Ruangan Kelas Tiga

Wira dan Dewi akhirnya sampai di rumah sakit yang tadi diberitahu oleh Dewi. Rumah Sakit Kesehatan Keluarga Itu Penting, rumah sakit langganan keluarganya. Bahkan Wira juga dilahirkan di sana, namun di RSIA bukan di rumah sakit umum seperti yang ada di depannya.

Wira menaruh helm miliknya di bagian belakang motor. Tak lupa Ia pakaikan gembok khusus helm. Jangan sampai helm harga jutaan ini lenyap dalam sekejap.

Kalau helm yang dipakai Dewi Ia taruh sembarangan. Toh kalau hilang paling harganya tak sampai seratus lima puluh ribu. Tak masalah baginya.

"Saya ke dalam dulu ya, Pak!" pamit Dewi.

"Eh nanti dulu! Udah jauh-jauh gue anterin eh gue lo tinggal begitu aja! Emangnya gue tukang ojek!" omel Wira.

"Mm... Bapak mau masuk ke dalam?" tanya Dewi.

"Iyalah. Mau tau aja kata-kata lo bener apa enggak?!" Wira merasa tak perlu lagi bersikap formal karena mereka sudah tidak berada di lingkungan cafe lagi. Bisa ber elo-gue kalau di luar.

"Mari, Pak!" Dewi yang memimpin jalan sedangkan Wira mengikuti dari belakang.

Biasanya kalau ke ruangan VVIP langganan keluarga mereka jika sakit pusing sedikit saja, dari pintu masuk tidak terlalu jauh dan hanya berbelok ke kanan. Kali ini Wira seakan diajak berkeliling rumah sakit dahulu baru sampai di tempat yang dituju.

Yang membuat bulu kuduk Wira meremang adalah Ia harus melewati kamar jenazah dahulu. Wira bukan cowok pemberani. Ia pun mensejajari langkah Dewi yang tak menyadari kalau bos-nya adalah cowok penakut.

"Jauh banget sih! Lo ngajak gue muter-muter dulu ya biar bisa lama jalan bareng sama gue?!" tuduh Wira.

"Eng... Enggak, Pak! Sumpah! Lift yang dekat pintu masuk tadi penuh dan lift sebelahnya rusak. Jadi daripada lama lebih baik kita naik tangga darurat saja. Kebetulan tangganya memang ada di bagian belakang. Bapak... Takut ya?"

"Gue takut? Kata siapa? Jangan sok tau lo! Gue mah biasa jalan begini di tempat gelap. Ikut uji nyali juga gue berani!" sesumbar Wira dengan sombongnya.

Lalu sesuatu yang tak terduga terjadi. Gumprang....

"Astaghfirullah! Apaan tuh!" ujar Wira yang baru saja melompat kaget.

Dewi menahan senyumnya, tak mau Wira tersinggung kalau tahu Ia menertawakannya. "Kayaknya itu nampan yang jatuh deh! Di belakang kan dapur."

Wira berusaha bersikap tenang. Menyembunyikan kekagetannya. Ia pikir Dewi tak tahu kalau Ia kaget dan terkejut dalam waktu bersamaan. Kalau Ia tahu pasti rasa malu-nya akan bertambah.

Mereka lalu melewati beberapa ruang perawatan yang namanya diambil dari nama bunga. Ada ruang Melati, Mawar dan mereka berhenti di ruangan Anggrek. Mereka lalu menuju ke ruang Anggrek Nomor 303.

Di dalam kamar Anggrek Nomor 303 terdapat 6 buah tempat tidur yang letaknya berhadap-hadapan. Tiga di sebelah kiri dan tiga lagi di sebelah kanan. Semua ranjang tempat tidurnya penuh oleh pasien yang di rawat inap.

Wira yang terbiasa satu ruangan seorang diri kini berada di satu ruangan yang harus berbagi kamar dengan 6 orang pasien. Belum lagi ditambah dengan keluarga mereka yang ikutan menunggu, makin terasa sesak saja. Suasana yang seharusnya tenang, malah jadi berisik dan mengganggu kenyamanan pasien kalau begini caranya.

