Jenazah Wisnu saat ini sudah dibawa ke pemakaman. Sebentar lagi, akan dimasukkan ke liang lahat dengan disaksikan semua pelayat. Terlihat jelas raut kesedihan di wajah Nyonya Anggraeni dan Rista. Sementara itu, hanya tatapan kosong diberikan oleh Dita untuk mengiringi kepergian Wisnu. Tanpa sebuah air mata ataupun isakan tangis.
Dita sangat risih dengan keadaan dirinya saat ini. Bau anyir tersebut pada kenyataannya tidak bisa dicium oleh orang lain selain Dita sendiri. Meskipun begitu, Dita tidak mengetahuinya. Tatapan kosong yang sudah lekat pada dirinya adalah caranya untuk bertahan agar buliran kristal itu tidak keluar dari kedua matanya.
Taburan aneka bunga petik kini menjadi penghias makam Wisnu yang masih basah. Harum tanah yang masih baru, tercium semerbak menusuk hidung bercampur aroma bunga mawar. Namun, pada indera penciuman Dita hanyalah bau anyir yang sangat pekat hingga sesekali membuatnya hampir muntah.
"Bau apa ini sebenarnya, apakah orang lain juga merasakan hal yang sama denganku?" tanya Dita di dalam hati.
Lamunan Dita buyar, sejenak ia ikut mengheningkan cipta, mengikuti lantunan doa yang dibacakan oleh Pak Ustadz. Doa-doa khusus untuk mendoakan jenazah Wisnu yang baru saja dikebumikan.
Tidak ada isak tangis yang mengiringi pemakaman kali ini. Semua itu atas permintaan Pak Ustadz yang melarangnya. Meskipun hati bergejolak, Dita menahannya.
"Jika kalian ingin almarhum tenang, tolong jangan ada sekalipun isak tangis yang terdengar selama pemakaman."
Meskipun rasanya sangat menyakitkan, Nyonya Anggraeni mencoba untuk tetap tegar. Lain halnya dengan Rista, yang tidak menangis karena kepedihannya telah terbakar api kecewa yang sangat mendalam.
Terlebih kini ia berada satu tempat dengan Dita. Berbagi oksigen dengannya sungguh membuatnya muak.
"Wanita pembawa sial, harusnya kamu tidak membunuh kakakku!" gumamnya kesal.
Para pelayat yang hadir seolah larut dalam keadaan duka. Dita dan keluarga besarnya memang datang melayat, tetapi tidak ada percakapan di sana. Hanya keheningan dan sesekali lantunan doa mengalir menemani kepergian Wisnu.
"Sabar ya, Nak!" ucap Nyonya Sekar berbisik di dekat telinga Dita.
Tidak ada respon sama sekali dari Dita. Terkesan acuh dan tidak ada semangat hidup darinya. Meskipun ia mendengar, tetapi niat untuk mengangguk atau bahkan mengatakan sesuatu, sama sekali tidak muncul dalam benak Dita.
Dita memang masih terlihat syok, tetapi Rista tidak melihat raut kesedihan di dalam sana. Hanya tatapan kosong yang Dita sajikan, sehingga membuat efek menakutkan bagi siapa saja yang menatapnya.
Lain halnya dengan Rista yang memang indigo. Ia bisa melihat dengan jelas aura hitam yang selalu menyelimuti tubuh Dita.
Entah kenapa aura Dita terasa lain hari itu. Membuat Rista dengan mudah dapat merasakan bahkan melihatnya dengan jelas. Bukan dalam pandangan manusia biasa melainkan pandangan mata batinnya.
"Begini saja, aura mistismu sudah terlihat, Dita!"
Rista melihat ke arah kakak iparnya sekali lagi, sambil bergumam, "Wanita sok suci, sampai kapanpun aku tidak akan pernah menganggapmu sebagai kakak iparku! Camkan itu!"
