Semenjak kejadian itu, Clara mulai bersikap dingin pada Bisma. Clara tidak pernah lagi mengisi isi kulkas dan menyiapkan sarapan maupun makan malam.
Beberapa kali Bisma meletakkan uang tiga lembar pecahan seratus ribuan di atas meja makan, namun Clara tak mengambilnya.
Menurut Clara, sudah cukup ia menjalankan drama pernikahan ini. Mulai saat itu, Clara tidak ingin mencampuri urusannya masing masing, bahkan soal urusan perut silahkan atur sendiri.
Clara pun tidak pernah sarapan dirumah, dan sebelum pulang kerumah nya pun Clara mengisi perutnya dulu diluar rumah.
Setiap harinya, Aldrich slalu meminta pada asisten rumah tangga di keluarga Dewantara untuk membuatkan bekal makan siang untuk dua orang.
Aldrich berpikir, tidak bisa terus terusan membelikan Clara makan siang karna akan membuat Clara curiga. Oleh karna itu ia beralasan memasak sendiri dan membuatnya menjadi dua porsi.
"Al, apa kamu tidak kerepotan saat membuat bekal makan siang?" Tanya Clara sambil menyuapkan nasi ayam teriyaki kemulutnya.
"Tidak Ra, kan aku dibantu oleh ibuku, malah beliau yang lebih sering memasak." Jawab aldrich lagi lagi dengan berbohong.
Clara mengangguk percaya. "Besok besok kalau aku udah gajian, aku gantian buatkan kamu makan siang, ya Al."
"Boleh, Ra. Sesekali Aku pengen tau masakan calon istriku." Jawab Aldrich tanpa sadar dan membuat Clara mengernyitkan dahinya.
"Calon istri?" Tanya Clara meyakinkan, dirinya takut salah mendengar.
Aldrich salah tingkah. "Maksudku siapa tau nanti calon istriku pintar masak juga sepertimu. Aku kan belum pernah dimasakin sama wanita manapun kecuali ibuku, jadi rasanya mungkin berbeda jika aku dimasakin sama kamu, mungkin nanti sama rasanya seperti dimasakin calon istriku sendiri." Jelas Aldrich.
Clara mengangguk, "Kamu pernah pacaran, Al?" Tanya Clara.
Aldrich mengangguk, "Pernah, saat kuliah. Dengan adik kelas beda dua tingkat." Jawabnya.
Lagi lagi Clara mengernyitkan dahinya, Kamu pernah kuliah? Jurusan apa?" Tanya Clara yang baru tau jika Aldrich ternyata bukan hanya lulusan SMA.
Dan Aldrich pun menelan kasar salivanya, lagi lagi ia keceplosan dan rasamya ingin sekali menggigit lidahnya sendiri.
"Pernah Ra, jurusan manajemen bisnis." Jawab Aldrich tidak berbohong.
"Sudah lulus?" Tanya Clara, "Kenapa bekerja sebagai supir?" Clara semakin memperdalam keingintahuannya.
"Karna cari kerja itu susah, Ra. Ya anggap saja ini batu loncatan, aku sambil melamar pekerjaan juga koq ke perusahaan perusahaan lain." Jawab Aldrich.
Clara mengangguk, "Ya kamu benar, Al. Mencari pekerjaan itu memang susah, aku bersyukur bisa bekerja di butik Erlasha ini." Ucap Clara sambil menerawang kedepan.
"Ya, aku pun bersyukur bertemu denganmu, Ra." Kata Aldrich dan ikut menerawang kedepan.
Namun seketika Clara menoleh kearahnya, "Maksudmu, Al?"
Aldrich langsung meralat ucapannya. "Maksudku, aku bersyukur bertemu denganmu disaat pekerjaan lamaku hampir selesai. Jadi aku tidak menganggur lama."
Clara tertawa. "Kamu ini Al, harusnya kalo ngomong itu yang detail, untung aku gak baperan."
Aldrich tersenyum, "Baper juga gak apa apa, Ra. Aku suka." Batin Aldrich.
"Jadi, kenapa kamu putus sama pacarmu?" Tanya Clara.
Aldrich mengingat masa lalunya, "Dia selingkuh, dia juga tidak menerimaku apa adanya, Ra." Aldrich tersenyum.
"Sepertinya kamu sudah ikhlas menerima takdirmu." Kata Clara. "Terlihat dari senyummu tanpa beban." Katanya lagi.
Aldrich mengangguk, "Bukankah kita harus melihat masa depan? Mana tau ada cewek yang lebih baik nanti bersanding denganku."
"Kamu betul, Al. Jadikan kesalahan sebagai spion untuk berjalan lebih baik lagi kedepannya. Kamu masih memiliki banyak kesempatan untuk memilih yang terbaik, tidak sepertiku." Ucap Clara.
Aldrich menoleh kearah Clara yang duduk disebelahnya, "Apa maksudmu, Ra?"
