Dita masih tampak histeris akan kejadian yang menimpanya hari ini. Ia tidak menyangka ramalan yang didapatkan beberapa tahun yang lalu terbukti saat ini.
Kedua belah pihak keluarga besar segera mendatangi lokasi kejadian. Banyak keluarga terkejut akan kematian Wisnu yang mendadak. Apalagi saat mereka melihat jasad Wisnu. Nyonya Anggraeni sempat berteriak histeris kala itu. Begitu pula dengan Rista.
Banyak bisik-bisik yang menyalahkan Dita untuk kejadian ini, karena tidak becus menjaga suaminya.
"Pasti semua ini karena wanita sial itu! Baru aja menikah sudah membuat suaminya mati. Aku yakin, semua ini pasti karena dia."
Rista sudah tidak bisa menyembunyikan kekesalannya lagi saat ini. Baginya kehilangan kakak sekaligus sosok pengganti ayahnya itu sangat membuatnya terpukul.
"Hust, diam kamu. Biar polisi yang menyelidiki semuanya."
Nyonya Anggraeni tidak ingin menyinggung Keluarga Besar Kusumo saat ini. Sementara itu, Rista adalah adik perempuan Wisnu satu-satunya. Dia juga merupakan anak indigo.
Jadi ia tau penyebab apa yang menimpa kakaknya. Beberapa saat yang lalu, ia sudah mengatakan hal ini di depan seluruh keluarga besarnya, tetapi tidak ada yang percaya. Takdir baru Dita sudah berjalan saat ini. Tidak akan ada yang bisa menolongnya lagi.
Sementara itu, Rista masih saja mengomel sepanjang perjalanan pulang, tetapi keluarganya sama sekali tidak percaya akan kemampuan Rista yang bisa membaca masa depan. Hingga akhirnya Wisnu harus meninggal kali ini.
"Andai saja kalian mempercayaiku, semua nggak akan terjadi," ucapnya penuh sesal.
Rista bergelayut pada lengan ibunya di dalam mobil.
"Wanita itu terkutuk, Buk. Seharusnya Kak Wisnu nggak bakal mati kalau nggak maksa buat nikah sama Dita!"
"Rista, yang kamu tuduhkan itu sama sekali tidak beralasan. Ini sudah jaman modern, Nak. Tidak ada kutukan di jaman seperti ini."
"Ibuk, kenapa sih, sama sekali nggak percaya sama kemampuanku!"
Ibu Anggraeni sebenarnya ingin mempercayai Rista, tetapi ia lebih takut dengan kekuasan yang dimiliki oleh Keluarga Besar besannya, Handoko Kusumo. Jika ia berani mengusik keluarga tersebut, bisa-bisa bisnis keluarganya terancam kali ini.
Bahkan banyak yang menyebutkan jika kematian Wisnu sebagai tumbal dari kekayaaan Keluarga Kusumo tersebut. Entah gosip mana yang benar, karena semua tidak bisa dibuktikan dengan mata kepalanya sendiri.
Esok pagi adalah pemakaman Wisnu, darah dagingnya sendiri. Kini harapan memiliki cucu, musnah sudah. Bahkan ia kehilangan calon penerus kerajaan bisnis keluarganya. Hanya satu harapannya saat ini, yaitu membiarkan Rista menjalankan tonggak kepemimpinan perusahaannya.
Sementara itu, Dita masih mengurung dirinya sendiri di kamar. Suara-suara misterius itu terus membelenggu jiwanya.
"Ha ha ha, kini kau merasakan apa yang aku rasakan dulu, gadis cantik."
"Siapa pun yang akan menikahimu akan bernasib sama dengan Wisnu, ha ha ha ...."
Dita menutup telinganya rapat-rapat sambil berteriak, "Tida ... ak!"
"Hati-hati, Nak. Masa depanmu sangat suram. Kalau kau berhasil melewatinya, baru cahaya terang tersebut akan kamu temukan!"
Ucapan peramal itu bagaikan sebuah bom atom yang siap meledak kapan pun ia mau. Seperti halnya kejadian hari ini. Di saat pesta pernikahannya usai, suaminya malah meninggal sebelum sempat menyentuh tubuhnya.
Bayangan Wisnu kini seakan datang dengan tersenyum, tetapi terkadang datang diiringi suara minta tolong darinya. Membuat Dita sering terbangun karena mimpi buruk.
Nafas Dita tersengal ketika ia terbangun dari mimpi untuk kedua kalinya. Suara minta tolong dari Wisnu terlihat semakin jelas di dalam indera pendengarannya.
"Apakah itu kamu, Mas? Meskipun aku belum mencintaimu, tetapi aku aku tidak berniat membunuhmu!" ucap Dita sambil terisak.
Dita lantas pergi dan duduk di hadapan cermin riasnya. Dita membuka beberapa kancing baju miliknya dan menoleh ke arah bahunya. Sekilas ia bisa melihat tanda lahir tersebut di salah satu bahunya dengan sangat jelas.
"Apa semua yang terjadi di dalam hidupku, karena kamu?" tanya Dita sambil mengusap bahunya.
