Aldrich tengah menatap jalanan dari balik jendela, sesekali ia menarik sudut bibirnya tersenyum dan hal itu tidak luput dari perhatian Joni yang sedari tadi melihat dari dalam kaca spion.
"Jon... Dia baik ya." Ucap Aldrich tiba tiba.
Joni merasa aneh dengan bosnya ini, kalimat pertama yang Aldrich ucapkan adalah Dia baik, biasanya pria akan menilai dari penampilan luar dulu, yakni Cantik.
"Saya tidak tau, Tuan. Kan saya belum mengenalnya." Jawab Joni.
"Dia baik, Jon. Dia tidak mengenalku tapi dia membayarkanku secangkir kopi di kafe saat dompetku tertinggal dimobil." Kata Aldrich menjelaskan.
"Ya, kalo seperti itu memang dia baik, Bos." Jawab Joni.
Drrttt.. drtt
Ponsel Aldrich bergetar, terlihat Nama Clara mengirimkannya sebuah pesan.
"Al, Bos ku bilang ada lowongan untuk menggantikan supir butik yang sudah ditarik jadi supir pribadi Bos. Kalau kamu masih berminat bisa kirimkan CV, Fotocopy KTP, Foto copy SIM A dan C ke butik Erlasha. Kamu bisa cari diMaps lokasinya, Butik Erlasha."
Aldrich refleks bersorak,
"Yeaaayyy.." Katanya sambil tersenyum gembira.
"Ada apa, Bos?" Tanya Joni.
Aldrich melihat kearah Jono, "Tepikan mobilnya sekarang, Jon." Titah Aldrich.
"Maaf Bos, ada apa ya?" Joni menjadi bingung.
"Tepikan mobilnya di rest area depan." Kata Aldrich lagi.
Lima menit kemudian, Joni mencari parkir di rest area menuju jakarta itu.
"Turun." Kata Aldrich sambil membuka pintu mobilnya sendiri.
Joni pun melepas seatbelt dan ikut turun dengan kondisi kebingungan, sementara Aldrich berdiri tepat disamping pintu mobil yang baru saja ia tumpangi.
Joni mengitari mobil untuk berdiri didepan Aldrich.
Aldrich memasang wajah tersenyumnya. Lalu tangannya meraih handle mobil dan membukakannya untuk Joni, lalu dirinya menunduk seraya memberi hormat pada Joni.
Sementara Joni terlihat semakin bingung.
Aldrich mengangkat kepalanya untuk melihat kearah Joni yang terlihat kebingungan.
"Masuk Jon." Titah Aldrich.
"Lho, Tuan muda, kalo saya duduk disini, yang nanti nyetir siapa?" Tanya Joni.
"Saya yang nyetir, Jon. Saya mau latihan tata cara jadi supir." Jawab Aldrich enteng.
Uhukk, uhukkk..
Joni tersedak salivanya sendiri.
"Bos." Panggil Joni. Terkadang ia memanggil Bos, terkadang memanggil Tuan Muda.
"Ck." Aldrich berdecak. "Bantu saya mendalami peran sebagai seorang supir, saya keterima kerja jadi supir, dan jangan banyak nanya lagi, Jon. Panas nih." Ucap Aldrich dengan nada meninggi.
Joni sedikit paham maksud ucapan Aldrich, terbesit niat untuk mengerjai sang bos.
"Bos, gak ada yang namanya supir membentak majikannya." Kata Joni.
Aldrich membolakan matanya, seketika ia seperti anak kucing yang menurut pada majikannya, sangat manis sekali.
"Maaf, Tuan. Silahkan masuk." Ucapnya menirukan gaya Joni ketika menjadi supirnya.
Joni merapihkan kerah kemejanya dan duduk sambil memangku satu kakinya.
"Kapan lagi aku jadi bos besar begini." Batin Joni.
Setelah menutup pintunya, Aldrich mengitari mobilnya dan masuk dikursi kemudi.
"Apa ada yang tertinggal, Tuan?" Tanya Aldrich masih menirukan kebiasaan Joni sebelum menjalankan kendaraannya.
"Tidak ada, ayo jalan." Kata Joni berwibawa. "Duh enaknya jadi Bos sesaat." Batin Joni.
**
Tiba diperkarangan rumah keuarga Dewantara, Aldrich memarkirkan mobilnya didepan teras rumah lalu ia turun dan mengitari mobil untuk membuka pintu mobil Joni.
"Silahkan, Tuan." Kata Aldrich sambil membungkuk tanda hormat.
Stevi yang melihat kejadian tersebut langsung membolakan kedua matanya, ia berjalan tergesa gesa untuk menghampiri Aldrich dan Joni.
