Jam menunjukkan pukul lima sore, Aliya dan Noah baru saja keluar dari kelas tambahan mereka di kampus. Saat akan menuruni tangga, tiba-tiba terdengar suara wanita berteriak memanggil Noah.
Ya dia lagi dia lagi. Pasti mau ajak Noah pulang, ah sudahlah kenapa juga aku harus cemburu, batin Aliya seraya berbalik melihat seorang wanita yang sedang melangkah medekati ia dan Noah.
"Eh kamu jadikan ikut ke rumah. Mama dan Papa nungguin loh?"
Noah menganggukkan kepalanya seraya mengangguk perlahan. "Iya jadi kok, Vina" Ia menoleh menatap Aliya yang sejak tadi hanya terdiam. "Aliya aku duluan ya, ada makan malam di rumah Vina."
"Oh iya kalian duluan saja, aku juga ada urusan lain kok," ujar Aliya.
"Aliya, kata dosen ku, kamu sering ngajar les anak-anak ya?" tanya Vina tiba-tiba.
"Oh itu ... iya hanya beberapa saja tapi sekarang sudah tidak lagi, kenapa Vin?" tanya Aliya balik.
"Kakak iparku sedang mencari guru les tambahan untuk keponakan ku, apa kamu bisa menemuinya besok? Dia akan membayar dengan besar jika keponakan ku menyukai cara mengajar kamu," ujar Vina.
"Wah aku mau sekali, besok jam berapa?" tanya Aliya yang terlihat antusias.
"Nanti aku kabari lagi." Vina melingkarkan tangannya di lengan Noah seraya tersenyum manis. "Kalau begitu kami pergi dulu ya, nanti malam aku kabarin lagi."
"Oh iya hati-hati di jalan," ucap Aliya yang tetap mencoba untuk tersenyum.
"Bye-bye, Al. Besok jangan lupa kita akan ke perusahaan tempat kita magang," ujar Noah.
"Iya bawel, sudah sana kalian pergilah," ucap Aliya seraya melambaikan tangannya. Melihat Vina dan Noah begitu dekat membuatnya sangat iri, karena sejak dulu ia pikir dirinya lah yang paling dekat dengan Noah tetapi ternyata masih ada Vina yang sejak lahir sudah mengenal Noah lebih dahulu.
Mereka terlihat serasi sekali, Noah kaya, Vina apalagi. Sementara aku hanyalah seorang simpanan pria beristri, apa yang bisa aku harapkan. Ah apa malam ini Tuan Vino menginap lagi ya, batin Aliya.
**
Selesai makan malam, di saat semua anggota keluarga berkumpul dan berbincang di ruang keluarga, Alvino memilih untuk masuk ke perpustakaan Papanya.
Tangannya menggenggam sebuah buku, namun ia tidak membacanya sama sekali. Malah pandangannya mengarah ke foto kedua orang tuanya yang nampak sangat harmonis.
Klek.
Pintu ruangan itu terbuka, dan Alvaro muncul dari balik pintu itu. Ia menghampiri sang putra yang sejak tadi ia lihat begitu murung. "Vino, kok kamu malah sendirian di sini, ada masalah?" Alvaro duduk di samping sang putra seraya melihat kearah yang sama.
"Pa, melihat hubungan Papa dan Mama bisa seperti sekarang, aku jadi penasaran bagaimana cara kalian bertemu dan bagaimana proses kalian saling beradaptasi. Papa dan Mama tidak pernah menceritakannya kepada ku."
Alvaro terkekeh mendengar ucapan sang putra. "Haha, akhirnya kamu bertanya juga. Seperti yang kamu tau Papa dan Ibu Abian pernah menikah tapi kami tidak memiliki anak. Mungkin cerita ini akan sangat mengagetkan kamu, tapi begitulah yang terjadi.
Alvino mulai terlihat sangat serius dan menatap sang Papa lebih dekat. "Ceritakan kepada ku, Pa. Semuanya."
"Baiklah, dulu Papa dan Tante Sarah adalah suami istri. Tapi Tante Sarah mengkhianati Papa dan kabur bersama pria lain. Saat itu hubungan kami berakhir dan kami bercerai. Kamu tau Papa dan Mama menikah atas dasar keterpaksaan karena Papa hanya membutuhkan tubuhnya saja. Tapi lama kelamaan Papa jatuh cinta yang sebenarnya. Pokoknya intinya seperti itu. Ngomong-ngomong,kamu kenapa bertanya soal ini apa ada masalah dengan Shela?"
