"Kau benar-benar tidak mau ikut dengan ku ke kantor?" tanya Alvino saat melihat Aliya keluar dari toilet, lengkap dengan pakaian kerjanya.
"Anda pikir saja sendiri, bagaimana bisa seorang pegawai magang datang ke kantor bersama CEO-nya." Aliya menyisir rambutnya lalu memakai make up tipis sebagai pelengkap.
Alvino kembali berpikir bahwa ucapan Aliya ada benarnya. Hubungan mereka adalah rahasia yang tidak boleh di ketahui orang lain, jadi sebisa mungkin mereka menjaga jarak di muka umum.
"Apa kamu bisa menyetir mobil?" tanya Alvino tiba-tiba.
Aliya yang sedang memakai make up, menoleh ke belakang, dipandanginya pria yang sedang duduk di tepi ranjang. "Bisa, saya di ajari Noah."
Mendengar Aliya menyebut nama Noah, rasa penasaran Alvino pun langsung menyeruak. "Hah, Noah? Kelihatannya kamu dan Noah sangat dekat, apa kalian punya hubungan spesial?"
"Kami hanya teman. Saya masih ingin hidup lebih lama, sesuai perjanjian saya tidak akan pacaran selama kontrak kita berlangsung. Apa Anda tidak tahu kalau Noah itu sangat menyukai Vina, adik Anda."
"Aku tidak pernah ikut campur urusan adik-adik ku." Kalau kamu benar-benar tidak mau ikut, aku pergi dulu. Alvino melangkah keluar dari kamar itu, meninggalkan Aliya yang masih sibuk berkutat dengan cermin.
Saat keluar dari unit apartemen mewah itu, Alvino mengeluarkan ponselnya dari saku celana. Untuk menelpon seseorang.
"Aku pesan satu unit mobil merek xxx yang cocok untuk wanita muda, krim ke gedung apartemen ku sekarang juga. Aku beri kamu waktu sepuluh menit dari sekarang, nama penerimanya adalah Aliya."
[Baik, Tuan. Kami segera meluncur ke lokasi.]
Alvino kembali melanjutkan langkahnya menyusuri koridor apartemen itu. Entah kenapa ia merasa tidak tega melihat Aliya yang harus naik bus setiap hari.
Padahal Alvino sudah memberi Aliya kartu kredit tanpa batas. Tetapi wanita muda itu hanya menggunakan kartu itu untuk membeli makanan dan kebutuhan rumah saja.
Hal tersebut membuat Alvino sedikit jengkel, karena tidak biasanya wanita menolak uang. "Huh, kenapa aku harus turun tangan sendiri, hanya untuk membelikannya mobil, padahal dia bisa membeli rumah dengan kartu itu, dasar wanita aneh."
Tak ingin terus bergelut dengan pikirannya sendiri Alvino segera memasuki area basement apartemen untuk mengambil mobilnya.
Aliya yang baru saja selesai bersiap-siap melangkah keluar dari unit apartemen itu. Sesampainya di luar ia nampak bingung saat dua orang berseragam khas dealer mobil datang menghampirinya.
"Apa benar Anda yang bernama Nona Aliya?" tanya salah seorang pria yang menghadang langkah Aliya.
Glek.
Aliya menelan salivanya sekuat tenaga. pikirannya mulai kemana-mana, ia mengira jika kedua pria itu adalah orang dealer yang mau managihnya karena hutang sag Ayah tiri.
Ya, Ayah tiri Aliya selalu menggunakan kartu identitasnya saat akan melakukan pinjaman. Dan yang paling Aliya takuti adalah ia takut di tuntut hingga di masukkan ke penjara.
"I-iya benar, kenapa ya?" keringat dingin mulai bercucuran dari dahi Aliya.
"Kami ingin menyerahkan mobil yang di beli Tuan Alvino pagi ini kepada Anda." Pria itu menyerahkan sebuah kunci mobil kepada Aliya.
Sejenak Aliya nampak terpaku seraya menatap kunci mobil yang ada di telapak tangannya. Dia ini jin atau apa, perasaan dia baru saja pergi sepuluh menit yang lalu, bagaimana caranya memesan mobil secepat ini, batin Aliya.
"kalau begitu kami pergi dulu, masalah surat-suratnya. sekretaris albian yang akan datang langsung ke tempat kami." yaitu berbalik hendak pergi Aliya kembali bersuara, langkah kedua pria itu terhenti.
