Wira dan Tari masuk ke dalam rumah mereka, Tari menggandeng anaknya yang kini jauh lebih tinggi dari dirinya. Nampak Agas sedang asyik dengan laptopnya. Seperti biasa, memantau pergerakan harga saham sambil sesekali menonton video cewek-cewek seksi di YouTube.
Kalau Tari mengintip, Agas akan membuka layar pergerakan saham. Kalau Tari tak melihat, Ia akan kembali menonton video cewek-cewek seksi tersebut.
"Mommy, tuh Abi lagi nonton cewek-cewek seksi!" lapor Wira pada Mommy-nya.
"Beneran Bi? Nggak boleh nonton kayak gitu!" omel Tari membuat Agas cepat cepat mengganti video yang semula ditontonnya menjadi layar pergerakan saham.
"Eh Anak Bangor! Abi lagi nyari duit! Ngapain sih kamu ngadu yang nggak-nggak ke Mommy kamu?! Baru pulang juga udah bikin Abi kesal terus!" omel Agas.
"Makanya, kasih Wira uang buat beli Apartemen dong Bi biar Wira jarang pulang! Jangan Wira disuruh kerja terus! Tuh, Abi lihat Zaky! Tante Tara dan Om Damar baik banget, dikasih fasilitas. Mobilnya keren, bahkan mau dibeliin rumah sama orangtuanya! Zaky kerjanya juga jadi semangat! Bandingin deh sama Wira, kemana-mana masih naik motor! Wira kan juga pengen kayak Zaky! Naik mobil keren biar enggak kepanasan dan kehujanan! Wira juga pengen punya apartemen sendiri. Pulang kerja, bisa langsung ke apartemen terus berenang dan nge-gym di sana! Abi pelit banget sih sama anak sendiri!" balas Wira.
"Biarin! Memang Abi sengaja kok pelit sama kamu! Kamu tuh kalau dikasih fasilitas bukan malah tambah benar! Dari kecil aja kamu tuh udah bangor! Nggak boleh ngelihat cewek seksi dikit udah diikutin! Abi jadinya kena omelan sama Mommy kamu! Untuk mencegah sikap kamu yang semakin bangor, makanya Abi enggak mau kasih kamu uang! Cari sendiri tuh duit! Abi aja nyari duit sendiri sampai bisa membangun beberapa showroom. Kamu buktikan dong sama Abi kalau kamu bisa lebih jago dari Abi!" ujar Abi tak mau kalah sama anaknya.
"Abi modalin Wira juga dong! Abi aja dimodalin sama Opa! Masa sih Wira nggak dimodalin juga? Wira cuma kerjaannya nerusin usaha Mommy dan Abi aja! Wira kan juga pengen Bi, bisnis yang lain, tapi apa daya? Wira nggak kayak Zaky yang kalau mau buat bisnis selalu dipercaya sama orang tuanya. Ini Abi sama Mommy kok kayak nggak percaya banget sih sama Wira!"
"Udah-udah! Abi juga nih! Anak baru pulang kok udah diceramahin terus menerus! Gimana mau betah Wira di rumah?" Tari pun membela anak kesayangannya dan mengomeli Abi Agas yang sejak tadi terus menceramahi Wira. "Emang Wira mau buka bisnis apa? Kalau rencana Wira masuk akal dan bagus, Mommy bisa kok biayain!"
"Jangan gitu dong My! Nanti tuh anak bisa seenaknya aja minta ini itu sama kamu! Abi itu melatih dia terbiasa hidup susah dulu, jangan enaknya aja! Toh kita berdua memulai semuanya dari nol. Jangan bandingkan sama keluarganya Damas, mereka itu memang sudah banyak uang dari awal. Jangan biasa dimanjain tuh Anak Bangor! Nanti makin bandel aja!" lagi-lagi Agas tak mau kalah.
"Abi lupa Wira bangor mirip kayak siapa? Ya mirip Abi-lah!" Wira tambah tak mau kalah.
Terpaksa Tari memisahkan kedua ayah dan anak yang kalau bertemu selalu saja bertengkar itu. Memang karena terlalu miripnya sifat mereka, kalau bertemu bagaikan kucing dan anjing. Ada saja yang memancing dan akhirnya mereka saling bertengkar. Bukan hanya Wira yang suka nyari gara-gara, Agas juga terkadang suka memancing di air keruh.
