah mulai d usik sama penunggu y Dita....
2022-08-07
2
👑Ria_rr🍁
mimpi aja kaya gitu apalagi jika itu nyata
2022-07-21
0
Elisabeth Ratna Susanti
suka 😍
2022-07-11
0