"Saya tidak bisa menerima mobil ini, akan katakan kepada Tuhan Alvino bahwa saya tidak bisa menerima mobil ini jadi saya harap kalian bawa kembali saja mobil ini."
Pria itu saling menatap sesaat, kembali melihat Aliya. "Maafkan kami, Nona. anda tidak bisa mengembalikan mobil ini kepada kami, karena tuan Alvino sudah membayar penuh mobil ini, jika Nona ingin mengembalikan silakan kembalikan langsung kepada Tuan Alvino, kami permisi dulu, Nona. Selamat pagi."
Aliya hanya bisa menghela napas berat, seraya memandangi kepergian kedua pria itu. Dia melangkah menuju halaman apartemen, dari jarak tiga meter ia bisa melihat sebuah mobil yang tidak terlalu besar namun terlihat mewah dan elegan sedang terparkir di sana.
Aliya memencet tombol yang ada di kunci mobil itu dan benar saja mobil itulah yang diberikan Alvino untuknya. "Huh, bagaimana bisa aku pergi ke kantor menggunakan mobil sebagus ini, yang ada Nanti Noah dan karyawan lain curiga aku ini ngepet atau memelihara tuyul."
Cukup lama Aliya tenggelam dalam pikirannya sendiri. Ia bergelut dengan logikanya, antara menggunakan mobil itu atau tidak. Ia takut semua orang curiga jika ia memakai mobil sebagus itu kantor secara tiba-tiba, tetapi di sisi lain ia takut jika tidak ia pakai Alvino akan marah dan mengancamnya dengan hal yang aneh-aneh.
"Ah aku pusing!" Di lihatnya jam di tangan yang sudah menunjukkan pukul delapan pagi, "Sudah telat lagi ... ah sudahlah pakai saja." dia pun tidak punya pilihan lain karena ia sudah terlambat untuk hari magang pertamanya.
Aliya beranjak masuk ke dalam mobil itu lalu tancap gas meninggalkan halaman apartemen. Ya, iya begitu fasih mengendarai mobil karena diajari oleh Noah saat ia bekerja paruh waktu di salah satu minimarket di dekat rumah Ayah tirinya sebagai sopir distributor.
Sejak ibunya meninggal ia dipaksa bekerja oleh sang ayah tiri untuk memenuhi kebutuhan hidup dan juga membayar hutang. Ada satu hal yang Aliya tidak inginkan kembali dalam hidupnya yaitu bertemu lagi dengan sang Ayah tiri yang menjadikan hidupnya seperti sekarang.
~
"Jadi mulai hari ini, Naya punya guru les baru?" tanya Arumi kepada Shella.
"Iya, Ma. namanya Aliya. Dia adalah mahasiswi fakultas pendidikan di universitas xx, dia juga teman baik Noah.Vina lah yang merekomendasikan Aliya, aku harap kali ini Naya betah dan tidak mau mengganti guru lagi," jelas Shella kepada Mama mertuanya.
Arumi terdiam sesaat seraya memandangi wajah sang menantu. Kedatangannya ke rumah itu bukan hanya sekedar berkunjung, iya juga ingin bertanya kenapa beberapa saat belakangan ini terlihat begitu murung.
"Mama kenapa melihat ku seperti itu?" tanya Shella yang merasa aneh dengan tatapan Ibu mertuanya.
"Shella, apa kamu dan Alvino sedang ada masalah? Sudah beberapa bulan ini Mama melihat Alvino selalu murung dan kadang termenung sendiri. Mama tahu betul bagaimana hubungan kalian sejak awal pernikahan. Hal itu pun selalu membayangi mama karena mama takut pernikahan kalian sebenarnya tidak baik-baik saja, tetapi kalian hanya menutupinya dari kami."
Deg.
Sheila nampak kegelapan saat mendengar pertanyaan sang Mama mertua. iya tidak tahu harus menjawab seperti apa, karena semua yang dikatakan Mama mertuanya itu adalah benar. Tapi berhak kah ia mengatakan semuanya tanpa meminta persatuan Alvino?
Bersambung 💖
Yuk sapa pawanganya Albino
Aliya syatik
Author juga mau merekomendasikan novel lagi nih..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
канف
rezeki jangan ditolak al
2022-10-20
0
Kartini Widyaningsih
kalok pawangnya kyk gni klepek2 tuh albino torr💪💪💪💪
2022-09-17
0
Mitha Nasution
cantik banget
2022-08-07
0