Dewi mengeringkan tubuhnya dengan handuk yang diberikan oleh Wira. Ia tak lagi mengenakan pakaian yang Ia pakai saat datang tadi. Ia malah mengambil bathrobe milik Wira dan mengenakannya.
Dewi berpikir untuk apa memakai pakaian lagi kalau ujung-ujungnya akan dibuka semua. Dewi sudah memantapkan hati. Ia harus melakukan semuanya jika mau masalah hidupnya berkurang.
Wira sedang duduk bersandar di atas kasur kecil yang memang biasa Ia tiduri. Ia sibuk bermain Hp sambil menunggu gadis yang akan menservicenya keluar kamar mandi.
Suara pintu dibuka membuat Wira mengalihkan perhatiannya dari Hp. Kini di depannya berdiri seorang gadis yang memakai bathrobe miliknya dengan rambut yang dililit handuk.
Harum sabun menusuk penciuman Wira. Bathrobe yang hanya diikat asal membuat buah sintal yang tadi berhasil menggoda imannya sehingga melakukan perjanjian yang Ia setujui tanpa pikir panjang, terlihat menyembul dan menggoda jiwa kelelakiannya.
Wira pun menganggap Hp miliknya tak lagi menarik. Menaruhnya dengan asal di lantai, sementara tangan satunya lagi menepuk pahanya. Meminta Dewi duduk kembali di pangkuannya seperti tadi.
Dewi pun menurut. Ia sudah membuat perjanjian dengan bosnya. Ia hanya perlu melakukan apa yang bosnya inginkan.
Uang dua ratus juta sudah masuk ke rekeningnya. Nominal terbanyak yang pernah singgah di rekening dalam hidupnya.
Uang operasi dan perawatan Bapak selama di rumah sakit sebesar seratus lima puluh juta rupiah. Sisanya empat puluh juta untuk membayar hutang pada orang-orang di sekitarnya.
Hanya sepuluh juta uang yang Ia pegang. Anggap saja upah menjual dirinya. Anggap saja pengganti kesedihannya. Akan Ia pakai nanti untuk luluran dan perawatan di salon. Berharap dengan luluran dosanya akan terhapus, meski Ia tahu tak bisa semudah itu menghapusnya.
Dewi pun duduk di pangkuan Wira. Pasrah akan nasibnya kali ini. Sorot mata Wira begitu berbeda. Bukan lagi cowok judes yang kalau bicara menyakitkan hati.
Wira di depannya adalah cowok penuh napsu membara yang menuntut untuk dipuaskan. Wira mengangkat telunjuknya dan menyusuri buah sintal Dewi yang menyembul dari bathrobe, membuat Dewi meremang dibuatnya. Dewi menggigit bibir bawahnya, menahan rasa yang baru Ia rasakan seumur hidupnya.
Wira lalu menelusuri wajah Dewi dengan jarinya. Ia mengusap bibir penuh dan sensual milik Dewi lalu mendekatkan dirinya. Ia mencium bibir Dewi dan tak mendapat balasan.
Wira mengernyitkan keningnya. Ia tahu dari debaran jantung Dewi yang terdengar begitu kencang kalau gadis di depannya begitu gugup. Gadis itu tidak menolak ciumannya, hanya tidak membalasnya saja.
Wira melepaskan ciumannya dan bertanya, "Belum pernah ciuman sebelumnya?"
Dewi mengangguk malu. Wajahnya memerah.
"Balas ciumanku seperti apa yang kulakukan!" lalu tanpa menunggu lama Wira kembali mendekatkan diri dan mencium Dewi dengan penuh hasrat.
Dewi sampai kesulitan mengatur nafasnya. Namun Ia terus belajar cara Wira menciumnya. Tak mau mengecewakan Wira yang sudah menolong dan mengeluarkan uang banyak Dewi pun mulai membalas ciuman Wira.
Wira pintar, Ia tidak mengajari Dewi berciuman dari ciuman yang lembut. Ia tak butuh itu. Ia memilih mengajari Dewi ciuman yang penuh hasrat. Alasannya agar Dewi langsung jadi pro dalam sekali belajar.
Pilihan Wira tak salah. Gadis polos pintar itu melakukan apa yang secara singkat Ia pelajari dari Wira. Memainkan lidahnya dan mencium dengan agresif.
Ini yang Wira suka. Aktif, tidak seperti kanebo kering yang kaku dan hanya menunggu Wira beraksi saja.
Ciuman mereka semakin panas saja. Wira merasa tak tahan dan menelusupkan tangannya di belahan bathrobe yang terbuka. Ia langsung memegang buah sintal yang sejak tadi menggodanya. Membuat Dewi terdiam dan membeku di tempat.
Dewi merasakan aliran listrik mengalir dalam tubuhnya. Setiap sentuhan Wira mengagetkannya namun Ia tak mau berhenti disentuh.
Wira kini mengambil alih. Ia mencium Dewi dan tangannya terus bergerak menelusuri buah sintal miliknya. Membuat Dewi berhasil mendesaah pelan.
