"Come on, liya. Kamu pasti bisa mencari jalan keluar." Ia melangkah menuju jendela besar yang ada di kamar itu, saat keluar menuju balkon, nyalinya seketika menciut tak kala mendapati mobil-mobil di bawah sana seperti semut yang sedang merangkak di jalan padat dan penuh polusi. "Ah kenapa tinggi sekali."
Klek..
Aliya menoleh kebelakang saat mendengar suara pintu terbuka. "Ah sial." Ia segera melangkah dengan cepat kembali masuk kedalam, pupus sudah harapannya, rasanya percuma mencari cara untuk kabur. Ia yakin orang yang akan segera muncul dari balik pintu itu adalah pria paruh baya dengan perut buncit dan kepala botak.
Pintu kamar itu mulai terbuka, rasanya Aliya tidak sanggup untuk melihat takdirnya yang akan segera mengambil alih mahkota yang sudah ia jaga seumur hidupnya. Matanya memicing tajam hingga akhirnya seorang pria masuk dan melangkah ke arahnya.
Tampan....
Satu kata itu tiba-tiba saja terlintas dalam pikiran Aliya. Karena pria yang melangkah sempoyongan kearahnya saat ini benar-benar jauh dari ekpektasi. Namun ia buru-buru menyingkirkan pikiran anehnya itu. Ah apa yang aku pikirkan, mau dia tampan atau apapun itu, dia tetap saja pria hidung belang. Bagaimana ini sepertinya sudah terlambat untuk kabur, batin Aliya.
Langkah Alvino berhenti tepat di hadapan Aliya. Ia menyunggingkan senyumnya saat melihat menampilan seksi yang langsung membangkitkan naluri lelakinya. "Kamu cantik dan sangat muda tapi kenapa kamu menjual diri? Ck, kenapa juga aku malah bertanya."
Kenapa tubuh ku kaku begini, apa yang harus aku lakukan sekarang, batin Aliya.
Dengan mata sayub dan langkah gontai, Alvino mendekati Aliya, meraih pinggang kecil itu dengan tangan kekarnya. Ia menyusuri bagian leher gadis muda yang nampak menegang karena sentuhannya. "Kamu harus melakukan tugas mu, sesuai dengan uang yang sudah aku keluarkan," bisik Alvino hingga membuat darah gadis muda itu berdesir hebat.
Alvino mendorong Aliya hingga jatuh terlentang di atas ranjang. Tanpa basa-basi ia membuka kemeja putih yang membalut tubuh atletisnya. Sudah begitu lama ia tidak merasakan hasrat sekuat ini pada wanita. Ia sampai lupa kapan terakhir kali dirinya begelut dan Shela.
"Tu-tuan saya mohon, lepa .... eemmm." Aliya tidak bisa melanjutkan ucapannya saat Alvino lebih cepat membekap mulutnya dengan ciuman panas dan penuh tuntutan. Bagai tidak ada ampun Alvino terus menggila hingga merobek kain tipis yang membalut tubuh indah Aliya. Ia menjelajahi bagian leher hingga dada sintal yang nampak sangat padat dan besar.
"Ahhh....emmm...tu-tuan..ahhh." Tanpa sadar Aliya meracau semakin gila karena sensasi yang ia rasakan di setiap sentuhan Alvino pada tubuhnya. Meski tubuhnya bereaksi tapi hatinya tak berkata sama, dari sudut mata tergambar jelas air mata yang mulai mengalir deras.
Alvino menghentikan aktivitasnya sejenak, menatap wajah Aliya yang semakin terlihat samar-samar dalam pandangannya. Matanya sudah di selimuti kabut hasrat terpendam yang ingin segera di tuntaskan, hingga ia tidak sadar jika gadis yang berada dalam kungkugannya tidak menginginkan hal ini. "Kamu membuat ku semakin bergairah, sayang Aku tau ini yang pertama untuk kamu maka ikuti saja permainan ku."
Saat tidak mendapatkan jawaban apapun. Alvino yang semakin menggila, ia membuka lebar-lebar paha Aliya dan menenggelamkan wajahnya di depan surga dunia yang selalu ia rindukan.
Lu*matan, hi*sapan terdengar begitu jelas di telinga Aliya. "Ahhh...ahhh...emmm, tu-tuan ja-jangan." suara lirih Aliya malah membuat Alvino semakin tidak sabar untuk sampai ke intinya.
Alvino mengakhiri aktivitasnya, ia megusap bibirnya yang sudah basah karena cairan kenikmatan dari hasil permainannya di bawah sana. "Aku akan memuaskan kamu, sayang." Ia mengarahkan senjatanya ke tempat yang tadi ia jelajahi dengan mulutnya.