"Udah, oke? Pokoknya Abi nggak boleh lagi berantem sama Wira! Mommy nggak mau dengar keributan di rumah ini. Hari ini Wira pulang ke rumah, kita akan makan siang bersama. Untuk masalah bisnisnya Wira, kamu kasih konsepnya yang jelas sama Mommy lalu nanti bakalan Mommy biayain kalau memang bisnis yang kamu buat itu masuk akal!" kata Tari menengahi kedua ayah dan anak itu.
Wira tersenyum penuh kemenangan karena dibela oleh Mommy-nya. Sementara Agas mencibirkan bibirnya karena kesal tidak dibela oleh istrinya sendiri. "Mommy memang paling the best deh! Pokoknya, nggak ada yang sebaik Mommy di dunia ini!"
Agas hanya mencibir apa yang Wira lakukan. Memang, cara mendidik Wira berbeda. Agas memperlakukan Wira dengan tegas, sementara Tari lebih banyak memanjakannya. Semua karena Wira terbiasa dimanjakan oleh Omanya Tari jadi Tari juga ikut-ikutan.
Tari lalu masuk ke dapur dan mulai menyiapkan makan siang untuk keluarganya. Sementara itu, Wira pergi ke kamarnya dan merebahkan tubuhnya di atas kasur. Matanya mulai mengantuk dan Ia pun tertidur.
Dalam mimpinya Wira kembali bermimpi tentang Dewi. Mereka secara tidak sengaja bertemu di suatu pesta. Dewi terlihat sangat cantik dan Wira pun menarik tangannya.
Wira membawa Dewi ke suatu ruangan dan mengajak Dewi berhubungan. Hal gila yang Ia lakukan. Bahkan dalam mimpi pun Ia memimpikan Dewi dan berfantasi tentangnya sampai...
"Bang! Abang bangun!" tubuh Wira terasa diguncang-guncang.
Dengan malas Wira membuka matanya dan melihat adiknya Carmen sedang duduk di tepi tempat tidurnya. "Apa sih?! Abang lagi tidur!"
Carmen memanyunkan bibirnya. "Tidur apa sambil teriak-teriak ah... ih... ah... ih....? Pasti Abang lagi mimpi jorok ya? Ih siang-siang juga Abang pikirannya udah ngeres aja!" omel Carmen panjang lebar.
"Sok tau nih anak! Abang tuh lagi mimpi... dipijat refleksi! Badan Abang pegel-pegel nih kebanyakan kerja, memang dari kemarin mau dipijit eh malah kebawa mimpi." kata Wira beralasan. "Kamu baru pulang Dek? Tumben masih siang udah pulang!"
"Dosennya enggak masuk. Daripada bosen di kampus cuma nongkrong-nongkrong enggak jelas lebih baik aku pulang! Untung aja aku pulang! Bisa ketemu Abang Bangor aku tersayang!" Carmen memeluk Wira yang kini sudah duduk tegak.
"Pasti ada mau-nya ini. Memang ya semua cewek deketin aku karena ada mau-nya." meski sambil ngedumel, tetap saja Wira mengusap kepala adiknya dengan penuh kasih.
"Semua cewek? Selain Carmen memang ada yang deketin Abang? Siapa?"
"Ya.... Banyak! Kayak enggak tau aja rekor keren Abang mengalahkan Abi!" ujar Wira dengan penuh kebanggaan.
"Iya... Iya... Jadi kapan Abang mau bagi Carmen uang? Kita ke Mall yuk Bang! Beliin Carmen baju. Abang baik deh!" bujuk Carmen.
Ini yang membuat Wira lemah. Adiknya kalau sudah bermanja ria dan mulai menguras isi dompetnya paling tak bisa Wira tolak. "Huft... Iya.... Iya... Abang beliin!"
"Yess! Abang Wira memang paling the best! Carmen sholat dan ganti baju dulu ya! Eh lupa, kita makan siang dulu nanti Mommy marah! Abang siapin uang yang banyak ya!" Carmen keluar dari kamar Wira sambil meloncat kegirangan.
Wira hanya geleng-geleng kepala melihat ulah adiknya. "Dasar! Mentang-mentang borojol di mobil dan dinamain Car-men, hobby banget jalan! Huft... Kapan terkumpulnya nih uang beli apartemen kalau begini caranya?" gerutu Wira.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
Zainatul Ilmiyah
w, z
2024-06-10
0
dyul
hahaha.... sicar men nongol🤣🤣🤣
2024-03-24
0
Gauri Utama
Sama.. aku juga mikir, kerja keras banting tulang ngumpulin duit tp kok belum bisa juga punya rumah sendiri. Huufff... Ada aja yg bikin tabungan berkurang
2023-05-29
2