Dewi tersenyum getir. "Uang kuliahnya darimana, Pak? Buat keperluan sehari-hari saja, saya bahkan harus mengutang sama temen-temen saya. Saya masih harus membiayai adik saya yang masih sekolah, untuk apa saya kuliah? Saya lebih baik banyak bekerja mencari uang daripada banyak belajar menuntut ilmu. Karena kalau saya kebanyakan belajar, semakin banyak pula hutang yang menumpuk di keluarga saya. Mau bayar pakai apa? Bahkan rumah pun saya nggak punya!"
"Lalu selama ini kamu tinggal di mana?" tanya Wira heran.
"Saya dan keluarga mengontrak tak jauh dari rumahnya Ibu Inah."
Obrolan Wira dan Dewi terhenti saat makanan yang mereka pesan sudah datang. Perut Dewi langsung berbunyi saat mencium wangi makanan yang tersaji di atas meja. Benar-benar menggugah selera.
"Makanlah!" kata Wira mempersilahkan. Dewi pun menurut. Ia makan dengan lahap makanan yang baginya adalah makanan paling enak yang pernah Ia rasakan selama ini.
Dewi menghabiskan makanan miliknya tanpa sungkan. Melihat Dewi makan dengan lahap, Wira juga ikutan lapar dan jadi menghabiskan makanan miliknya. Mereka makan dalam diam. Tak ada bahan pembicaraan di antara mereka. Wira pun sudah tak tahu mau nanya apalagi.
Setelah makan mereka lalu kembali ke cottage mereka. Dewi sudah tahu, tugasnya melayani Wira sudah tiba. Ia lalu pamit ke toilet untuk membersihkan diri. Sehabis bekerja pasti Wira tak mau menyentuh dirinya yang bermandikan peluh.
"Kita mandi bareng aja!" perkataan Wira membuat langkah Dewi terhenti. Hanya beberapa langkah saja sampai Ia bisa masuk ke kamar mandi. Permintaan Wira kali ini membuat Dewi terdiam.
Dengan penuh percaya diri Wira melepas bajunya dan berjalan santai ke arah kamar mandi. Tak lama kemudian terdengar suara air dari pancuran. Dewi masih terdiam di tempatnya tak tahu mau melakukan apa.
Dewi lalu teringat akan kewajibannya yang masih banyak dan harus segera Ia lunasi. Setidaknya, kalau mereka melakukan hal itu di kamar mandi akan dihitung sebagai satu kali transaksi.
"Ya! Aku harus cepat menyelesaikan transaksi bisnis plus-plus ini. Aku harus membayarnya dengan tubuhku dan membuat semua ini menjadi mudah dan menyenangkan." batin Dewi.
Dewi pun membuka pintu kamar mandi dan masuk dengan malu-malu. Ia menurunkan pandangannya dan tak mau melihat tubuh seksi milik Wira yang penuh dengan otot.
Wira masih asik menyabuni seluruh tubuhnya. Wira merasa sangat segar terkena air dingin sehabis seharian bekerja.
Dewi menarik nafas dalam dan mulai menanggalkan pakaiannya satu persatu. Ia pun berjalan mendekati Wira dan melakukan apa yang Wira lakukan. Membasahi tubuhnya dengan air dan menyabuni seluruh tubuhnya.
Wira terdiam dan terus menatap apa yang Dewi lakukan. Sesungguhnya, saat Dewi menanggalkan pakaiannya Ia memang benar-benar sangat seksi di mata Wira. Caranya membilas seluruh busa di tubuh benar-benar membuat adik kecil Wira langsung terbangun.
Dewi yang sejak tadi menunduk melihat bahwa sesuatu yang pernah memasuki dirinya itu sudah berdiri tegak dan terlihat sangat besar. Wajahnya pun memerah, sebisa mungkin Dewi mengalihkan pandangannya. Wira lalu mendekatkan dirinya dengan Dewi. Membuat Dewi mundur satu langkah dan tersudut ke tembok kamar mandi.
Jari jemari Wira menelusuri wajah Dewi mulai dari hidungnya dan berakhir dengan mengusap lembut bibir Dewi. Jujur saja Wira menyukai wajah cantik Dewi yang bak pahatan sempurna dari Sang Pencipta. Sayang Dewi menyembunyikan semuanya dengan penampilannya yang sederhana.
Wira pun menundukkan dirinya dan mulai mencium bibir Dewi, perlahan, lembut lalu mulai hot. Dewi pun mulai terbakar oleh ciuman Wira yang begitu memabukkan. Wira bahkan menyusup lidahnya ke dalam mulut Dewi membuat Dewi yang awalnya tidak jago dalam berciuman kini mulai membalas setiap ciuman yang Wira berikan.