Bagaimana pun Dita mencoba, tanda lahirnya tidak akan pernah hilang. Sama seperti takdirnya yang masih menjadi misteri sampai saat ini.
"Apa ini cobaan hidup yang harus aku lalui? Salahku apa?"
Dita menatap tajam kedua bola matanya. Melihat pantulan dirinya di cermin.
Cantik dan sempurna adalah penggambaran yang tepat untuk dirinya saat ini, tetapi tidak ada yang tau bagaimana dirinya harus berjuang di dalam kebudayaan yang sangat dijunjung tinggi oleh keluarganya tersebut.
"Apapun itu akan aku hadapi, jika memang ini takdirku maka aku akan berusaha untuk melawannya," ucapnya mencoba tegar.
Seketika bau anyir kembali memenuhi rongga dadanya. Tidak mau menunggu lama, ia pergi untuk mandi. Berniat agar bau tersebut bisa hilang.
Kenyataannya, bau anyir tersebut tidak bisa hilang meskipun Dita sudah mandi berkali-kali. Dengan berbagai aroma sabun dan pewangi, tetapi tetap saja bau anyir itu seolah enggan pergi dari tubuhnya.
Dengan pasrah, akhirnya ia tetap ikut dengan keluarga besarnya menuju pemakaman Wisnu.
Sementara itu, pikiran kedua orang tua Dita sama saja. Hal yang paling mereka hindari malah terjadi saat ini, membuat Keluarga Handoko harus pintar memainkan perannya.
Semalam wajah Dita tampak sangat kacau dan terpukul. Sejak ia dibawa pulang dari hotel, belum ada sepatah kata pun yang keluar dari bibirnya. Namun, Nyonya Sekar tidak mau membuatnya semakin tertekan. Oleh karena itu ia membiarkan Dita menyendiri di dalam kamarnya.
"Bagaimana ini, Bu. Pasti keluarga besan akan berkomentar tidak-tidak tentang putri kita," ujar Pak Handoko gusar.
"Tidak akan, Mas. Besan kita bukanlah typikal seperti itu."
"Semoga saja begitu. Lalu bagaimana kondisi Dita?"
Nyonya Sekar mendudukkan dirinya di tepi ranjang.
"Seperti orang kebanyakan, Dita terlihat sangat syok akan kejadian ini. Aku takut Dita akan semakin menutup diri setelah ini."
"Tidak akan, aku akan mencarikannya seseorang yang bisa menyembuhkan luka batinnya."
"Mas, jangan gegabah. Jodoh itu datangnya dari Allah, jadi nggak bisa seenaknya kita mengatur orang."
Namun, Pak Handoko orang yang sangat ambisius. Termasuk dalam urusan perjodohan untuk Dita. Apa yang sudah menjadi rencananya harus terjadi dan tidak ada yang boleh mengganggunya.
"Sekali aku bilang iya, maka akan aku lakukan seperti apa yang aku mau."
Akhirnya, Nyonya Sekar hanya bisa menggerutu. Lucunya saat ia kesal, maka ia akan menggunakan logat Jawa.
"Sakarepmu, Mas." (Terserah kamu, Mas)
Nyonya Sekar bersikap seperti itu karena ikatan seorang ibu lebih kuat dari suami. Ia bisa merasakan jika putrinya pasti terpukul akan hal yang baru saja ia alami. Tidak mungkin baginya memaksanya untuk terus seperti ini. Ia tau jika Dita juga mempunyai impian, hanya saja ia tidak berani menyuarakannya.
"Maafkan aku, Nak. Bukan maksud Ibu untuk melahirkanmu dengan takdir seperti ini," ucapnya lirih sambil menatap nanar ke arah kamar putrinya yang masih tertutup.
Padahal selama di dalam kamar, Dita masih menata hati dan pikirannya demi masa depannya. Hidup, kematian, jodoh, rezeki semuanya telah diatur Sang Pencipta. Hanya saja manusia bisa berikhtiar dan melakukan hal yang terbaik menurut versinya.
Semoga tidak ada kemalangan yang akan didapatkan oleh Dita di kemudian hari, karena takdir barunya sudah dimulai sejak kemarin. Sejak ikrar ijab kabul diucapkan, sejak itu pula ia sudah memasuki babak baru.
Akankah Dita bisa menguatkan hatinya terhadap pandangan miring dari orang-orang? Kita simak di episode selanjutnya.
.
.
...🌹Bersambung🌹...
Jangan lupa dukungan dan support all, semoga Allah membalas kebaikan pada kalian semua. Aamiin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 220 Episodes
Comments
Sakura_Merah
lanjut...
2022-10-14
0
🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳JαŋŋαᏥˢᵃᵈ🌷
kalau menurut aku itu egois..! kita boleh usaha tp tuhan yg kehendak gak mungkin seorang yg ambisius selalu sukses di atas pasti suatu saat akan jatuh juga.
2022-08-09
2
🥨⃝ᴳ⃞ᵃ SYIFA EST 🗻🐧🐝⃞⃟𝕾🎯
ceritanya bagus
2022-08-08
1