"Oh tidak, Pa. Kami baik-baik saja kok. Aku hanya penasaran dengan kisah Papa dan Mama."
Alvino kembali menyadarkan tubuhnya dan menatap bingkai foto besar itu. Ternyata buah jatuh tidak jauh dari pohonnya ya. Tapi bedanya Papa tidak memiliki anak dari Tante Sarah sementara aku mempunyai Naya. Aku harus bertahan demi putri ku meskipun aku tidak tahu sampai kapan, batin Alvino.
...**...
Malam semakin larut, karena malam ini Shella dan Naya menginap di Mansion. Alvino pun beralasan untuk bekerja lembur di kantor. Ya, tentu saja di dukung dengan Abian yang sangat jago dalam hal pendustaan.
"Gila kamu,Vin. Lagi-lagi aku yang kamu tumbalin,kalau sampai Om Al tau kamu tidak lembur pasti aku yang di tanya-tanya,"keluh Abian saat masuk kedalam mobil.
"Jangan banyak ngomong,antar aku ke Apartement sekarang," ucap Alvino lalu menyadarkan tubuhnya di sandaran kursi seraya memejamkan mata.
"Tidur di rumah istri muda lagi ya. Istri tua di anggurin, haha." Melihat tidak ada respon dari Alvino Abian segera melajukan mobilnya keluar dari halaman Mansion.
~
"Pakai parfum sudah, minum pil sudah, baju tidur juga sudah, dan ... ah pengharum ruangan." Aliya segera melangkah menuju nakas untuk mengambil pengharum ruangan dengan wangi lavender dan menyemprotkannya ke sekeliling ruangan.
"Hmm wanginya." Saat tengah menghirup udara Aliya lagi-lagi terkekeh geli akan tingkahnya sendiri. Ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang seraya menatap langit-langit kamar. "Aku sudah seperti istri yang bersiap-siap menunggu suami datang, hah lucu sekali bahkan dia bukan suami apalagi pacar ku, menyedihkan sekali nasibmu Aliya. Tapi kamu harus bertahan setidaknya sampai satu tahun kedepan."
Klek.
Pintu kamar terbuka Alvino muncul dan langsung melemparkan jasnya ke sembarang arah, Aliya yang terperanjat kaget langsung berdiri berdiri dari posisinya. Ia segera melangkah menghampiri Alvino yang duduk di sofa kamar itu.
"Sepertinya Anda lelah sekali, apa mau saya buatkan teh atau kopi?"
"Ck, tumben kau cekatan sekali, mendekat lah." Alvino mengulurkan tangannya dan memberi kode agar Aliya lebih dekat dengannya.
Dengan langkah pelan, Aliya melangkah mendekat. Namun tanpa di duga Alvino malah membawa aliya kedalam pangkuannya. "Apa kamu memakai parfum dengan wangi lavender?" tanya Alvino seraya menciumi lengan Aliya.
"Ehm, i-ini peringati wangi pengharum ruangan. Anda bilang tidak suka dengan bau ruangan yang sumpek jadi saya beli pengharum ruangan." Aliya nampak kegelian saat tangan Alvino mulai menelusup masuk kedalam bajunya.
"Ganti, aku tidak suka bau lavender." Alvino mulai memainkan dua benda kenyal di balik baju satin tipis yang di pakai Aliya.
"Emmm, ba-baik, Tuan. Tapi bisakah anda berhenti, geli sekali." lirihan suara Aliya malah membuat Alvino semakin me*negang.
"Ini adalah tugas kamu sayang, turuti aku da m besok aku akan memberikan kejutan untuk kamu,"bisik Alvino dengan nada suara yang terdengar begitu berat karena menahan sesuatu gejolak dalam dirinya.
"Ke-kejutan? Apa maksud Anda, Aahh." Aliya menggigit bibirnya keluh saat merasakan sentuhan demi sentuhan yang membuatnya tidak bisa menahan diri."
"Bukan kejutan jika aku memberitahu kamu sekarang. Lihat saja besok." Ia mengangkat tubuh Aliya menuju ranjang panas tempat mereka saling bergelut dengan kenikmatan.
Aliya hanya bisa pasrah dan mengikat permainan sang Tuan,meski sebenarnya ia juga sangat menikmatinya.
Author mau merekomendasikan novel lagi nih, yuk mampir!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Een Mely Santi
kisah ortu y terulang sm anak y
2022-08-07
1
Putri Cikal
wah aliya udah tau enak haha
2022-07-30
0
Wardah Juri
kasian aliya
2022-07-21
0