Alvino dan Aliyah masih diam terpaku di posisi mereka, dengan tatapan yang masih saling beradu, tak lama Shela datang dan langsung menghampiri sang suami.
"Mas, kok kamu melihat Aliya seperti itu, apa kamu mengenalnya?" tanya Shela yang sudah berdiri di samping Alvino.
Alvino menoleh menatap sang istri dengan perasaan gugup, kenapa ada dasarnya dia adalah pria yang tidak bisa berbohong dan juga pria yang setia, tetapi saat hatinya sudah tersakiti ia memilih jalan yang ia anggap bisa menenangkan hatinya dan itu adalah bersama dengan Aliya.
Ia berpikir sejenak alasan apa yang harus ia berikan kepada sang istri agar semua terjaga dengan aman karena ia tidak mau sehingga tahu. "A-aku ... Dia ad--"
"Kebetulan saya magang di perusahaan Tuan Alvino, Nona. Saya juga tidak menyangka ternyata Tuan Alvino adalah suami Anda dan juga kakak dari Vina sepertinya saya kurang teliti."
mendengar ucapan Aliya, Shela lantas mendekat dan langsung merangkul Aliya. "Memangnya kenapa justru bagus kamu nanti bisa pulang bekerja dengan suami saya dan langsung mengajar Naya di rumah, wah ini benar-benar kebetulan yang sangat luar biasa ya."
Alvino hanya bisa terdiam seraya terus memandangi Aliya, ia tidak menyangka jika takdir membawa simpanannya itu ke dalam kehidupan pribadinya dan ia bisa melihat bahwa Aliya tidak sengaja masuk karena semua sudah digariskan oleh takdir.
"Jadi bagaimana Mas apa kamu setuju Naya diajari oleh Aliya? tanya Sheila tiba-tiba, hingga membuyarkan lamunan Alvino.
"Terserah kamu saja yang penting Naya suka dan tidak minta mengganti guru lagi." Arjuna melangkah pergi melewati Aliya begitu saja seolah mereka bukanlah seseorang yang saling mengenal.
Sementara Aliya masih menggerutuki dirinya dalam hati, ia sungguh tidak percaya kenapa ia tidak mencari tahu dulu sebelum memutuskan ia tidak bisa membatalkan karena tadi sudah berkata setuju kepada Shela.
A**lfina jelas-jelas nama mereka sudah sama Noah pun mengenal Tuan vino dengan sangat dekat, kenapa bisa aku ceroboh ini, batin Aliya.
"Aliya kenapa kamu bengong, ayo silakan duduk lagi kita mengobrol," ucap Shela seraya memenepuk pundak Aliya.
"Oh tidak, Nona. Saya harus pulang sekarang, saya permisi dulu kalau tidak ada halangan saya akan mulai besok sore."
"Baiklah saya akan menunggu kamu besok sore, kalau pun saya tidak ada di rumah, Naya pasti sudah pulang. Kalau ekarang dia masih berada di rumah neneknya jadi saya tidak bisa mengenalkannya kepada kamu."
"Tidak masalah, Nona. Saya akan berkenalan dengan Nona Naya besok, kalau begitu saya permisi pulang dulu saya banyak pekerjaan di rumah."
dengan langkah cepat Aliya segera melangkah pergi meninggalkan ruangan itu sementara Sheila menyusul sang suami yang masuk ke dalam kamar.
Saat Shela masuk ke dalam kamar ia bisa melihat Alvino sedang melepas pakaian kerjanya. "Tidak seperti biasanya, biasanya kamu sangat teliti dalam memilih orang untuk mengajar Naya."
"Kamu dengar sendiri dari dia kan, dia adalah satu-satunya mahasiswi yang akan magang di perusahaanku, dari seribu yang mendaftar hanya dua orang yang aku terima dan dua orang itu adalah Noah anak dari Om Ariel dan juga dia, itu sudah lebih dari cukup untuk menjelaskan bahwa dia pantas untuk mengejar Naya karena dia adalah salah satu mahasiswi terbaik fakultas xx."
Sheila menganggukkan kepalanya pertanda bahwa ia mengerti, iya menghampiri sang suami yang sedang bertelanjang dada dan hanya memakai handuk saja.
"Mas, apa malam ini kamu akan menginap di perusahaanmu lagi?"
"Ya tentu saja. aku sudah bilang aku tidak mau lagi menyentuhmu karena kamu sudah bermain cinta dengan laki-laki lain, itu membuatku sangat jijik, mengerti."
Mendengar ucapan Alvino shelaa hanya menghela nafas pelan seraya menyandarkan tubuhnya dinding kamar. "Aku mengerti kamu hanya bertahan untuk Naya tapi aku tidak tahu harus menjawab apa jika Naya bertanya kamu ke mana sehingga tidak bisa sarapan pagi bersamanya."
"Katakan saja yang bisa kamu katakan, semua kesalahan ini adalah kamu yang memulai, aku sudah berusaha menerima kamu sebagai istriku sejak lama bahkan aku memaksa kamu untuk bisa hamil dan melahirkan Naya, tetapi kamu masih saja mengecewakanku maka tanggung semuanya hingga aku mengatakan semua sudah, selesai."