Tangan Wira pun mulai bergerilya memainkan pucuk buah sintal milik Dewi. Memberikan kenikmatan yang sangat menggelegak. Dewi pun mulai terbuai dengan sentuhan demi sentuhan yang Wira berikan sampai tak menyadari bahwa kini Wira mulai melakukan penyatuan terhadap dirinya
Meski terasa sakit, Dewi pun mulai menikmati penyatuan dirinya dengan Wira. Ia merasa berbeda dengan saat pertama kali mereka melakukannya. Kali ini, rasa sakit yang dirasakan tak lagi terasa malah yang ada hanya kenikmatan demi kenikmatan yang seakan tak ingin Ia lewatkan.
Sampai akhirnya Wira pun selesai dan Ia pun melakukan pembuahan di luar. Wira memang sengaja tidak mengenakan ****** kali ini. Namun Ia juga tak mau sampai Dewi hamil.
Wira tidak mengecup kening Dewi seperti layaknya sepasang kekasih yang saling mencintai sehabis melakukan suatu hubungan. Baginya, hasratnya sudah tersalurkan. Ia pun kembali mandi lalu masuk ke dalam kamar.
Dewi pun melakukan hal yang sama. Sehabis mandi, Ia mengambil bathrobe yang tersedia di dalam kamar mandi lalu memakainya. Ia pun masuk ke dalam kamar dan mendapati Wira sedang duduk di atas tempat tidur sambil menonton TV. Wira hanya mengenakan celana Boxer tanpa baju atasan. Tentu saja, otot-ototnya begitu menggoda untuk disentuh.
Wira lalu menepuk sisi tempat tidurnya yang kosong. "Duduklah!" perintah Wira. Dewi pun menurut. "Lo udah membeli pil KB? Gue nggak mau sampai apa yang kita lakukan ini membuat lo hamil! Jadi mulai sekarang lo harus mengkonsumsi pil KB tiap hari! "
"Saya minum pil KB? Bukannya Bapak biasa pakai kond*m?" Dewi memberanikan diri bertanya.
"Sekarang gue nggak mau lagi! Nggak enak! Rasanya tuh kayak kejepit gitu. Lo enggak tau sih gimana rasanya, pokoknya lo aja yang minum pil KB!" Dewi diam saja, mana bisa dia membantah Wira bosnya. "Gue udah yakin sih kalau lo nggak bakalan bawa pil KB, makanya gue siapin."
Wira lalu mengeluarkan sesuatu dari laci nakas di samping tempat tidur. "Nih, lo minum tiap hari! Jangan sampai ada yang bolong! Gue nggak mau kalau sampai lo hamil anak gue!
Rasanya hati Dewi agak sakit mendengar omongan Wira. Sama seperti Wira, Dewi pun tak mau hamil anaknya. Ia tak mau perbuatannya sampai diketahui oleh orang tuanya. Cukup dirinya saja dan Tuhan yang tahu.
Dewi pun mengangguk pasrah.
"Ya udah, minum sekarang! Lo mau minum kapan? Besok? Keburu hamil nanti lo!" kata Wira dengan pedas.
Dewi pun cepat-cepat mengambil air minum dan meminum pil yang Wira berikan, meski Dewi bertanya-tanya dalam hati bagaimana cara Wira mendapatkan pil KB tersebut.
Dewi lalu kembali ke tempat tidur dan ikut menonton televisi bersama Wira. Namun ternyata aktifitas menonton TV mereka tidak berlangsung lama. Hasrat Wira kembali tersulut. Melihat bathrobe Dewi yang tersibak menampilkan paha putih mulusnya, adik Wira kembali terbangun.
"Gue mau lagi!" Wira pun langsung mencium Dewi yang mau tak mau harus melayani hasrat Wira dengan sukarela.
Rupanya bukan hanya sekali. Wira seakan tak pernah puas dengan Dewi. Ia hanya memberi Dewi waktu sebentar untuk beristirahat lalu mengajaknya bersenang-senang lagi. Benar-benar malam penuh pertempuran.
Dewi tak bisa menolaknya. Ia menganggap ini cara tercepat untuk membayar kewajibannya. Dewi juga menyukai setiap kali Wira menyatukan mereka berdua. Ada perasaan senang dan bangga ketika atasannya tersebut sedang berada di atas tubuhnya sambil mendengar suara seksinya.
Dewi tak pernah menyangka, bosnya yang ganteng itu kini berada dalam pelukannya. Bosnya yang terlihat begitu angkuh kini bahkan sudah memasuki dirinya. Bahkan, Dewi bisa sepuasnya menyentuh setiap otot dalam diri Wira. Dewi merasa tidak menyesal melakukan bisnis plus-plus ini. Uang dapat, kenikmatan pun dapat!
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
dyul
cie.... mulai menikmati bisnis lendir🤣🤣🤣🤣
2024-03-24
0
anonim
wooaaahhhh si Dewi menikmati kegiatan nakenak
2023-12-15
0
Marlina Palembang
lah si Dewi,,udah ketagihan ya sm adek by si abang
2023-02-28
0