Clara yang menyadari bercerita terlalu jauh pada Aldrich, dengan segera mengalihkan obrolannya. "Bukan apa apa, Al." Jawab Clara.
Sementara Aldrich sudah sangat penasaran ingin mengetahui soal Clara lebih dalam lagi. namun Aldrich masih membatasi diri karna ingin membuat Clara merasa nyaman saat bersamanya.
**
Waktu berlalu dengan begitu cepat, Sudah dua bulan lamanya Aldrich menyamar menjadi supir di Erlasha. Terkadang, jika ada waktu senggang, Aldrich memantau pekerjaannya dari ponsel pintarnya yang ia sembunyikan. Joni juga bisa menghandel pekerjaan Aldrich, dan Fariz pun diam diam membantu meringankan pekerjaan putranya meski sebenarnya ia sudah sangat ingin pensiun dini dan menghabiskan waktu bersama istri tercintanya.
Hubungan Clara dengan Bisma pun semakin dingin, Clara sudah muak dan enggan menanggapi apa yang dilakukan oleh Bisma.
Clara pun mengancam Bisma jika dirinya tidak mau membayar tagihan listrik dan air, maka Clara akan keluar dari rumah dan memilih kost.
Hal itu membuat Bisma mau tidak mau membayar tagihan listrik dan air meski hatinya kesal dengan ancaman Clara. Bisma masih membutuhkan Clara untuk statusnya sebagai istri.
"Hari ini kita kerumah ibu." Ucap Bisma.
Clara hanya memutar malas bola mata, "Kamu saja pergi sendiri, aku malas." Jawabnya.
"Bersiaplah, aku tidak menerima penolakan!!" Kata Bisma tegas.
Clara menghela nafas, "Kamu egois, Mas. Aku semakin malas menjalani drama pernikahan ini."
Seperti biasa, Bisma hanya diam dan tidak menanggapi perkataan Clara.
"Belum lagi disana, ibumu akan mencecarku soal anak. Jika sampai aku mendengar ibumu menyudutkanku soal anak lagi, aku tidak akan segan segan menceritakan kondisi rumah tangga kita yang sebenarnya." Kata Clara lagi.
Mendengar itu Bisma menjadi terpancing emosi nya. "Jangan sekali kali kamu menceritakannya pada keluargaku, Ra."
Clara mengerdikan bahunya, "Kalau begitu jangan mengajakku kerumah keluargamu, Mas. Jika tidak ingin emosiku terpancing dan aku menceritakan semuanya." Balas Clara enteng.
"Kamu semakin kesini semakin membangkang, Ra." Ucap Bisma sinis.
Clara berjalan kearah Bisma dan menatapnya tajam. "Aku membangkang pada tempatnya, Mas. Aku tidak mungkin membangkang jika kamu sendiri memperlakukanku layaknya istri. Ingat Mas, kesabaran itu ada batasnya. Teruslah berbuat sesukamu, aku sudah tidak perduli. Ucap Clara penuh penekanan, lalu berjalan meninggalkan Bisma.
"Maumu apa, Ra?" Tanya Bisma sambil mengepalkan tangannya.
Clara menoleh, "Jangan terlalu percaya diri, aku sudah tidak menginginkan apapun darimu, Mas."
Clara memang wanita yang keras, sedikit sedikit ia mulai mempunyai ketegasan untuk Bisma. Ia tidak ingin menjadi wanita lemah yang mudah di injak injak harga dirinya.
Bisma mulai kehabisan kata kata saat menghadapi Clara. Ia lebih cepat membungkam mulutnya saat kata demi kata yang keluar dari mulut Clara berbalik menyerangnya. Bisma baru mengetahui sisi lain dari Clara, ternyata Clara tidak bisa ia remehkan begitu saja, Clara memiliki watak yang keras dan juga tidak mudah mengalah.
Bisma mengusap wajahnya kasar, ia tidak ingin jika Clara sampai memberitahukan keluarganya tentang keadaan rumah tangga mereka, namun kali ini Clara sudah tidak bisa diajak menjalankan perannya sebagai suami istri yang harmonis didepan keluarganya.
"Ini semua karna ibu yang slalu menekan Clara." Gumam Bisma.
Tanpa Bisma sadari, kejenuhan yang dialami oleh Clara bukan hanya sikap sang mertua yang menuntutnya seorang cucu, melainkan juga sikap Bisma yang tidak bisa membela Clara saat Intan mencecar Clara soal keturunan.
Bisma hanya bisa menyalahkan tanpa berfikir bahwa dirinya sendiri adalah sumber dari semua masalah
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Yus Warkop
semoga cepat "ketahuan deh ada bukti kuat agar clara bisa nuntut cerai
2025-02-12
0
Ita rahmawati
hadruh bisma²,,ada² aj,,
2024-02-01
2
Ida Rubaedah
terlalu sabar clara, sebenarnya menurut hukum agama dan undang2 pernikahan ada hak untuk menuntut tholaq di pengadilan...
2022-08-24
2