Wira suka hal ini. Ia mau mendengar suara desaaahan Dewi semakin kencang. Ia pun melepaskan ciumannya dan mulai merasai buah sintal milik Dewi.
Dewi semakin tak kuat menahan desaahannya. Ia mereemas rambut Wira dan menggelinjang keenakkan. Namun Wira belum selesai. Ia masih ingin bermain-main dengan Dewi sebelum merasakan dinding selaput milik perawan yang sejak tadi ingin Ia tembus.
Wira terus bermain dengan dua buah sintal milik Dewi. Membuat suara desaaahan Dewi semakin kencang saja.
Wira membuat tanda kepemilikan di sana. Banyak. Bukan hanya satu namun Ia memenuhi seluruh area dengan tanda merah buatannya.
Merasa belum puas, Wira kembali menikmati areola Dewi. Memainkan lidahnya, mendengar Dewi mendesaah lebih kencang lagi.
Ia suka desaahan yang Dewi buat. Tapi adik kecilnya ingin segera menembus selaput yang tak pernah terjamah itu.
Wira lalu membalik posisi mereka. Dibuangnya bathrobe yang sejak tadi sudah Ia buka ke sembarang tempat. Dewi benar-benar tak memakai apapun di balik bathrobe yang Ia kenakan. Sudah siap Ia dengan penyatuan yang akan mereka lakukan.
Wira mengagumi pemandangan di depannya. Kalau tadi hanya melihat dan tak bisa berbuat apa-apa, kini Dewi sepenuhnya menjadi milik Wira. Ia bebas melakukan apapun.
Wira pun mulai membuka celananya. Membuat Dewi memalingkan wajahnya meski sempat terkesima saat menatap perut datar milik Wira yang ingin Ia telusuri dengan jari jemarinya.
Wira mengambil sebuah benda dan merobeknya dengan giginya. Rupanya benda itu adalah ******. Satu hal yang Ia pelajari dari teman-teman Abi adalah mereka selalu bermain aman. ****** adalah benda sakti yang harus mereka sediakan dimanapun.
Wira memaksa Dewi memegang miliknya yang kini sudah tertutup oleh karet pengaman. "Sudah siap?"
Dewi masih agak terkejut. Ternyata milik Wira sangat besar. Ia tak yakin apakah akan muat dengan miliknya.
Tahu kalau Dewi mulai meragu, Wira lalu mencium Dewi dengan lembut. Dewi menikmati ciuman tersebut. Dirinya kembali rilexs. Apalagi saat sentuhan Wira pada buah sintalnya kembali membuat dirinya ketagihan dan ingin terus disentuh.
Ia bahkan tak menyadari kalau dirinya sudah membuka kakinya. Ia baru merasakan sakit ketika ada benda tumpul yang menerobos memasuki dirinya.
"Aww! Sakit!"
Dewi merasa ada yang robek. Ia takut dirinya pendarahan hebat. Namun ternyata tidak. Ia melirik dan tak ada darah yang mengalir.
"Tenanglah. Aku juga kesulitan menembusnya kalau kamu tegang!" kata Wira yang kemudian kembali bermain-main dengan buah sintal milik Dewi.
Dewi kembali meleenguh. Ia bahkan tak peduli dengan rasa sakit di bagian inti miliknya dan rasa robek yang tadi Ia rasakan. Ia menikmati sentuhan Wira. Playboy memang beda sensainya. Bisa membuat nyaman dan enak dalam waktu bersamaan.
Sampai Dewi merasakan sesuatu di dalam dirinya. Wira berhasil melakukan penyatuan dan kini Dewi bisa menikmati rasa enak setelah rasa sakit yang Ia rasakan tadi.
Wira juga merasakan kenikmatan yang sama. Biasanya bermain dengan area luas kini medannya sangat sempit namun bikin enak dam nagih.
Setiap gerakan keluar masuk yang Wira lakukan, setiap itu pula Dewi merasakan rasa melenakkan yang tiada tara.
"Kamu suka?" tanya Wira.
Dewi mengangguk malu. "E...nak!"
Wira pun mempercepat gerakannya, membuat Dewi makin mendesaah kenikmatan dan Wira pun selesai. Ia terbaring di samping tubuh Dewi.
Kamar ini dan kasur kecil ini menjadi saksi bisu perbuatan terlarang dua insan atas nama bisnis plus plus. Akankah mereka akan menghentikan semuanya atau malah terus mereguk kenikmatan yang tak pernah puas diberikan?
***
Mau tau kelanjutan Abang Wira? Yuk vote sekarang. Kalau masuk 10 besar aku double up hari ini. Setuju? Likenya jangan lupa ya!
😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
dyul
keadaan.... yg bikin bisnis plus2 ada...
kemiskinan hakiki.... walaupun bkn pembenaran juga😭😭
2024-03-24
0
anonim
akhirnya....Dewi...Dewi....
2023-12-15
0
Tavia Dewi
suatu hal membuat nagih Lo.
2023-07-22
1