Wira sudah tahu kalau semua ini akan berakhir dengan UUD alias ujung-ujungnya duit. Dewi mungkin sudah sangat putus asa, tak ada yang meminjaminya uang. Sementara Bapaknya tidak bisa terus-menerus berada di rumah sakit. Bapaknya harus segera pulang ke rumah. Biaya rumah sakit pasti akan semakin membengkak kalau Bapaknya terus-menerus dirawat di sana.
"Saya tidak bisa memberikannya! Pergilah dan cari pinjaman di tempat lain!" kata Wira dengan dinginnya.
"Saya mohon, Pak! Hanya Bapak yang bisa saya mintai tolong saat ini. Bapak tahu sendiri, tak ada yang mempercayai saya sama sekali. Saya benar-benar butuh uang, Pak. Saya nggak menggunakan untuk foya-foya tapi untuk biaya pengobatan Bapak saya. Kalau Bapak saya lebih lama di rumah sakit, tentu biaya yang saya keluarkan akan lebih banyak lagi. Saya janji akan melunasinya! Tolong Pak bantu saya kali ini saja!" pinta Dewi dengan suara yang sangat memelas.
"Saya rasa, bantuan yang saya berikan udah cukup. Kamu baru beberapa bulan bekerja di cafe ini. Kamu sudah ingin meminjam uang yang sangat besar sama saya. Kalau di perusahaan lain, tidak ada yang berani dengan atasan seperti yang kamu lakukan pada saya." kata-kata Wira membuat Dewi merasa malu.
"Maaf atas kelancangan saya, Pak. Saya permisi dulu." kata Dewi tak lagi bersemangat. Hilang sudah keinginannya meminjam dari Wira.
Sepeninggal Dewi, Wira berusaha menyibukkan dirinya dan tidak peduli dengan penderitaan yang dialami oleh Dewi. Sudah cukup keluarganya beramal selama ini. Ia tak perlu lagi, toh kemarin dia sudah membantu Dewi, begitu pikir Wira.
Untuk mengembalikan hatinya yang terus-menerus merasa bersalah, Wira memutuskan untuk bersenang-senang malam ini. Ia sudah lupa akan janjinya pada Mommy Tari untuk makan malam bersama keluarganya hari ini. Bahkan Wira lupa harus mengembalikan scarf milik Mommynya.
Wira pun bersiap-siap dengan dandanan yang wangi dan rapi. Ia harus menjaga image. Semua orang di club mengenal siapa Wira. Anak dari si legenda Duda Nackal, Agastya Wisesa.
Wira tidak merasa terbebani menyandang gelar anak dari mantan Duda Nackal. Justru Ia merasa bangga. Nama besar Abi-nya di club membuat popularitas Wira naik dengan cepat.
Sementara pengunjung lain harus antri untuk memasuki club, Wira hanya cukup menampilkan wajahnya saja dan sudah langsung dipersilakan masuk. Ibaratnya, wajah Wira adalah kartu pengenal untuk masuk ke dalam club. Tak perlu mengantri, hanya perlu mengangguk dan semua orang juga sudah tahu siapa Wira.
Pemilik club yang didatangi oleh Wira pasti akan merasa senang karena kedatangannya. Hari ini pasti banyak kaum hawa yang akan menghabiskan uangnya di club. Alasannya apalagi kalau bukan untuk mendapat kesempatan agar diajak bersenang-senang oleh Wira.
Malangnya, baru saja melewati security di pintu masuk club, hp milik Wira berbunyi. Mommy Tari calling. Wira lalu keluar lagi dari club dan mencari tempat yang sepi dan jauh dari hingar bingar.
"Assalamualaikum, Mommy! Ada apa nelpon Wira malam-malam begini?" jawab Wira dengan sopan.
"Waalaikumsalam. Kamu kok enggak jadi ke rumah sih, Nak? Carmen nungguin kamu terus tuh! Dia udah senang katanya kamu mau makan di rumah eh ternyata kamu malah nggak jadi dateng! Mommy udah buatin masakan kesukaan kamu loh!"
Akhirnya Wira menyadari kalau Ia lupa akan janji yang dibuatnya. Habis bagaimana lagi, mood-nya rusak karena ulah Dewi. Ia butuh meluapkan kekesalannya. Club adalah tempat terbaik.
"Maaf banget ya Mommy! Wira beneran sibuk hari ini! Ini saja, Wira masih mengecek laporan yang menumpuk. Mommy kan tau, Wira masih harus banyak belajar. Jika tidak, Wira akan tertinggal dan tak bisa membantu Mommy dan Abi mengurus bisnis kalian yang banyak itu!"
Alasan yang Wira buat membuat Tari luluh. "Yaudah kamu jangan sering begadang karena nggak bagus buat kesehatan. Kamu lanjutkan lagi pekerjaan kamu, jangan lupa makan malam. Cepatlah pulang, kamu jarang sekali pulang beberapa hari ini. Kamar di cafe itu cuma buat istirahat bukan untuk tinggal. Besok, Mommy akan kirim pakaian untuk kamu ganti! Scarf Mommy gimana?"