Alvino melangkah melewati Shela namun Shela kembali meraih tangannya hingga membuat langkahnya terhenti. "Mas, apa mungkin kamu mempunyai wanita lain di luar sana hingga kamu tidak mau menginap di rumah?"
Alvino melepaskan genggaman tangan Shela dari lengannya. "Kalau iya kenapa? Kamu bisa bersenang-senang dengan pria lain kenapa aku tidak bisa."
Shela nampak tidak percaya bahwa tebakannya benar, karena selama ini ia tahu Alvino adalah pria yang sangat setia dan perhatian tetapi karena dirinya hidup Alvino benar-benar hancur. "Aku mengaku kalau aku salah, aku juga tidak melarang kamu untuk berhubungan dengan wanita lain, tetapi seperti yang kamu bilang jangan sampai kamu terlihat sedang berduaan dengan wanita lain di hadapan umum karena kita belum resmi bercerai."
"Ck, kamu pikir aku orang yang bodoh, sebaiknya kamu jangan khawatirkan aku dan urusi urusanmu sendiri."
"Siapa dia, Mas. Siapa wanita yang kamu jadikan pelarian dan apakah kamu ... mencintainya?"
Ucapan Shela, malah membuat Alvino semakin bertambah kesal karena sudah bertahun-tahun mereka bersama, Shela masih saja tidak bisa membaca karakter dirinya.
Meskipun hubungan mereka adalah sebuah perjodohan tetapi Alvino berusaha menerima Shela sebagai istrinya dan menutup hatinya untuk wanita lain jika pun sekarang ia mendua itu karena batas pelampiasan dan juga bentuk kekecewaannya kepada Shela.
"Siapapun dia, bagaimanapun perasaanku padanya apa pedulimu? Kamu bahkan tidak pernah berpikir saat menghancurkan pernikahan kita lalu apa sekarang masih penting memikirkan perasaanku."
Tak ingin terus berdebat dengan sang istri, Alvino segera melangkah menuju kamar mandi. Sementara Shela lagi-lagi membaringkan tubuhnya yang terasa lemas saat selesai berdebat dengan Alvino.
**
Pukul 07.00 malam Aliya merasa perutnya keroncongan, namun saat membuka kulkas ia tidak menemukan apapun yang bisa ia makan.
"Belum magang saja aku sudah lupa belanja seperti ini, apa lagi nanti kalau aku magang sambil mengajar les ... aakkk, rasanya aku frustasi karena memikirkan kejadian tadi. Bagaimana bisa aku masuk ke sarang albino ... bukannya di peraturan tertulis bahwa aku tidak boleh ikut campur dengan urusan rumah tangganya, jangan-jangan aku akan kena denda. Tapi aku kan tidak sengaja, aku juga tidak tahu kalau itu rumahnya ... ah, sudahlah lebih baik sekarang aku minimarket yang ada di depan apartemen untuk membeli beberapa bahan makanan dan mie instan."
alias segera kembali masuk ke dalam kamar untuk mengambil jaket dan dompetnya setelah siap dia keluar kembali dan berjalan menuju pintu utama.
Klek.
Saat pintu terbuka lagi-lagi ia membulatkan mata ketika melihat sosok pria tinggi yang berdiri di hadapannya.
"Anda sudah datang sepertinya ini belum pukul sembilan malam?" tanya Aliya sambil melihat jam di tangannya.
"Aku sedang frustasi dan tidak bisa tinggal lama di rumah, kamu sendiri mau ke mana dengan baju jelek itu."
"Ck, apa bisa Anda tidak menghina pakaian saya. Sekarang saya mau pergi ke minimarket untuk membeli makanan tolong minggir."
"Kalau begitu aku ikut," sahut Alvino tiba-tiba.
"Hah, untuk apa anda ikut yang ada nanti saya repot belum lagi kalau ada yang mengenali kita, yang rugi juga Anda nanti."
"Aku tidak meminta izin mu, aku akan tetap pergi, lagi pula kamu tidak usah khawatir kita bisa memakai masker untuk menutupi sebagian wajah kita, ambillah di dalam laci yang ada di meja ruang tv di sana banyak masker."
Aliya hanya bisa mendengus kesal lalu berbalik kembali masuk ke dalam untuk mengambil masker. Setelah mengambil dua masker untuk ia dan Alvino ia pun kembali menghampiri Alvino yang menunggu di ambang pintu utama.
"Ini maskernya ... Anda benar-benar kekanak-kanakan sekali, seperti anak kecil yang merengek ingin ikut ibunya pergi berbelanja. Anda sebenarnya mau apa? Beli es krim atau mau beli permen biar saya belikan tidak usah ikut."
Alvino tersenyum menyeringai saat mendengar pertanyaan Aliya perlahan ia kah dan wajahnya di telinga Aliya. "Aku mau membeli ko*dom."
Aliya langsung membulatkan matanya saat mendengar bisikan Alvino, wajahnya pun nampak bersemu merah.
Bersambung 💖
Author mau merekomendasikan novel lagi nih, guys.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Nabila hasir
hehhehh
ke supermarket beli kon*om.😛😛
2022-12-13
0
PeQueena
typo
2022-10-14
0
Sriyanti Anjar
k..m
2022-08-06
1