Dita melambai-lambaikan tangannya ke arah Juna yang masih tersenyum aneh kepadanya.
"Lu ganggu dia, gue bakal buat Lu kesakitan!" gertak Dita geram.
Entah gertakan itu ia tujukan kepada siapa, tetapi akhir-akhir ini, perasaannya selalu tidak enak jika sedang dekat dengan laki-laki.
Akhirnya pandangan Juna sudah berubah normal, ia pun salah paham dengan tatapan Dita yang sangat intens kepadanya.
"Dit, sudah sampai loh, yuk masuk!" Ajak Juna pada Dita.
"Dari tadi, dong."
Akhirnya Juna mengajak Dita masuk ke dalam rumah. Dengan pandangan mesra, ia memegang tangan Dita. Tatapan Juna menggelitik hati Dita untuk sesaat sampai panggilan Nyonya Sekar membuat mereka salah tingkah.
Dari kejauhan Nyonya Sekar dan Nyonya Sinta ibunya Juna tersenyum gemas melihat interaksi Dita dan Juna. Sontak saja Dita melepaskan tautan tangan mereka.
"Sore Tante, maaf lama."
"Nggak apa-apa, Nak. Terima kasih ya, sudah mau jemput Dita ke sini."
"Iya, Tante."
Nyonya Sekar memeluk bahagia putrinya itu. Sehari berpisah dengannya ternyata bisa membuat rasa rindu di hatinya.
"Kamu sama siapa? Kok nggak dikenalin sama Mama?"
Nyonya Sinta melirik Dita dari balik bahu Juna. Mungkin tubuh Dita yang mungil tertutup tubuh Juna yang jangkung.
"Alhamdulillah Nak, akhirnya kamu sudah datang," ucap Nyonya Sekar memeluk putri semata wayangnya.
"Ibu kenapa nggak pulang-pulang, janjinya cuma sehari."
"Maaf, sayang. Mobil Ibu dan Ayah mogok, untung ketemu sama Tante Sinta. Ayo salim dulu!"
Dita segera berjabat tangan, lalu mengucap salam, "Selamat sore, Tante."
"Sore cah ayu."
Nyonya Sinta tersenyum ramah pada Dita. Lalu mengajak mereka semua masuk ke dalam rumah. Dita segera mengikuti kedua ibu-ibu masuk ke dalam rumah.
"Perasaan gue dah nggak enak," gumamnya.
Perasaannya mengatakan, jika kali ini ibunya akan menjodohkan dirinya dengan Juna.
"Pak Rama, ini putri saya," ucap Nyonya Kusumo memperkenalkan Dita.
Dita segera menjabat tangan mereka lalu duduk di ruang tamu. Dalam sekali pandang kedua orang tua Juna sudah menyukai Dita. Padahal Dita sudah memasang wajah jutek pada mereka.
"Kenapa Juna tidak berkedip saat memandangku," gumam Dita sangat risih.
Hal itu terlihat sekali dari pandangan Juna yang memadanginya tanpa henti, dengan kekaguman yang tidak dapat ia artikan. Beruntung setelah turun dari mobil, pandangan Juna terhadapnya sudah berubah, tidak lagi beraura mencekam seperti tadi.
Saat ini pandangannya sudah biasa tetapi tetap saja Dita tidak nyaman. Dita sempat memikirkan apa yang sebenarnya sedang dialami oleh Juna tadi, tetapi lamunannya buyar ketika Nyonya Siska mulai memanggil.
"Nak Dita, apa kau keberatan?"
"Ha-ah keberatan apa nih," ucapnya lirih.
Sedangkan Nyonya Sekar hanya bisa berbisik pada Dita. "Kamu mau kan tunangan sama Juna?"
"Ha-ah, kenapa cepat sekali, kita kan belum kenalan!" protes Dita dengan isyarat matanya.
"Gimana, Nak Dita?"
"Eh, gimana ya, saya ikut saja, Tante."
Namun, setelah itu sebuah keanehan kembali terjadi. Saat Nyonya Sinta memutuskan tanggal pertunangan antara Juna dan Dita, sebuah vas bunga di dekat Juna terjatuh dan mengenai bahu Juna.
"Aarghh ...."
Tangan Juna berdarah saat terkena pecahan vas bunga. Sontak saja Dita mendekati Juna dan membersihkan luka itu.
"Kamu nggak kenapa-napa?"
Juna menggeleng.
"Cepat balut luka Juna, Nak. Kasihan darahnya banyak banget tuh."
"Iya, Bu."
Namun, pikiran Dita sudah berkelana kembali.
Apakah ia akan bernasib sama dengan suaminya yang sebelumnya meninggal setelah ini? Semoga saja tidak.
.
.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 220 Episodes
Comments
Sakura_Merah
lanjut baca... walaupun ngeri-ngeri sedep...
2022-10-17
0
👑Ria_rr🍁
Astaga wanita tu harus lemah lembut.
Dita itu wanita tulen apa wanita jadi-jadian sih Thor
2022-08-07
0
🍭ͪ ͩ✹⃝⃝⃝s̊S𝕭𝖚𝖓𝕬𝖗𝖘𝕯☀️💞
wahhhh mau d jdohkan LG nihh.. semogga ngk senasip dg wisnu
2022-08-07
1