Alvino dan Aliya memasuki sebuah mini market yang berada tepat di depan gedung apartemen yang mereka tempati. Dengan wajah yang tertutupi masker medis, mereka melangkah beriringan. Saat Aliya mengambil satu pack daging beku, Alvino menambahnya menjadi lima pack.
Aliya pun masih terlihat sabar dan tidak menanggapi hal tersebut. Ia kembali melangkah menuju rak untuk mengambil satu bungkus roti dan selai, tetapi lagi-lagi Alvino menambahkan barang yang sama ke dalam troli dengan jumlah lebih banyak dari pada yang di ambil oleh Aliya.
Aliya yang tidak lagi bisa menahan emosinya, menghembuskan napas berat lalu menoleh kearah Alvino. "Maaf sebelumnya, Tuan. Tapi apa bisa Anda tidak mengganggu saya berbelanja? Kenapa setiap saya mengambil barang, Anda menambahkan barang yang sama lagi."
"Hey, memangnya kamu hidup sendiri dan makan sendiri. Lalu bagaimana dengan ku? Apa kamu tidak mau memasak untuk ku juga, kau tega sekali." Alvino kembali beralih melihat isi rak untuk mengambil beberapa cemilan.
Sementara Aliya masih berusaha untuk memahami ucapan Alvino kepadanya. Hubungan mereka bukanlah sebuah hubungan yang terikat oleh janji suci pernikahan, Aliya merasa bahwa ia tidak perlu berperilaku seperti seorang istri untuk Alvino karena ia hanyalah seorang partner ranjang.
"Kapan saya setuju memasak untuk Anda?"
Alvino yang sedang sibuk memasukkan beberapa keripik kentang dan cemilan lainnya ke dalam troli beralih menatap Aliya dengan tajam. "Apa sekarang kamu keberatan? Kini ini hidup serumah, tentu saja harus makan bersama."
"Saya ini bukan istri Anda, Tuan. Saya hanya bertugas untuk memenuhi kebutuhan batin Anda," ucap Aliya dengan suara berbisik.
"Kalau begitu ayo kita menikah saja," ucap Alvino dengan santainya, lalu kembali melangkah menyusuri lorong sambil mendorong troli.
Aliya diam terpaku dengan mata membulat saat mendengar ucapan itu. Setelah beberapa saat ia segera melangkah cepat untuk menyusul pria yang benar-benar membuatnya kehabisan akal.
Aliya berusaha mensejajarkan langkahnya dengan Alvino. "Hey, Anda jangan bercanda. Dalam surat perjanjian tertulis bahwa hubungan kita tidak perlu terikat tali pernikahan, bisa-bisanya begitu mudah Anda mengajak saya menikah."
Mendengar ucapan wanita simpanannya itu, Alvino menghentikan langkahnya dan langsung mengubah posisi menghadap ke Aliya. "Aku hanya menawarkan, apa salah? Jika kamu tidak ingin berbagi hidup dengan ku kecuali urusan ranjang, maka lebih baik kita menikah saja, karena aku menginginkan kamu bukan hanya sekedar pemuas hasrat ku tapi juga aku mau kamu membantu ku melewati masa-masa ini. Kamu tau aku seperti sedang berdiri di tepi jurang dengan satu kaki, tanpa pegangan."
Sejenak Aliya menatap mata Alvino yang tidak tertutup di masker, dari mata itu ia dengan jelas melihat luka yang sama, luka yang pernah ia lihat saat pertama kali bertemu dengan Alvino. Logikanya seraya beku, hingga tak bisa berpikir, apa yang akan ia katakan.
"Saya akan memasak untuk Anda, lupakan ucapan Anda tadi." Aliya kembali melangkah sambil mendorong troli yang tadinya di dorong oleh Alvino.
Alvino hanya tersenyum seraya memandangi kepergian Aliya, sebenarnya ia tidak tahu mengapa dirinya secara refleks mengucapkan hal seperti itu kepada Aliya, tentu saja wanita muda itu terkejut mendapat ajakan menikah secara tiba-tiba.
~
Setelah selesai berbelanja. Alvino dan Aliya menunggu semua barang belanjaan mereka selesai di hitung. Setelah selesai, Aliya mengeluarkan black card yang pernah di berikan oleh Alvino untuk ia pakai.
Namun Alvino juga mengeluarkan sebuah black card dan di sodorkan ke meja kasir. Tentu saja kasir minimarket itu kebingungan harus mengambil kartu yang mana.