"Apa yang kau lakukan, Al? Mengapa membukakan pintu untuk Joni? Kenapa juga kamu yang membawa mobil?" Tanya Stevi bertubi tubi.
Aldrich terkesiap saat mendengar pertanyaan bertubi tubi dari sang Mama.
"Lagi latihan, Ma." Jawab Aldrich singkat.
"Latihan apa? apa yang Mama tidak tau?" Tanya Stevi lagi.
"Latihan aja ngerasain jadi orang susah itu bagaimana. Anggap aja ini hadiah buat Joni, udah jadi asistenku selama tiga tahun. Sesekali gantiin Joni jadi supir yang merangkap asisten pribadi dan Joni menikmati jadi Bos." Jawab aldrich. Sementara Joni menunduk karna takut akan dipecat.
Fariz yang mendengar perdebatan kecil itu segera menghampirinya. "Ada apa?"
Stevi menoleh kearah Fariz. "Ini Pap, Al sama Joni ada ada aja, mereka bertukar peran, Al jadi supir dan Joni jadi Bos." Kata Stevi.
"Dalam rangka apa?" Tanya Fariz lagi.
"Dalam rangka belajar menghargai profesi orang lain, Pap. Biar Al bisa lebih menghargai bawahan Al." Jawab Al dengan percaya diri.
Fariz mengangguk, "Bagus." Katanya lalu merangkul pundak Stevi. "Itu bagus, Ma. Jangan dipusingkan, nanti wajahmu berkerut."
Stevi memutar malas bola matanya sambil menghela nafas. "Mama curiga, ada apa sebenarnya, Al?" Tanya Stevi.
Insting Stevi sebagai ibu pastilah kuat, terlebih anaknya hanya Aldrich seorang.
"Haishhh Mama, apa sih. Curigaan mulu. Udah ah, Al capek, ngantuk mau istirahat." kata Aldrich lalu melempar kunci mobil kearah Joni dan Joni menangkapnya. "Nanti kita terusin lagi, Jon. Istirahat dulu." Ucap Aldrich pada Joni lalu melenggang masuk meninggalkan Joni, Fariz dan Stevi.
"Anakmu tuh Pap." Kata Stevi.
"Anamu juga, Ma." Jawab Fariz lalu merekapun ikut masuk kedalam rumah. Sementara Joni menurunkan koper milik Al.
"Ada ada aja si Bos, untung slamet." Batin Joni.
**
Sementara itu, Clara mampir kebutik dulu untuk menyerahkan laporan perjalanan dan kegiatan. Clara juga mengecek email masuk melalui layar laptopnya yang berada di butik.
Ia melihat ke ponselnya, ada satu balasan dari Aldrich dan segera membacanya.
"Makasih, Ra. Lusa aku akan datang ke butik Erlasha. Besok aku masih harus menyelesaikan pekerjaanku dulu disini. Bolehkah?"
Clara membalasnya. "Iya, Al. nanti aku bilang Bos. Semangat ya."
Clara mengecek pesan masuk lainnya, namun tak ada satupun pesan ataupun panggilan masuk dari suaminya. Clara menghela nafas, "Pria seperti apa yang menikahiku ini, mengapa rumah tanggaku begini, Oh tuhan beri aku petunjukmu." Batin Clara.
Setelah menyelesaikan pekerjaanya, Clara bergegas pulang. Ia menaiki mobil kantor yang masih disupiri oleh Ujang.
Jalanan yang padat karna akhir pekan itu membuat jalanan macet, iapun tertidur didalam mobil karna saking lelahnya.
Entah mengapa tiba tiba saja ia memimpikan sosok Aldrich yang tengah tersenyum sambil mengulurkan tangan padanya, namun saat Clara ingin menerima uluran tangan itu, tiba tiba ada suara yang menyadarkannya.
"Non Clara kita sudah sampai, Non." Ucap Pak Ujang sang supir yang mengantarkan Clara pulang.
Clara terkesiap, ia melihat kearah luar jendela dan benar saja ia sudah sampai dirumah yang tlah ia perpanjang sewanya.
"Maaf pak, saya ketiduran." Ucap Clara sopan.
Ujangpun hanya membalas dengan anggukan, lalu turun dan menurunkan koper milik Clara.
Setelah Ujang pergi, Clara masuk kedalam perkarangan rumahnya, ia melihat ada sepatu kets pria yang bukan milik suaminya.
"Apa ada tamu, ya?" Tanya Clara dalam hatinya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Yus Warkop
pas buka pintu suaminya sedang gesek"terong iih jiji
2025-02-12
0
Sweet Girl
Semoga aja kepergok saat lagi onoini onoini
2024-04-21
2
Sweet Girl
Jangan keterusan Jon...
2024-04-21
1