Wira mengikuti langkah Dewi yang menuju ke bagian paling pojok yang bersebelahan dengan kamar mandi. Lagi-lagi Wira tak habis pikir, ruangan dengan banyak orang ini hanya ada satu kamar mandi saja. Kalau pasien ingin buang air, mereka harus menunggu dong? Sungguh tidak nyaman sekali!

Wira lalu menarik tangan Dewi sebelum Ia masuk ke dalam bilik ruangan milik ayahnya. "Ini nggak salah? Kok banyak banget sih orangnya? Biasanya tuh cuma satu orang di dalam kamar, tapi ini banyak sekali?" bisik Wira yang tak mau sampai ada yang mendengar percakapan mereka berdua.

Dewi sampai geleng-geleng kepala mendengar keheranan Wira. Dalam hatinya Ia bergumam, "Dasar orang kaya! Nggak pernah ngerasain hidup susah kali ya? Ini tuh masih untung bisa dirawat di rumah sakit ini yang bersih dan terawat. Kalau di rumah sakit daerah, mungkin lebih penuh lagi dan tidak terjaga kebersihannya." keluh Dewi menyembunyikan isi hatinya.

Dengan sabar Ia memberitahu Wira kenapa ayahnya dirawat di ruangan ini. "Ini namanya ruang inap kelas 3, Pak. Mungkin Bapak terbiasa di kelas VIP yang hanya berisi satu orang saja dengan kenyamanan seperti berada di hotel. Tentu biaya yang Bapak keluarkan akan sangat besar. Kalau di ruangan ini, biayanya jauh dengan yang Bapak keluarkan. Namun tetap saja, ini merupakan beban bagi saya. Biaya rumah sakit ini menurut saya juga sudah besar. Saya tak mampu pindah ke kelas yang lebih bagus lagi dari ini." kata Dewi menjelaskan. "Saya udah boleh masuk nih Pak?"

Wira hanya bisa mengangguk. Ia mengikuti Dewi dari belakang dan tak langsung masuk ke dalam bilik ruangan Bapaknya Dewi. Ia sengaja berhenti di depan agar keluarga Dewi tak ada yang tahu kalau Ia datang.

Kedatangan Dewi disambut oleh suara laki-laki. Dari caranya berbicara, bisa dipastikan kalau Ia adalah adiknya. "Kak Dewi, gimana? Dapat kan uangnya? Kata dokter kita harus deposit lima juta dulu. Bapak harus dioperasi Kak secepatnya! Kakak gak mau kan kalau Bapak sampai cacat seumur hidup?!"

Wira mendengarkan percakapan mereka dalam diam. Terdengar Dewi tidak menjawab pertanyaan adiknya sama sekali. Adiknya lalu bertanya lagi kepada Dewi. "Jangan bilang kalau Kakak belum dapat uangnya?! Kak, cuma Kakak harapan kita satu-satunya! Kakak kan bisa pinjam di kantor Kakak, atau pinjam kek sama temen Kakak! Kita harus cepat mengoperasi Bapak, Kak! Nanti, kalau Bapak sudah sembuh pasti Bapak akan membantu kita mencari nafkah lagi untuk keluarga. Pasti Bapak akan melunasi utang-utangnya. Bilang aja sama temen Kakak, kita pasti akan ganti!"

Ternyata benar apa yang dikatakan oleh Dewi. Anak itu benar-benar membutuhkan uang untuk biaya operasi Bapaknya. Ia satu-satunya tumpuan keluarga yang diharapkan dapat membawa uang untuk biaya operasi Bapaknya. Namun, kedatangan Dewi tanpa membawa uang sama sekali merupakan sesuatu yang mengecewakan bagi keluarganya.