"Jadi, Tuan dan Nona mau pakai kartu yang mana?" tanya petugas kasir itu.
"Yang ini saja," ucap Alvino dan Aliya secara bersamaan.
Mereka saling menoleh dan menatap sama lain.
"Biar saya saja yang bayar," ucap Aliya kepada Alvino dengan suara lembut namun penuh penekanan.
Tanpa menjawab, Alvino segera merebut kartu milik Aliya. "Kartu itu untuk kebutuhan kamu, dan barang-barang belanjaan ini adalah untuk kebutuhan kita, jadi aku yang akan bayar."
Merasa tidak ada gunanya membantah ucapan Alvino, Aliya hanya mendengus kesal dan menganggukkan kepalanya.
~
"Hey, katanya ini untuk kita, tapi kenapa aku yang bawa semua!" seru Aliya kepada Alvino yang melangkah santai di hadapannya, sementara ia susah payah membawa semua barang belanjaan itu.
Alvino menghentikan langkahnya dan berbalik memandangi Aliya. "Jangan banyak mengeluh, berjalan lah dengan cepat, jangan seperti kura-kura."
Dengan langkah yang mengentak-hentak bumi, Aliya menghampiri Alvino. "Ini sangat banyak dan berat, tangan saya bisa patah. Ambil dan bawa sebagian, katanya belanjaan ini untuk kita."
"Ya memang untuk kita, tapi aku tidak pernah membawa barang-barang belanjaan seperti itu. Kamu pasti sudah terbiasa kan, jadi aku tugaskan ini padamu ya," ucap Alvino seraya tersenyum dan menepuk-nepuk pundak Aliya.
"Hufftt, laki-laki apa yang tidak bisa membawa barang belanjaan is ... ehm maksud saya barang belanjaannya sendiri." Aliya segera melangkah dengan cepat mendahului Alvino, ia malu karena hampir saja menyebut dirinya seorang istri, sepertinya ia masih terbawa ucapan Alvino tadi.
Melihat Aliya yang hendak menyebrang, Alvino pun segera menyusul. Namun tiba-tiba saja Alvino mempercepat langkahnya saat Aliya menyebrang tanpa melihat sisi kiri dan kanan.
"Aliya, awas!" pekik Alvino yang masih berhasil meraih tangan wanita itu dan langsung menariknya. Hampir saja Aliya di tabrak mobil yang berlalu lalang di jalan raya.
Aliya terlihat kaget saat berada sekaligus merasa gugup saat menyadari sedang berada dalam dekapan Alvino, ia sampai melepaskan semua barang belanjaannya terjatuh ke atas aspal.
Rasa apa ini, kenapa begitu nyaman sekali. Apa dia baru saja menyelamatkan aku, batin Aliya.
Alvino menjauhkan Aliya dari tubuhnya. Di tatapnya gadis itu dengan tatapan penuh ke khawatiran. "Kenapa kamu menyebrang begitu saja! Bagaimana kalau kamu di tabrak mobil tadi, hah!"
"Maaf, tapi kenapa Anda begitu marah?" Aliya nampak bingung dengan sikap Alvino kepadanya, karena ia bisa melihat jika pria di hadapannya ini nampak begitu khawatir.
Alvino melepaskan cengkraman tangannya dari pundak Aliya saat ia kembali tersadar sudah keluar dari batas amannya. "Karena kau ceroboh dan bodoh." Alvino segera mengambil semua kantong belanjaan itu dan menentengnya dengan sebelah tangan.
Sementara tangan kanannya meraih tangan Aliya dan langsung ia genggam dengan erat. Alvino melangkah menyebrangi jalanan sambil memperhatikan jalanan.
Aliya hanya bisa terdiam seraya melihat tangannya yang di genggaman oleh Alvino.
Berada di sisimu bukanlah sebuah impian, tetapi aku menggantungkan satu harapan agar kelak aku bisa memulai kehidupanku kembali seperti semula, tapi semakin lama aku semakin merasa harus membangun batasan agar aku tidak jatuh terlalu dalam hingga melibatkan perasaan, genggaman tanganmu saat ini terasa begitu hangat dan membuat aku merasa terlindungi sama seperti saat kamu pertama kali menyelamatkanku dari tempat hina itu, batin Aliya.
Bersambung 💖
Author mau merekomendasikan novel keren lagi nih..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Carolina Pasaribu
keren
2022-12-27
0
канف
mending nikah sj walau belum cinta al
2022-10-20
0
Ririn Nursisminingsih
udah dihalalin aja... thor visualnya dong
2022-09-17
0