"Ra, kamu dipanggil oleh Miss Alesha." Kata Ragil.
Clara berdiri dari duduknya,
"Ra, sudah dapat uangnya?" Tanya Ragil.
"Belum Miss, mana jatuh tempo kontrakan dua hari lagi." Ucap Clara lesu.
"Coba bilang dulu sama Miss Alesha, kalau gak dikasih, nanti aku yang pinjami." Kata Ragil tulus.
Clara mengetuk pintu ruangan Alseha dan Alesha mempersilahkannya masuk.
"Miss panggil saya?" Tanya Clara.
Alesha memberikan sebuah amplop yang bertuliskan undangan untuk Butik Erlasha pada Clara, "Ra, kamu bisa wakilin aku untuk datang kesana?" Tanya Alesha.
"Ini dimana, Miss?" Tanya Clara sambil membuka undangannya.
"Di Bandung, kamu sama Ragil yang jalan. Kamu jadi asisten Ragil, karna asisten Ragil si Ayu udah hamil besar, takut brojol disana." Alesha sedikit tertawa.
Clara mengangguk. "Iya, Miss, aku bisa koq." Jawab Clara.
"Boleh sama suamimu?" Tanya Alesha lagi.
Clara mengangguk, "Pasti boleh Miss, dia tidak membatasiku soal pekerjaan."
Alesha menatap wajah Clara yang menurutnya sedikit berbeda. "Ra, apa kamu ada masalah?"
Clara menghela nafas. "Miss sebenarnya aku perlu uang, bolehkah aku meminjam uang dua puluh juta. Miss bisa potong gajiku setiap bulannya." Kata Clara dengan penuh harapan.
"Boleh aku tau untuk apa, Ra?" Tanya Alesha hati hati.
Clara sangat tau, semua orang pasti akan bertanya untuk apa, mengingat suaminya seorang manager dengan gaji yang lumayan. Pasti semua orang tidak akan mempercayai alasannya jika untuk membayar rumah kontrakannya.
"Untuk bayar kontrakan setahun kedepan, Miss." Jawab Clara menunduk.
"Kamu, masih dengan suamimu?" Tanya Alesha lagi.
"Masih Miss. Suamiku sedang tidak pegang uang." Jawab Clara lagi.
Sebenarnya Alesha bisa memberikan uang pinjaman untuk Clara. Alesha menyukai Clara sejak pertama kali bertemu, nama Clara yang sama dengan nama anaknya dan sikap Clara yang jujur membuat Alesha memperkerjakannya sebagai sekertaris pribadinya. Bahkan saat itu Clara sudah bekerja sebelum lulus dari kuliahnya.
"Baiklah Ra..Nanti aku akan transfer ke rekeningmu." Ucap Alesha.
"Trimakasih Miss." Kata Clara.
**
Clara mengemas pakaian yang akan ia bawa ke Bandung, Bisma yang tak sengaja melihatnya pun tidak bisa menahan diri bertanya.
"Mau kemana?" Tanya Bisma.
"Ke Bandung, dampingin Miss Ragil ke acara fashion show disana." Jawab Clara sambil menata bajunya.
"Berapa hari?"
"Tiga hari dua malam." jawabnya lagi.
Bisma mengangguk. "Oh iya, apa rumah ini sudah kamu bayar perpanjangan kontraknya?" Tanya Bisma.
"Sudah, aku pinjam uang dari butik." Clara menutup kopernya lalu menyimpannya disudut kamar.
"Mas, kita harus bicara soal rumah tangga kita." ucap Clara tiba tiba.
Bisma tau maksud ucapan Clara, namun ia slalu menghindarinya. "Nanti saja, aku lelah."
"Mas, kita tidak bisa seperti ini terus, pernikahan kita tidak sehat." Kata Clara pada akhirnya.
Namun Bisma seolah tak mendengar, ia acuh dan menutup tubuhnya dengan selimut.
Clara menatap sinis Bisma yang tengah memunggunginya, "Bom yang akan meledakpun ada waktunya, Mas. Begitu juga dengan kesabaranku."
Bisma hanya acuh, membuat Clara semakin geram.
"Kamu tuh normal gak sih, Mas? Aku curiga padamu, antara dua kecurigaanku, kamu tidak normal atau kamu mempunyai wanita lain diluaran sana." Kesal Clara kemudian keluar dari kamar sambil membanting pintu.
Bisma hanya acuh saja. Ia tidak mengejar maupun memperdulikan Clara.
**
Sepanjang perjalanan menuju Bandung. Clara hanya diam saja. Diam diam Ragil memperhatikannya.
"Ra.." Panggil Ragil.
Clara menoleh kearah Ragil, "Iya Miss."
"Kamu bisa mempercayai aku, aku siap menjadi pendengarmu jika kamu membutuhkan teman bicara." Kata Ragil.