Wira lalu mendengar suara perempuan yang lebih tua. Sepertinya, beliau adalah Ibunya Dewi. "Apa Ibu pinjam saja ya sama rentenir yang waktu itu Bapak pinjam? Pasti kita akan dikasih! Nanti bilang aja, kita akan bayar beserta bunganya. Yang penting Bapak harus segera dioperasi!"

"Jangan, Bu! Pinjam di rentenir itu bukanmya menyelesaikan masalah, justru kita akan terjerat ke dalam hutang yang lebih besar lagi! Kita mau bayar pakai apa? Kita udah nggak punya apa-apa lagi, Bu! Kita saja tinggal di kontrakan, enggak punya rumah seperti orang lain. Kita mau bayar pakai apa? Kalau mereka sampai mencelakakan kita bagaimana?" kata Dewi yang terdengar ketakutan dan putus asa. Wira mendengar suara Dewi bergetar menahan air mata dan kemarahan dalam dirinya.

Kasihan... Beginilah hidup Dewi sebagai generasi sandwich. Harus kuat demi menopang keluarganya. Beginilah potret hidup keluarga yang berada di bawah garis kemiskinan. Hidup terlalu kejam, tak segan mencekik orang yang sudah susah.

***

Terpopuler

Comments

Bunda Aish

Bunda Aish

banyak curhat'an generasi sandwich gini di medsos, ada yang betul² karena musibah di keluarga nya tp ada juga karena gaya hidup 🤷