Tidak ada orang berani mengajak Dita berbicara, sebab Dita sudah membisu sejak kematian Wisnu. Hanya ibunya yang setia mengajaknya berbicara meski tidak ada ucapan dari Dita.
"Anakku! Yang kuat, ya!" ucap Nyonya Sekar di dalam hati.
Kebekuan Dita, memperlihatkan bahwa hanya tubuh Dita saja yang berada di situ, tetapi jiwanya berada dalam dimensi lain. Nyonya Sekar yang melihat hal itu segera berinisiatif untuk meminta maaf kepada Nyonya Anggraini, ibunda Wisnu sekaligus besannya. Apalagi tatapan tidak suka dari Rista terlihat jelas di sana.
Nyonya Sekar meninggalkan putrinya dan mendekati besannya.
"Jeng, kami turut berbela sungkawa atas insiden ini. Aku mohon kelapangan hatinya agar bisa memaafkan kami."
Mata Nyonya Anggraeni tetap menatap nisan putranya tanpa mau memandang besannya yang datang ke sisinya.
"Nggak ada yang perlu dimaafkan Jeng, karena semua sudah terjadi," ucap Nyonya Anggraeni singkat.
"Insiden ini terjadi di luar kehendak kami, bukan juga sebuah unsur kesengajaan," imbuhnya kembali.
"Ia, aku tahu, tidak perlu kamu menjelaskan apapun pada kami."
Logat dan gaya bicara Nyonya Anggraeni terlihat kasar tidak ramah seperti biasaanya. Nyonya Sekar memakluminya.
Tidak ingin membuang waktu lama, ia juga menjelaskan bahwa rumor tentang keluarga Kusumo yang menganut ilmu pesugihan itu salah.
"Sungguh, hal itu tidak ada yang benar, karena kami tidak menganut pesugihan."
"Ini murni kecelakaan," begitulah ucapan Nyonya Sekar yang ingin ditekankan kepada besannya.
"Iya, aku tau, Jeng."
Lama-lama Nyonya Anggraeni mulai jengah, sehingga bisa memicu perkelahian kecil. Oleh karena itu, ia memilih meninggalkan besannya untuk segera kembali ke rumah.
Apalagi cuaca yang semula cerah kini berubah dengan cepat dan sangat gelap, tertutup arak-arakan awan gelap yang dengan cepat membuat suasana pemakaman menjadi angker.
Sementara itu, tatapan Rista masih sama seperti tadi. Dia yang tidak suka dengan kehadiran Dita di sana memilih bergegas pergi mengikuti langkah ibunya. Sesekali ia masih menoleh ke arah Dita dan para pelayat yang tersisa.
Ingin sekali ia mengatakan kepada semua orang, tentang siapa sebenarnya Dita. Jangan sampai ada yang menjadikannya istri, karena kejadian buruk, pasti akan menimpa calon suaminya ataupun siapapun yang berani menikahi Dita.
Namun, entah kenapa saat ia ingin berbicara dengan Dita, mulutnya terkunci rapat. Bahkan alam pun melarangnya agar Rista tidak berbicara. Hujan deras seketika mengguyur area pemakaman. Belum lagi suara petir yang bergemuruh. Kilatan petir terlihat sesekali di sana.
Dita dan keluarganya yang tersisa segera meninggalkan area pemakaman tersebut. Tidak lupa sebelum pulang, Dita berpamitan pada nisan Wisnu.
"Mas, aku pulang dulu. Maafkan aku ...."
.
.
...🌹Bersambung🌹...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 220 Episodes
Comments
Sakura_Merah
mampir kembali...
2022-10-15
0
🥨⃝ᴳ⃞ᵃ SYIFA EST 🗻🐧🐝⃞⃟𝕾🎯
sabar ya Dita semangat
2022-08-08
1
@❦⃝ᶠˢcB💕R4hm4🌱PUCUK BLU12 🐛
Rista bukan kasihan ama dita malah benci bukan kamu saja yg kehilangan dita jga lebih tetpukul dari pada kamu huuuj
2022-08-07
2