Clara tersenyum, sungguh ia pun ingin menumpahkan unek unek soal rumah tangganya slama ini, namun ia masih menahannya. Calara melirik sekilas pada supir butik yang mengantarkan mereka ke Bandung.
"Tidak ada Miss, aku hanya sedang lelah saja." Jawab Clara. "Miss tiba disana nanti kita langsung ketempat acara?" Tanya Clara mengalihkan pembicaraan.
"Tidak, Ra. Kita langsung ke hotel saja, supir akan mengantarmu, aku ada keperluan disini, mau mengunjungi saudaraku dulu." Jawab Ragil.
Clara mengangguk.
Setelah perjalan yang memakan waktu tiga jam, akhirnya Clara tiba di salah satu hotel ternama. Ragil hanya menurunkannya beserta kopernya saja di depan pintu loby hotel.
"Laper." gumam Clara saat baru saja selesai membersihkan dirinya didalam kamarnya.
Clara mengambil ponselnya lalu mencari tempat kuliner disekitar hotelnya itu. Ia lebih mencari tempat makan diluar hotel untuk mencari suasana lain.
"Kafe baru, jaraknya dekat nih sama hotel." Gumam Clara sambil berjalan menelusuri trotoar.
Kafe yang dituju oleh Clara memang tidak jauh, ia langsung masuk dan mengambil tempat dipojokan kafe.
Clara menikmati me time nya dengan milkshake strawberry dan pisang keju.
Matanya tertuju pada seorang pemuda yang tampan namun sedikit berpenampilan cuek. Kemeja panjang yang digulung sampai siku, rambut yang dibiarkan acak acakan.
"Seperti orang yang sedang patah hati, atau orang yang lagi stres mencari pekerjaan" Gumam Clara lalu menikmati kembali pisang kejunya itu.
Setelah beberapa waktu,
Di kasir Kafe itu, Aldrich tengah kesusahan membayar tagihannya. Pasalnya ia meninggalkan dompetnya dimobil dan ponselnya kehabisan daya. Kebetulan mobilnya pun dibawa oleh Joni untuk ke bengkel karna tiba tiba saja ada masalah pada pendingin alias AC mobilnya. Joni menurunkan Aldrich di Kafe, sementara Joni sendiri menuju bengkel.
"Maaf Mas permisi, Nona yang dibelakang mau bayar dulu." Ucap sang kasir.
Aldrich bergeser ke samping sambil mencoba mengisi daya ponselnya dengan menggunakan carger milik kasir tersebut.
"Kenapa Mba?" Tanya Clara pelan.
"Katanya dompetnya ketinggalan di mobil, dan mobilnya dibengkel. Tapi dari penampilannya gak meyakinkan, Nona." Jawab sang kasir.
"Memang berapa tagihannya?" Tanya Clara.
"Satu cangkir kopi espresso, Lima puluh lima ribu, Nona." Jawab kasir.
"Ya sudah masukan saja kedalam tagihanku." Ucap Clara.
Clara membayar pesanan Aldrich kemudian ia pun keluar untuk kembali ke hotelnya.
"Mas, sudah dibayar tagihannya sama Nona yang barusan." Kata kasir itu.
"Loh, koq dia yang bayar, saya ada uang, Mba, dan bisa bayar." Jawab Aldrich kesal.
"Nona itu sendiri yang inisiatif mau bayarin tagihan Mas nya." Kata kasir.
Aldrich kemudian keluar dan mencari Clara yang sudah membayarinya.
"Hai, Nona.. Tunggu." Panggil Aldrich yang bekum mengenal Clara.
Clara menoleh kebelakang dan menghentikan langkahnya.
"Iya?" Kata Clara dengan heran.
"Tadi.. hemm maksud saya. Terimakasih. Boleh saya minta nomer rekeningmu? Saya akan ganti." Ucap Aldrich yang terhipnotis dengan tatapan lembut Clara.
"Oh, gak perlu, Mas. Anggap aja itu rejeki mas nya." Jawab Clara.
Aldrich mengernyitkan dahinya.
"Tapi, Nona."
"Clara, panggil aku Clara saja, Mas." Ucap Clara.
Aldrich refleks mengulurkan tangannya seraya mengajak Clara berkenalan. "Al..." ucapan Aldrich terhenti, entah mengapa ia ingin menyembunyikan identitasnya, ia ingin dikenal sebagai orang biasa tanpa embel embel Dewantara.
"Al?" Tanya Clara meyakinkan.
"Aldi." Jawab Aldrich. "Ya, namaku Aldi."
Clara tersenyum kemudian membalas jabatan tangan Aldrich.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Ita rahmawati
aldi 🙄🙄
sm cwe yg bner kamu bohong giliran sm jalang mah jujur dn semuany kmu kasih
2024-02-01
2
itanungcik
ciye ciye awal pertemuan aldrich n clara
2022-07-05
1
manda_
lanjut thor semangat buat up lagi ya ditunggu thor al lagi mau nyamar ya srmangat
2022-06-06
1