Wira mengacuhkan dua gadis yang memperebutkannya. Ia malah terus mengamati gadis polos yang datang ke club seorang diri.
Tentu saja gadis sepolos itu menjadi target para lelaki hidung belang. Meski pakaian yang Ia kenakan masih kategori biasa bukan termasuk kategori seksi, namun keluguan dan kepolosan gadis itu justru menarik banyak perhatian dan banyak pemburu yang ingin memangsanya.
Wira bisa merasakan kalau gadis itu dalam bahaya. Ia pun bergegas mendekati gadis polos itu meninggalkan dua cewek di sampingnya yang masih adu mulut. Ia berjalan cepat dan langsung mencengkram lengan gadis itu.
"Mau ngapain lo di sini?" tanya Wira dengan tatapan tajam.
Gadis yang semula celingukan mencari mangsa itu terkejut ketika tangannya tiba-tiba dicengkram seseorang. "Pak Wira?!" gadis itu tak percaya bisa bertemu dengan bos yang tadi siang sudah menolak niatnya meminjam uang.
Kini gantian Wira yang celingukan. Banyak ucapan-ucapan di belakangnya yang merasa kalah cepat dibanding Wira.
"Wah... Kalau si anak legend udah turun tangan kita mah bakalan kalah deh. Tau aja dia yang masih orisinil!" celetuk cowok mata keranjang di belakang Wira.
Wira cukup menatap sinis cowok tersebut yang akhirnya menutup mulutnya sendiri tanpa harus Wira lakukan sesuatu.
"Ikut gue!" Wira lalu menarik tangan Dewi.
Ia mencari ruang VIP yang kosong. Pintu pertama yang mereka buka ternyata ada sepasang kekasih yang sedang pangku-pangkuan sambil bersilat lidah.
Dewi menutup matanya dan pasrah saja mau dibawa kemana sama bosnya. Wira lalu membuka pintu kedua, ternyata tak beda jauh. Seorang om-om sedang duduk sambil menikmati service dari dua cewek penghibur. Nampak satu cewek sedang berjongkok dan kepalanya berada di selang kangan si Om. Om-om senang itu merem melek menikmati service yang diberikan.
Dewi hampir berteriak namun Wira menutup mulutnya. "Diem aja! Jangan norak!" omel Wira.
Rupanya malam ini ruangan VIP lumayan ramai. Wira baru menemukan ruangan kosong setelah beberapa kali membuat Dewi terkejut dengan kelakuan di dalam ruang VIP.
Wira mengunci pintu dan menyuruh Dewi masuk. "Masuklah!"
Dengan takut-takut Dewi masuk ke dalam ruangan yang nampak agak redup. Ketakutannya bertambah manakala mendengar suara pintu yang Wira kunci.
"Bapak mau apa?" tanya Dewi yang telah mengumpulkan keberaniannya.
"Kenapa? Takut lo sama gue? Aneh! Lo berani kesini sendirian tapi malah takut sama gue!" kata Wira dengan sinis. Ia lalu duduk di sofa dan membuat Dewi menggeser duduknya. Memberi jarak antara dirinya dan Wira.
Dewi memang penuh tekad saat melangkah ke club. Dewi tau tentang club dari pelanggan yang percakapannya Ia dengar di toilet cafe. Pelanggan itu bilang kalau club ini berisi banyak orang kaya yang tak segan-segan menghamburkan uang mereka jika ada yang diangap menarik perhatian dan mau diajak berkencan.
Dewi pun memutuskan pergi ke club hanya bermodalkan keberanian. Nekat memang. Ia hanya memakai celana jeans, kaos dan cardigan serta tas selempang yang sudah usang karena sering Ia gunakan. Tak ada persiapan mempercantik diri sebelumnya, karena niatnya memang dadakan.
Di pintu masuk tadi, Ia berhasil lolos karena ada keributan antara security dan pemuda yang maboknya rusuh. Dewi diam-diam menyelinap masuk dan bisa berada di dalam tanpa pengawasan.
Dewi bingung mau memulai darimana. Banyak lelaki hidung belang yang berada di ruangan bising ini. Beberapa kali Ia digoda. Meski dandanannya cupu namun wajah cantik alaminya banyak menarik kumbang mendekat. Sampai Wira datang dan menarik tangannya.
Dewi memang berniat menjual dirinya demi membayar biaya rumah sakit Bapaknya yang sangat besar. Namun melihat pintu ruangan VIP yang dibuka seenaknya oleh Wira dan pemandangan di dalamnya yang hanya Ia lihat di film biru milik adiknya, membuat nyali Dewi menciut.
Bagaimana kalau yang membeli dirinya adalah om-om senang yang tadi diservice oleh dua cewek murahan tadi? Dewi tak mau menyerahkan dirinya pada lelaki hidung belang seperti itu. Tapi gimana lagi? Ia butuh uang banyak secepatnya. Keperawanannya-lah yang bisa Ia jual dengan mahal dan cepat.
"Yeh... dia malah bengong! Gue nanya, lo ngapain di sini? Mau jual diri?!" kata Wira dengan pedasnya.
