"Ternyata dia lebih menyebalkan dari bayangan ku. Huftt, setidaknya ini lebih baik dari pada harus jatuh ke peternakan buaya meski harus masuk ke kandang ular Albino." Aliya menghentikan aktivitasnya mengaduk kopi, ia diam tertegun jika mengingat kehidupannya sebelum kejadian ini.
Dia juga seorang gadis remaja biasa yang mempunyai mimpi dan cinta. Meski ia masih bisa mengejar mimpinya Tetapi untuk cinta sepertinya tidak akan pernah bisa. Sejak SMA, ia mempunyai seorang sahabat laki-laki.
Memang benar kata orang, perempuan dan laki-laki tidak akan pernah bisa bersahabat, pasti akan ada saja yang terbawa perasaan, baik itu si wanita atau pria, dan begitu lah yang di alami Aliya sekarang, ia mencintai sahabatnya sendiri meski hanya sepihak.
Aliya menggelengkan kepala, agar cepat tersadar dari lamunannya, "Huft, untuk apa aku memikirkan hal seperti itu lagi. Mulai sekarang aku benar-benar harus melupakan dia, toh dia juga tidak pernah menyukai ku. Ingat Aliya kamu sekarang tidak lebih dari wanita murahan, kamu tidak lagi pantas untuk Noah meskipun hanya sekedar mengagumi dia saja."
Aliya meletakkan kopi itu ke atas nampan lalu ia bawa menuju kamar. Sesampainya di dalam kamar, ia meletakkannya di atas meja sofa tetapi saat menoleh kearah ranjang, Alvino nampak sudah tertidur. "Hah, dia benar-benar tidur," gumam Aliya.
Karena penasaran, ia mendekat dan langsung duduk di tepi ranjang, menatap wajah tampan dengan sedikit brewok halus itu telah terlelap. "Wah hidungnya mancung sekali, bulu matanya juga tebal. Apa dia keturunan Pakistan, turki atau Arab ... ah mikir apa sih aku ini," gumam Aliya.
Tak ingin semakin berhalusinasi tidak jelas, ia memilih untuk berdiri dari tempat duduknya, namun belum sempat ia melangkah, Alvino sudah lebih dulu menarik tangannya hingga ia terbaring di dada Alvino.
"Jangan pergi, jangan tinggalkan aku, Shela," gumam Alvino yang masih setia terpejam.
Shela? Apa itu adalah istrinya, tapi kenapa nada suaranya terdengar lirih saat menyebut nama itu, apakah rumah tangannya dalam masalah ... sepertinya memang tidak baik-baik saja, tidak mungkin dia mencari pelampiasan hingga mengkhianati sang istri jika rumah tangannya baik-baik saja. Apa ini kenapa aku penasaran sih, batin Aliya.
Cukup lama Aliya tenggelam dalam pikirannya sendiri, hingga akhirnya ia mulai terlelap dalam dekapan sang Daddy kesepian. Mereka tertidur begitu nyenyak seolah semua yang mereka lalui bukanlah sebuah, kesalahan.
...**...
Cahaya yang menelusup dari cela jendela membuat Aliya terbangun dari tidurnya. Saat membuka mata, ia langsung terperanjat kaget hingga melompat dari atas tempat tidur. "Ah sial, aku benar-benar belum terbiasa dengan keadaan ini."
Aliya mengusap wajahnya dengan kasar lalu duduk di atas Sofa. Ia memandangi Alvino yang masih tertidur nyenyak, ia lupa jika sekarang akan tidur dengan seorang laki-laki selama setahun, karena dulu terbiasa tidur sendiri jadi sekarang semua terasa aneh, apalagi tak ada ikatan apapun di antara mereka.
Buru-buru ia melangkah keluar dari kamar itu untuk memasak sarapan. Meski sebenarnya bukanlah kewajibannya, tetapi karena sudah menjadi kebiasaan saat ia tinggal di rumah sang ayah tiri, jadi rasanya ada yang kurang jika ia tidak memasak.
Tidak butuh waktu lama untuk memasak menu nasi goreng dan telur ceplok. Setelah selesai makan ia menyajikan satu porsi di atas meja makan lalu kembali kedalam kamar, ia berdecak tak percaya saat melihat Alvino masih tertidur nyenyak. "Benar-benar orang kaya yang tidak perduli jika waktu adalah uang, ya dia sudah punya segalanya jadi pantas bersikap seperti itu, sementara aku belum jelas masa depan ku akan seperti apa."
