Sepulang dari rumah neneknya Dita, bayangan masa lalu saat Sekar hamil Dita kembali menghampirinya. Namun, ia tidak menceritakan hal tersebut pada suaminya. Sikap Nyonya Sekar memang jarang sekali mengatakan isi hatinya pada orang lain, meskipun itu pada suaminya sendiri.
Saat ini, Nyonya Sekar sedang duduk di depan cermin rias miliknya. Tangannya sedang memegang sebuah benda, yaitu seutas tali yang masih lengkap dengan hiasan bangle di tengah-tengah tali tersebut.
Tali itu itu adalah perpaduan beberapa utas tali tang diplintir menjadi satu lalu sebagai hiasannya ada sebuah bangle. Benda itu terlihat bagus saat dikenakan di perut Dita sewaktu bayi. Bukan hanya di bagian perut, tetapi di salah satu tangannya juga terpasang gelang yang sama dengan berhiaskan bangle.
Secara tidak sengaja lamunan Nyonya Sekar membawanya hingga terlelap di meja rias.
🍂FLASH BACK
"Kamu, nggak apa-apa, Dek?" tanya Tuan Handoko pada istrinya.
Setelah kejadian ia menabrak seekor kucing tersebut, mobilnya memang berhenti untuk sesaat. Lalu karena bayangan nenek yang ikut numpang tadi sudah tidak ada, Tuan Handoko baru sempat mengusap dadanya yang bergemuruh.
"Syukurlah, nenek itu sudah pergi."
"Aku enggak kenapa-napa, Mas. Sudah ayo cepat jalan!" titah Nyonya Sekar pada suaminya.
Sebenarnya ia ingin mengatakan jika baru saja ia melihat seorang nenek yang duduk di jok bagian belakang, tetapi Sekar mengurungkan niatnya.
Setelah memastikan istrinya tidak kenapa-napa, sekali lagi Handoko melajukan mobilnya kembali.
Mobil mereka pun segera keluar dari hutan tersebut. Pemandangan pertama yang mereka lihat adalah sebuah kawasan lahan pertanian teh yang luasnya sangatlah lebar. Namun, karena suasana sudah tengah malam, suasana yang mereka rasakan menjadi sedikit menyeramkan.
Akan tetapi, Sekar malah menyunggingkan senyuman pada suaminya. Ia tidak mau kecolongan sekali lagi. Baginya berada satu mobil dengan Handoko sudah cukup membuatnya sesak nafas. Apalagi beberapa kali perjalanan mereka terganggu beberapa hal mistis.
Sekar hanya mengusap-ngusap tangannya agar lebih terasa tenang tanpa mengucapkan kata-kata apapun. Sementara itu Tuan Handoko mencari rute tercepat menuju rumah kedua orang tuanya.
Ternyata saat mereka sampai, di sana sudah hampir masuk jam tengah malam. Oleh karena itu, ia tidak mau berlama-lama di dalam mobil. Tuan Handoko segera mengajak Sekar untuk masuk rumah.
Sambutan dilakukan oleh salah satu pelayan di rumah itu karena para penghuni rumah sudah terlelap. Sebagai kepala pelayan, melaksanaan tugas dengan baik adalah tanda bakti bahwa ia benar-benar bersyukur telah menjadi bagian dari Keluarga Besar Handoko.
"Selamat datang, Tuan dan Nyonya."
"Terima kasih Bik. Kami masuk dulu, tolong bawakan barang-barang kami."
Pelayan itu hanya menunduk hormat lalu mulai berjalan menuju mobil. Mata pelayan itu seketika melotot saat melihat ada sorot mata lain yang memandangnya dari dalam mobil, padahal sama sekali tidak ada orang di sana.
"Ma-makhluk apa tadi?" gumam pelayan tadi sesaat sebelum ia membuka garasi mobil.
Setelah memastikan aman, pelayan itu segera masuk ke dalam mengikuti pergerakan sepasang suami istri.
Sekar yang lelah segera ke kamar mandi, tetapi seketika ia begitu bergidik ngeri ketika melihat isi kamar mandinya. Ternyata di sana sudah ada seember air dipenuhi dengan bunga mawar di atasnya. Bau harum bunga tersebut seolah membuatnya semakin takut.
"Buat apa air itu?" gumannya ketakutan.
Ia memberanikan diri melihat isi dari bak mandi tersebut. Anehnya air di sana berwarna hitam dan berbau sangat anyir.
Sontak Sekar menutup hidungnya. Ia memundutkan langkahnya karena ketakutan.
Belum sempat keterkejutannya hilang, lampu di kamar mandi tersebut mati. Sontak Sekar langsung berteriak karena ketakutan. Sayang sekali sudah sekian lama, ia sama saja.
Penakut dan tukang ngeyel adalah sebutan untuk Sekar saat itu. Dengan bersusah-susah ia hanya membawa kebudayaan miliknya dari salah satu leluhurnya.
.
.
"Sekar, Sekar bangun. Ini sudah sore, ayo kita temui Dita di sana!" ucap Tuan Handoko yang baru saja pulang kerja.
"Aku ketiduran, ya Mas."
Tuan Handoko mengangguk, lalu menyuruh Sekar untuk mengajak Dita masuk rumah karena sebentar lagi maghrib.
"Iya, Mas. Aku pergi," pamit Nyonya Sekar sambil membetulkan tatanan rambutnya.
Dengan perlahan, Nyonya Sekar mendekati putrinya. Tanpa rasa curiga ia berbicara dengan Dita.
"Dita, ngapain kamu duduk sendirian di sini?"
"Nggak baik, anak gadis bengong di waktu senja!" ucap Nyonya Sekar mengingatkan putrinya.
Namun Dita sama sekali tidak bergerak dari sana. Ia masih duduk di tempat itu sambil mendendangkan sebuah lagu Jawa yang sebenarnya Nyonya Sekar seperti pernah mendengar lagu tersebut.
Seketika bulu halusnya meremang. Ia ketakutan karena lagu itu seperti lagu pemanggil arwah, tetapi Dita tidak mendengarkan suara ibunya yang melarangnya untuk menyanyikan lagu itu.
"Dita, kamu menyanyikan lagu apa, Nak. Sudah jangan membuat ayahmu menunggu, ayo cepat masuk!"
Saat Nyonya Sekar hendak meraih bahu Dita, dari arah belakang terdengar suara Dita menyapa ibunya.
"Ibu ngapain di sini? Ini udah mau masuk waktu maghrib," tegur Dita.
Nyonya Sekar kembali memandang ke arah Dita yang duduk di pinggir kolam. Seketika bayangan tubuh Dita tadi telah berubah menjadi sangat menyeramkan dan lehernya patah.
KREK!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 220 Episodes
Comments
Sakura_Merah
aduh mak😭😭
diri ini tak sanggup lagi melanjutkan
horor...
2022-10-17
1
@❦⃝ᶠˢcB💕R4hm4🌱PUCUK BLU12 🐛
Merinding bacanya thor aoalagi kliw d bayangin iiihhhh serem.m.
2022-08-08
0
𝕸y💞 NADA NADA CINTA
siapa lagi itu kak
2022-08-08
0