Dewi mengangguk. Lama kelamaan dia mulai terbiasa dengan mulut pedas bos-nya yang kalau bicara tak peduli akan perasaan orang yang mendengarnya.
"Hah? Lo beneran mau jual diri? Udah gila lo! Lo enggak liat tadi cewek yang melayani om-om senang kayak tadi? Mau lo kayak mereka? Memangnya lo pikir, sekali menjual diri lo bakal langsung dikasih duit sesuai yang lo mau? Yang ada lo dimanfaatin doang! Dipake tanpa dibayar! Mau lo?" kata Wira dengan emosi.
Mata Dewi mulai memanas. Bukan karena perkataan pedas Wira, namun karena apa yang Wira katakan ada benarnya juga. Bagaimana kalau Ia sampai ditipu? Keperawanannya hilang dan Ia tak dapat uang sama sekali? Ia tak mau hidupnya berakhir seperti dua cewek murahan tadi. Ia takut membuat orang tuanya malu.
"Saya enggak mau, Pak. Saya terpaksa kayak begini. Saya harus mencari uang untuk bayar rumah sakit Bapak. Tak ada yang mau meminjamkan saya uang. Bapak juga tidak mau kan? Saya sudah putus asa. Hanya keperawanan saya harta paling berharga yang saya miliki saat ini." kata Dewi dengan berderai air mata.
Mata Wira membulat demi mendengar kata 'perawan'.
"Wow... Masih perawan! Selama ini aku tak pernah dapat yang masih perawan. Selalu saja yang sudah bekas orang, yang mainnya jago dan goyangannya yahud. Apa rasanya ya main dengan perawan?" batin Wira.
"Udahlah lo jangan nangis! Kayak gue apain aja! Memangnya lo enggak punya saudara yang kaya raya apa?" tanya Wira. Tak tega juga Ia melihat gadis di depannya menangis. Ia pun mulai menurunkan tingkat kepedasan perkataannya.
Dewi kembali menggelengkan kepalanya. "Yang perekonomiannya lumayan mapan bahkan tidak menganggap kami saudara lagi. Aku dan keluargaku hanya dianggap sebagai benalu yang keberadaannya hanya menyusahkan orang lain saja."
"Iya sih. Termasuk nyusahin gue juga! Gue bisa aja tadi bodo amat sama lo. Tapi gue kasihan kalau sampai lo dibodohin sama mereka!" kembali Wira berkata pedas, lupa kalau tadi Ia kasihan pada Dewi.
Dewi kembali menangis. Rasa takut ditambah putus asa begitu menyelimutinya.
"Pulanglah! Jangan nyari uang di tempat seperti ini!" kata Wira dingin. Dewi terdiam. Wira merasa apa yang ingin Ia katakan sudah Ia katakan. Ia baru saja hendak berdiri namun perkataan Dewi menghentikan langkahnya.
"Bagaimana kalau Bapak yang membeli keperawanan saya? Saya sangat rela menjualnya sama Bapak. Daripada saya nanti memilih menikah dengan lelaki bau tanah atau lelaki mesum seperti om-om tadi, lebih baik saya menjualnya sama Bapak!" kata Dewi dengan penuh keberanian.
Wira kembali duduk. Ia pun tertawa terbahak-bahak karena perkataan Dewi. "Lo mau jual sama gue? Lo pikir gue mau beli?!"
Lalu hal yang tidak Wira sangka pun dilakukan Dewi. Gadis itu tiba-tiba berdiri dan duduk di pangkuan Wira.
"Mau ngapain lo?!" tanya Wira dengan ketusnya.
Hal yang tidak disangka pun kembali terjadi. Dewi yang sudah putus asa dan merasa ini jalan keluar terakhirnya lalu melakukan hal gila.
Dewi mencopot cardigannya dan membuka kaos yang Ia kenakan. Mata Wira terbelalak kaget mendapati dua buah sintal Dewi berada tepat di depan matanya. "Saya punya aset yang pasti menarik minat Bapak."
Susah payah Wira menelan salivanya demi mendapati nen yang paling menggoda imannya ada di depan mata. Rasanya berpaling sedikit saja Wira tak mau dan tak rela sebab begitu indahnya.
Dewi tau kalau jiwa lelaki Wira mulai keluar. Ia lalu menarik tangan Wira dan meletakkannya di buah sintal miliknya yang kencang dan kenyal tersebut. "Pasti Bapak mau membeli keperawanan saya bukan? Anggap saja kita melakukan bisnis plus-plus. Bapak akan saya kasih penawaran menarik. Saya jual dengan harga 200 juta. Bapak bisa menerima service dari saya sebanyak 200 kali. Dimanapun Bapak menginginkan untuk saya layani, saya akan datang dan memenuhi keinginan Bapak."
****
Hmm... Bagaimana Wira bisa mikir ya kalau tangannya ada di.... Vote dulu yuk! Likenya juga jangan lupa ya! Spesial double up hari ini buat kalian 😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
aryuu
antara sedih dan pengen ketawa🥲
2025-02-06
0
dyul
waduh.... 200 kali🤣🤣🤣
2024-03-24
0
anonim
Gila juga Dewi ini ya....
2023-12-15
0