Aliya kembali melanjutkan langkahnya masuk kedalam kamar mandi, karena hari ini ia harus kembali masuk kampus, demi sebuah mimpi yang tersisa dan harus ia perjuangkan.
~
Beberapa jam berlalu, Alvino akhirnya terbangun. Ia mengeryit heran saat tidak mendapati Aliya di sampingnya. Perlahan ia bangkit dan langsung keluar dari kamar untuk mencari sugar baby-nya itu.
"Kemana dia pergi, jangan-jangan dia kabur." Tak ingin terus berprasangka buruk, ia terus mencari hingga akhirnya menemukan secarik kertas di atas meja makan.
[Saya pergi kuliah, maaf tidak membangun anda karena saya lihat anda tertidur sangat nyenyak, jangan lupa sarapan biar tetap waras.]
"Ck dasar bocah tengil. Memangnya dia kira aku sudah gila apa, memangnya dia masak." Alvino membuka tudung saji dan menemukan sepiring nasi goreng telur yang nampak sangat enak. "Ehm, sebenarnya aku tidak mau makan makanan seperti ini tapi aku penasaran seperti apa masakan bocah tengil itu."
Alvino mengambil posisi duduk yang pas kemudian mulai menyendokan nasi goreng itu kedalam mulutnya. Matanya tiba-tiba membulat saat indra pengecapnya mendeteksi rasa yang luar biasa. "Lumayan juga dia." Yang tadinya hanya ingin menyicipi sekarang Alvino malah melahap setiap sendok nasi goreng itu hingga tak tersisa.
...**...
"Liya!"
Aliya berbalik saat mendengar seseorang memanggil namanya. Ia tersenyum seraya melambaikan tangan saat melihat Noah melangkah menghampirinya.
"Kamu kemana saja, hah? Dua hari ini kamu tidak masuk dan susah di hubungi," ujar Noah dengan raut wajah khawatirnya.
"Oh itu, i-iya aku sedang tidak enak badan," ucap Aliya yang entah kenapa menjadi canggung sendiri. Pandangannya tiba-tiba teralihkan pada map besar di tangan Noah. "Kamu bawa apa?"
"Oh ini surat permohonan magang untuk tugas akhir," jawab Noah.
Aliya menutup mulutnya dengan sebelah tangannya, ia baru ingat jika ia akan magang. "Astaga bagaimana ini aku belum mencari perusahaan tempat magang, berkas ku saja masih di pak Indra."
"Kamu beruntung mempunyai teman seperti ku." Noah menyodorkan sebuah map ke hadapan Aliya. "Aku sudah mengurus permohonan magang kamu, kita akan magang di tempat ayah ku bekerja."
"Be-benarkah." Aliya sangat senang, hingga tanpa sadar memeluk Noah. "Ah terimakasih, kamu memang selalu bisa di andalkan."
Noah segera melepaskan pelukan Aliya karena mereka di lihat banyak orang. "Ehm, itu tidak gratis, nanti kalau kita menyusun skripsi aku akan butuh bantuan mu, ingat itu."
"Hah sudah ku duga, kamu selalu saja pamrih." Aliya memasukkan map yang di berikan Noah kedalam tas ranselnya. "Tapi terimakasih ya, minggu depan kita berangkat ke perusahaan itu kan."
"Iya, tapi kamu tidak penasaran tentang perusahaan mana kita akan magang?"
"Aku percaya kamu pasti memilih perusahaan yang bagus kan, sudahlah ayo kita masuk bentar lagi kelas dosen killer." Aliya melangkah mendahului Noah.
"Hah dia benar-benar santai sekali," gumam Noah lalu mengikuti langkah Aliya.
BERSAMBUNG 💕
Jangan sampai ketinggalan ya!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Windha Winda
knp tdk nikah siri dlu...agar tdk berbuat dosa..
2023-02-08
0
Massunamiyatha
nanti magangnya dirusahaan alvino lalu alvino cemburu melihat kedekatan noah sm aliya 😄😄😄😄 halu thor....
2023-01-21
0
Nabila hasir
dari makanan turun ke perut.
lama2 cinta amvino ma aliya
2022-12-13
0