Aliya mengigit bibir bawahnya saat hentakkan demi hentakkan mulai menerobos pertahanan yang ia jaga selama ini. "Tu-tuan, tolong hentikan."
Penderitaan Aliya semakin besar saat Alvino mendorong pusakanya sekuat tenaga, memberi hentakkan yang luar biasa hingga akhirnya-- "Argghhh!" eragan keduanya menggema di sekeliling ruangan. Alvino tersenyum menyeringai saat melihat darah segar membasahi pusakanya.
Ternyata begini rasanya seorang wanita perawan, batin Alvino.
"Tu-tuan, stop! Saya mohon, ini sakit." Aliya tak bisa membendung air matanya saat hal yang paling suci kini telah di koyak oleh orang asing yang menilainya dengan uang.
Alvino yang masih dalam pengaruh alkohol tidak memperdulikan tangis Aliya. Pria gagah dan perkasa itu menciumi seluruh wajah Aliya yang basah karena air mata. "I'm sorry honey." Ia menggerakkan pusakanya secara perlahan agar Aliya terbiasa.
"Sssttt...tu-tuan." Aliya desis saat mesakan perih dan kenikmatan yang bercampur menjadi satu. ia lagi-lagi mengigit bibir bawahnya.
Alvino memejamkan matanya seraya terus bergerak perlahan. Ia bisa merasakan sensasi berbeda dari seorang darah perawan yang ia dambakan selama ini, ia merasa seperti meledak-ledak.
"Uhhh...ahhh." eluhan kecil kembali terdengar dari mulut Aliya, hingga membuat Alvino menghentak semakin kuat dan cepat, membuat Aliya semakin memekik nikmat.
"Arggghhhh!" mereka mengeluarkan suara itu secara bersamaan saat mencapai pelepasan yang sebenarnya. Alvino menjatuhkan tubuhnya di atas tubuh Aliya. Sementara Aliya kembali menangis tanpa suara, satu-satunya hal yang paling berharga kini telah menghilang dari raganya, ia bukan lagi wanita sempurna karena ulah sang hot Daddy.
...**...
Menjelang pagi, Aliya tebangun dari tidurnya. Ia mencoba bangkit meski rasa perih mulia terasa di bagian intinya. Ia melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, ia jijik namun apa daya semua terjadi begitu saja. Setelah ini ia sudah bisa menebak jika hari-harinya akan di habiskan di atas ranjang dengan pria berbeda-beda. Menangis pun sudah tidak ada guna.
Lama ia berada di kamar mandi. Saat keluar, ia mendapati Alvino tengah berdiri di ambang pintu kamar dengan dua orang pria bertubuh kekar yang tidak asing bagi Aliya. Mereka yang malam tadi membawaku kan, apa mereka akan menjemput ku, batin Aliya.
"Kami datang untuk membawa wanita itu kembali. Waktu anda bermain dengan dia sudah habis," ucap salah satu pria bertubuh kekar itu kepada Alvino.
Melihat keberadaan Aliya, dua orang itu tidak lagi menunggu jawaban Alvino. Mereka masuk dan manarik Aliya keluar dari ruangan itu. "Saya mohon lepaskan saya, saya tidak mau kembali ke tempat madam."
"Ah banyak ngomong kamu, kamu harus ikut kami karena ada konsumen yang menginginkan pelayanan kamu hari ini," sahut salah seorang pria itu.
Secara tidak sengaja, Alvino menangakap tatapan mata Aliya saat melewatinya. Ia bisa melihat jika wanita muda itu seolah meminta tolong padanya, sebenarnya ia juga belum rela jika semua berakhir begitu saja. "Berhenti!"
Dua orang pria yang menarik Aliya menghentikan langkah mereka saat mendengar suara Alvino. "Ada apa lagi, Tuan?"
Alvino melangkah perlahan, hingga berada di hadapan Aliya. Di tatapnya gadis itu sebentar kemudian beralih kepada dua pria yang menunggu jawaban darinya. "Aku akan membayar penuh untuk wanita ini, jadi lepaskan tangan kalian darinya."
Aliya yang tadi tertunduk lemas, kini mendongakkan kepalanya menatap Alvino. Apa maksudnya semua ini, batin Aliya.
Bersambung 💕
Jangan lupa dukungannya ya readers. Jika suka dengan ceritanya jangan lupa tambahkan ke favorit ya. Terimakasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Arin
kasian bngt nsib kmu Aliya...semoga nanti itunya alvino bisa bngunya klo liat kmu,trs alvino nyerein istriny dan jadiin kmu istri amiin??
2022-09-24
1
Een Mely Santi
kasian bngt nasib Aliya karena PPh tiri mu yg bejad dan ke egoisanv2 org suami istri km yg jd korban y
2022-08-07
2
Sriyanti Anjar
y
2022-08-06
1