2024-04-12

0

dyul

dyul

miris😭😭😭😭

2024-03-24

0

Marlina Palembang

Marlina Palembang

ayo bantuin dong wira

2023-02-28

0

lihat semua
Episodes
1 It's All About The Money
2 Ngebut
3 Ruangan Kelas Tiga
4 Anak Abi dan Mommy yang Baik
5 Si Keras Kepala
6 Penolakan Wira
7 Bisnis Plus Plus
8 Perjanjian Enak-Enak
9 Kamar Kecil yang Menjadi Saksi
10 Pengorbanan yang Tidak Sia-sia
11 Serangan di Waktu Malam
12 Zaky
13 Bahri
14 Go Home
15 Keluarga Agastya Wisesa
16 Me and My Little Sister
17 Cottage Pinggir Pantai-1
18 Cottage Pinggir Pantai-2
19 Uang Tip
20 Senyum Keluarga
21 Tersulut Gairah
22 Apartemen Baru
23 Detektif Bahri Part 1
24 Detektif Bahri Part 2
25 Detektif Bahri Part 3
26 Detektif Bahri Part 4
27 Scraft Pemberian Abi
28 Pernikahan Dadakan
29 Hari Pertama Menikah
30 Kejujuran Wira
31 Lelaki Baik
32 Bertemu Tanpa Sengaja
33 Kekesalan Wira
34 Tugas Seorang Istri
35 Khilaf di Pagi Hari
36 Rumah Kontrakkan
37 Tak Berkutik
38 Mie Instan
39 Tergoda
40 Suamiku Berbeda
41 Kacang Rebus dan Susu Jahe
42 Ibukota di Malam Hari
43 Uang Jajan
44 Kebahagiaan Kecil Untuk Keluarga
45 Rindu Hiruk Pikuk
46 CCTV
47 Dijemput Mobil Sedan
48 Bertemu di IndoJuni
49 Ibu Penyuka Kangkung dan Ibu Penyuka Kembung
50 Berkunjung ke Kontrakkan Dewi
51 Mencuci Bersama
52 Pulang Ke Apartemen
53 Kunjungan Dadakan
54 Fitnah
55 Sarapan Nasi Uduk di Bandung
56 Curahan Hati Dewi
57 Rasa Curiga Tari
58 Kekecewaan Tari
59 Ratna
60 Tujuan Kedatangan Mommy Tari-1
61 Tujuan Kedatangan Mommy Tari-2
62 Tujuan Kedatangan Mommy Tari-3
63 Membebaskan Bahri-1
64 Membebaskan Bahri-2
65 Ancaman Tari
66 Sepertiga Malam Dewi
67 Sebuah Kata Sayang
68 Air Mata Seorang Agas
69 Perdebatan Agas dan Tari
70 Menahan Sabar
71 Kemarahan Agas
72 Ajakan Sholat
73 Berbicara dari Hati ke Hati
74 Berbicara dari Hati ke Hati-2
75 Bertemu Orangtua Dewi-1
76 Bertemu Orangtua Dewi-2
77 Bertemu Orangtua Dewi-3
78 Musyawarah-1
79 Musyawarah-2
80 Rumah Mertua
81 Mengenal Mommy
82 Pengamatan Carmen
83 Imamku
84 Bukan Mau Nyulik
85 Ensiklopedia
86 Praktek Ensiklopedia
87 Menjalankan Tugas Istri
88 Pecel Ayam Super Pedas
89 Pindah ke Ruko
90 Nasi Goreng Pedas
91 Adu Jotos
92 Sidang di Pos Kamling
93 Penyelesaian Pertikaian
94 Malam Pertama di Ruko
95 Tek tek tek
96 Pesannya Tersampaikan dengan Baik
97 Persiapan Selametan
98 Selametan
99 Punggung yang Selalu Melindungi
100 Pembukaan Bisnis
101 Terima Kasih
102 Hadiah
103 Ketiduran di Motor
104 Mengadu Pada Abi-1
105 Mengadu pada Abi-2
106 Presentasi-1
107 Presentasi-2
108 Meyakinkan Investor-1
109 Meyakinkan Investor-2
110 Permintaan Wira pada Dewi-1
111 Permintaan Wira pada Dewi-2
112 Hari Terakhir Bekerja
113 Tugas Dadakan
114 LDM-1
115 LDM-2
116 LDM-3
117 LDM-4
118 LDM-5
119 LDM-6
120 Periksa ke Dokter
121 Menyampaikan Berita
122 Nasehat Mommy Tari
123 Masih Marah
124 Jalan ke Mall
125 Back to Jakarta
126 Budak Cinta
127 Mobil Baru
128 Belajar dari Mommy
129 Kulineran di Taman
130 Morning Sick
131 Kado
132 Hot Sugar Daddy
133 Si Pekerja Keras
134 Surprise Party
135 Happy Birthday Bangor!
136 Kumpul Keluarga
137 Kado
138 Membangun Bisnis
139 Dilakukan dengan Cinta
140 Gelombang
141 Tangisan Seorang Wirata Agastya
142 Saling Menguatkan
143 Bisnis Plus Plus yang Sukses
144 Waktu Berdua
145 Warkop I'm In Love
146 Truth or Dare
147 I Love You
148 Hampir Tamat
149 The End
Episodes