"Nanti Wira bawakan kalau Wira pulang, My."
"Ya sudah. Jangan begadang ya, Bang! Jaga kesehatan!" pesan Tari sebelum menutup teleponnya.
Wira memang lebih suka menginap di Cafe pertama milik Tari. Ada kamar tidur di sana. Alasannya karena butuh konsentrasi saat mengecek laporan, namun sebenarnya Wira bisa bebas melakukan hal yang Ia suka. Kalau di rumah, Mommy dan Abi suka mengatur apa yang Ia lakukan.
Wira merasa butuh ruang sendiri. Mau membeli apartemen, uangnya masih kurang. Mau ambil pinjaman, pasti kedua orang tuanya akan tahu dan tidak setuju. Karena itu Wira bekerja keras mengumpulkan uang sedikit demi sedikit demi mewujudkan keinginannya.
Wira jadi teringat perkataan Dewi yang mengatakan kalau uang segitu dikit baginya. Tak tahu saja kalau Wira saja bekerja keras dan menabung demi mewujudkan keinginannya membeli apartemen. Enak saja dia mau mengurangi tabungan yang Wira kumpulkan dengan susah payah!
Wira memasukkan Hp miliknya dalam saku celan dan masuk ke dalam club. Suara dentuman musik pun mulai terdengar. Wira menyukai berada di club. Segala pujian dan tatapan lapar ingin sentuhannya selalu menghiasi. Membuatnya merasa begitu dielukan saat berada di sana.
"Wah ada anak legend di sini! Mau minum apa? Minum sepuasnya! Biar gue yang bayar!" sambut pemilik club yang melihat ladang uangnya datang. "Mau ada yang nemenin enggak? Mau request yang kayak gimana? Yang putih tinggi atau yang eksotis tapi seksi? Tinggal tunjuk aja!"
Wira tersenyum, disambut dengan service seperti ini membuatnya senang. "Siap. Nanti gue pesen. Mau minum dulu!"
"Oke! Selamat menikmati!"
Wira pun menuju ke tempat bartender. Tanpa Wira suruh, bartender langsung membuatkan minuman kesukaannya.
Baru saja hendak menikmati minuman, sudah ada yang mendatangi Wira.
"Sayang! Aku kangen!" seorang cewek yang langsung memeluk Wira. Sengaja cewek itu menggoyangkan aset miliknya yang agak terbuka di dada Wira. Trik agar Wira memilihnya malam ini.
"Hi Susi! Apa kabar?" tanya balik Wira sambil terus menatap nen cewek di depannya yang menggoda ingin Ia sentuh.
"Susi? Aku Intan! Ih kamu mah nama aku aja lupa!" rajuk Intan.
"Aku inget dong. Masa sih wanita secantik intan berlian bisa aku lupa? Aku mau manggil kamu Susi memang tidak boleh? Susi itu artinya Super Seksi." goda Wira. Bisa saja Ia berkilah padahal Ia memang tak hapal nama cewek tersebut.
"Ih kamu nakal deh Sayang! Malam ini temani aku ya!" Intan bermanja ria sambil telunjuknya bermain-main di dada Wira.
Wira kembali tersenyum senang. Dunia gemerlap begini memang sangat indah dan membahagiakan. Ia suka berada di sini. Belum sempat Wira menjawab sudah ada yang menyapanya lagi.
"Sayang! Kamu datang? Asyik! Kita bisa bersenang-senang malam ini!" kata cewek seksi yang baru datang dan langsung mencium pipi Wira. Tentu saja Wira tak menolak. Wangi dan bisa bersentuhan dengan nen mereka yang sengaja diobral agar para lelaki yang melihat tak mau berpaling lagi.
"Hei main nyosor aja! Wira udah sama aku malam ini!" protes Intan.
"Wira pasti pilih aku! Aku lebih cantik dan seksi dibanding kamu!" ujar cewek yang baru datang tak mau kalah.
"Tapi aku permainannya lebih hot!" balas Intan.
Senyum di wajah Wira perlahan menghilang berganti sebal. Malamnya mulai terganggu oleh para gadis yang memperebutkannya. Udah enggak seru kalau mereka berisik dan adu mulut. Saat hendak pergi, Wira melihat sesuatu yang menarik perhatiannya.
"Dewi? Mau apa dia di tempat seperti ini?" batin Wira.
****
Yuk vote yuk... Aku mau double up nih kalau rank votenya naik 🤩🤩
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
Bunda Aish
ayoloh Wira,kamu pasti dikejar rasa bersalah kalau sampai Dewi bekerja di situ /Smug/
2024-04-12
0
anonim
Dewi mau apa neeh ke club....
wuaaahhh Dewi payah neehhh
2023-12-15
0
Ayas Waty
lelaki sama saja
2023-01-28
0