Siapa lagi jika bukan Alvino yang kembali berulah. Aliya membulatkan matanya sementara Alvino malah tersenyum tanpa dosa.
"Kak Aliya kenapa?" tanya Naya yang tidak tahu apa yang terjadi kepada gurunya itu.
"Tidak apa-apa, ayo belajar lagi." Dari bawah meja sana, Alia berusaha melepaskan tangan kirinya yang digenggam kuat oleh Alvino. semakin ia berusaha pria itu semakin memperkuat genggamannya.
Dasar ular kuning menyebalkan, bisa-bisanya dia mengerjaiku di saat seperti ini, batin Aliya.
"Aliyah apakah kamu sudah biasa mengajar anak-anak?" tanya Alvino tiba-tiba.
Dia bertanya seperti ini hanya basa-basi atau apa. Lepaskanlah genggaman tanganmu dariku dasar ular jelek menyebalkan, batin Aliya.
Aliya melirik ke arah Naya yang juga terlihat sedang melihat ke arahnya. tidak mau tentu saja ia harus menjawab pertanyaan Alvino meski ia merasa itu tidak penting.
"Saya sudah beberapa kali mengajar les privat untuk anak-anak seusia Naya, dan ada beberapa anak SMA dan SMP yang saya bimbing sebelum ujian nasional," jawab Alia yang berusaha untuk menormalkan ekspresi wajahnya meski dari bawah sana dia masih berusaha untuk melepaskan tangannya dari genggaman Alvino.
Alvino berusaha menahan tawanya. dan pada akhirnya ia melepaskan genggaman tangannya dari tangan Aliya. "kalau begitu saya tinggal dulu." Alvino menoleh menatap Sang Putri. "Naya belajar yang rajin ya setelah ini Kak Aliya yang akan menemani kamu tidur Daddy mau bekerja dulu, have fun."
Akhirnya Aliya bisa bernafas lega setelah Alvino meninggalkan tempat itu. Ia pun bisa kembali berkonsentrasi memberikan pelajaran yang tetap menyenangkan tetapi juga serius.
~
Pukul sepuluh malam, waktu belajar telah selesai. Sesuai dengan permintaan Shela kepadanya, Aliya menemani dan juga membacakan dongeng sebelum tidur untuk Naya. Meski ia merasa pekerjaannya mulai melenceng menjadi baby sitter untuk seorang anak kecil.
Tetapi entah mengapa ia kasihan kepada anak itu, setelah ia tahu bahwa Naya mempunyai penyakit bawaan lahir yang sangat menjatuhkan mentalnya. Orang dewasa saja jika mengetahui dirinya mempunyai penyakit berat tentu saja akan sangat terpukul apalagi untuk anak seusia Naya.
Setelah memastikan anak itu tertidur pulas. Aliya pun segera keluar dari kamar, ia menghampiri seorang pelayan yang duduk di sebuah sofa yang ada di samping pintu kamar.
"Naya sudah tertidur kalau begitu saya pamit pulang dulu," ujar Aliya kepada pelayan itu.
"Terima kasih banyak, Nona. sepertinya semua berjalan dengan lancar, Nona Naya juga terlihat sangat menyukai anda," ucap si pelayan.
"Iya Bi, saya juga tidak menyangka jika Naya akan secepat itu bersosialisasi dengan saya. Kalau begitu saya pamit pulang dulu permisi sampaikan salam saya kepada Nona Shela."
Aliya melangkah pergi menuju pintu utama. Sejenak ia melirik ke arah lantai dua rumah mewah itu, ia ya bersyukur karena Alvino tidak lagi muncul.
Sesampainya di depan ia langsung melangkah menuju mobilnya yang terparkir tidak jauh dari teras. "Astaga!" Ia nampak sangat terkejut, ketika baru saja masuk ke dalam mobil, dan ternyata ada Alvino yang duduk dengan santai di dalam mobil itu.
"Hei apa aku terlihat seperti setan kenapa kamu terkejut sekali," sahut Alvino kesal.
Aliya berusaha untuk menahan diri agar tidak meluapkan emosinya. Karena hari ini pria yang sedang duduk di sampingnya saat ini sudah beberapa kali membuat ia sangat amat kesal.
"Saya hanya kaget kenapa Anda tiba-tiba saja bisa masuk ke dalam mobil saya?"
Alvino menunjukkan sebuah kunci yang ada di genggaman tangannya. "kau lupa siapa yang membelikan mobil ini? Tentu saja aku punya kunci serepnya."
Aliya mencengkram erat tangannya sambil terus berusaha menahan diri. "Baiklah kalau begitu saya ingin tahu apa maksud anda masuk ke dalam mobil ini?"
"Tentu saja karena aku ingin pulang bersamamu, kau tau aku sudah sangat lapar dan ingin kamu memasak makan malam untukku."
Aliya nampak tercengang saat mendengar penuturan Alvino. "What! Tuan, ini sudah jam sepuluh malam. Lagi pula bukannya tadi anda sudah makan malam dengan mewah di meja makan rumah Anda? Apakah Anda tahu sejak sore tadi saya sudah menahan diri untuk tidak meluapkan kekesalan saya tetapi anda selalu saja mengganggu saya, apakah anda tidak bisa bersikap profesional, tadi saya sedang bekerja. Satu lagi, kenapa anda membelikan saya mobil ini tanpa memberitahu saya sebelumnya, Apa Anda tahu betapa susahnya saya untuk mencari alasan saat orang bertanya ini mobil siapa."
Saat Aliya tengah meluapkan kekesalannya. Alvino hanya fokus kepada bibir merah yang terus mengoceh tanpa henti. Dengan satu gerakan tangan Alvino meraih tekuk leher Aliyah dan langsung mendaratkan ciuman di bibir manis itu.
Suara decapan terdengar lirih. Aliya tidak bisa menolak dan hanya memejamkan matanya mengikuti alur yang dibuat oleh Alvino. Setelah beberapa saat Alvino melepaskan tautan keduanya dan menatap Aliya dengan lekat. "Kamu malah terlihat semakin menggoda saat marah, bisakah kita pulang sekarang aku sudah sangat lapar dan ingin segera memakan mu."
Bersambung 💖
Author mau merekomendasikan novel lagi nih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Novie Yanti
travelling otak ini jadi nya🤭
2024-01-21
0
Arisa Fihsa
aduhhh pikirkan ku mana -mana jadi nya
2023-06-14
0
Nur Yanah
buruan halalin boss
2022-08-14
1