Updated 149 Episodes

1
It's All About The Money
2
Ngebut
3
Ruangan Kelas Tiga
4
Anak Abi dan Mommy yang Baik
5
Si Keras Kepala
6
Penolakan Wira
7
Bisnis Plus Plus
8
Perjanjian Enak-Enak
9
Kamar Kecil yang Menjadi Saksi
10
Pengorbanan yang Tidak Sia-sia
11
Serangan di Waktu Malam
12
Zaky
13
Bahri
14
Go Home
15
Keluarga Agastya Wisesa
16
Me and My Little Sister
17
Cottage Pinggir Pantai-1
18
Cottage Pinggir Pantai-2
19
Uang Tip
20
Senyum Keluarga
21
Tersulut Gairah
22
Apartemen Baru
23
Detektif Bahri Part 1
24
Detektif Bahri Part 2
25
Detektif Bahri Part 3
26
Detektif Bahri Part 4
27
Scraft Pemberian Abi
28
Pernikahan Dadakan
29
Hari Pertama Menikah
30
Kejujuran Wira
31
Lelaki Baik
32
Bertemu Tanpa Sengaja
33
Kekesalan Wira
34
Tugas Seorang Istri
35
Khilaf di Pagi Hari
36
Rumah Kontrakkan
37
Tak Berkutik
38
Mie Instan
39
Tergoda
40
Suamiku Berbeda
41
Kacang Rebus dan Susu Jahe
42
Ibukota di Malam Hari
43
Uang Jajan
44
Kebahagiaan Kecil Untuk Keluarga
45
Rindu Hiruk Pikuk
46
CCTV
47
Dijemput Mobil Sedan
48
Bertemu di IndoJuni
49
Ibu Penyuka Kangkung dan Ibu Penyuka Kembung
50
Berkunjung ke Kontrakkan Dewi
51
Mencuci Bersama
52
Pulang Ke Apartemen
53
Kunjungan Dadakan
54
Fitnah
55
Sarapan Nasi Uduk di Bandung
56
Curahan Hati Dewi
57
Rasa Curiga Tari
58
Kekecewaan Tari
59
Ratna
60
Tujuan Kedatangan Mommy Tari-1
61
Tujuan Kedatangan Mommy Tari-2
62
Tujuan Kedatangan Mommy Tari-3
63
Membebaskan Bahri-1
64
Membebaskan Bahri-2
65
Ancaman Tari
66
Sepertiga Malam Dewi
67
Sebuah Kata Sayang
68
Air Mata Seorang Agas
69
Perdebatan Agas dan Tari
70
Menahan Sabar
71
Kemarahan Agas
72
Ajakan Sholat
73
Berbicara dari Hati ke Hati
74
Berbicara dari Hati ke Hati-2
75
Bertemu Orangtua Dewi-1
76
Bertemu Orangtua Dewi-2
77
Bertemu Orangtua Dewi-3
78
Musyawarah-1
79
Musyawarah-2
80
Rumah Mertua
81
Mengenal Mommy
82
Pengamatan Carmen
83
Imamku
84
Bukan Mau Nyulik
85
Ensiklopedia
86
Praktek Ensiklopedia
87
Menjalankan Tugas Istri
88
Pecel Ayam Super Pedas
89
Pindah ke Ruko
90
Nasi Goreng Pedas
91
Adu Jotos
92
Sidang di Pos Kamling
93
Penyelesaian Pertikaian
94
Malam Pertama di Ruko
95
Tek tek tek
96
Pesannya Tersampaikan dengan Baik
97
Persiapan Selametan
98
Selametan
99
Punggung yang Selalu Melindungi
100
Pembukaan Bisnis
101
Terima Kasih
102
Hadiah
103
Ketiduran di Motor
104
Mengadu Pada Abi-1
105
Mengadu pada Abi-2
106
Presentasi-1
107
Presentasi-2
108
Meyakinkan Investor-1
109
Meyakinkan Investor-2
110
Permintaan Wira pada Dewi-1
111
Permintaan Wira pada Dewi-2
112
Hari Terakhir Bekerja
113
Tugas Dadakan
114
LDM-1
115
LDM-2
116
LDM-3
117
LDM-4
118
LDM-5
119
LDM-6
120
Periksa ke Dokter
121
Menyampaikan Berita
122
Nasehat Mommy Tari
123
Masih Marah
124
Jalan ke Mall
125
Back to Jakarta
126
Budak Cinta
127
Mobil Baru
128
Belajar dari Mommy
129
Kulineran di Taman
130
Morning Sick
131
Kado
132
Hot Sugar Daddy
133
Si Pekerja Keras
134
Surprise Party
135
Happy Birthday Bangor!
136
Kumpul Keluarga
137
Kado
138
Membangun Bisnis
139
Dilakukan dengan Cinta
140
Gelombang
141
Tangisan Seorang Wirata Agastya
142
Saling Menguatkan
143
Bisnis Plus Plus yang Sukses
144
Waktu Berdua
145
Warkop I'm In Love
146
Truth or Dare
147
I Love You
148
Hampir Tamat
149
The End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!