BAB 3

Aldrich bolak balik melihat layar ponselnya, ia terus membuka lalu menutup kembali aplikasi berwarna hijau tersebut. Wajahnya terlihat gusar menampakan keresahannya.

Chelsea dan Davan terus memperhatikan sepupu yang lebih dianggap sahabatnya itu.

Chelsea menyenggol lengan Davan, membuat Davan menoleh dan Chelsea menunjuk Aldrich dengan dagunya. "Sibucin lagi galau." Bisik Chelsea sepelan mungkin.

Davan mengerdikan bahunya, "Begitulah kelakuan sibucin." Jawabnya asal.

"Semoga dia tidak merepotkanku jika nanti ditinggal olehmu ke Amrik, Dav." Kata Chelsea.

"Siap siap saja kamu mendengarkan kegalauan si bucin akut itu, Chel." Jawab Davan terkikik geli.

Sementara disisi rumah yang lain. Para orang tuapun berkumpul dan saling bertukar cerita.

"Riz, Stev, jangan terlalu keras pada Aldrich. Kasian kan dia seperti tertekan." Kata Ghea yang sedari tadi memperhatikan Aldrich.

"Ck, Ghe. Aldrich itu masih labil, dan kelabilannya itu dimanfaatkan oleh cewek." Jawab Fariz.

"Ya, aku setuju soal itu, Riz. Aldrich itu percis kayak kamu semasa muda, terlalu baik." Sahut Jessi.

"Dan kebaikan Aldrich dimanfaatkan oleh pacarnya." Sahut Tristan.

Stevi memijat pelipisnya. "Bingung sama Aldrich, susah banget lepas dari cewek itu. Dan parahnya lagi, Apartemen mewah yang aku belikan untuk Aldrich, ditempati oleh si Metamorfosis itu."

"Dekatkan diri sama yang maha membolak balikan hati, minta yang terbaik untuk putra kalian, minta didekatkan dengan yang terbaik dan minta dijauhkan dari segala hal yang tidak baik." Fadhil memberi wejangan pada Fariz dan Stevi.

"Iya, Mas. Kadang kami berdua juga bingung, pelet apa yang nempel ke Aldrich." Jawab Stevi.

"Jangan suudzon dulu, Stev. Bisa jadi ini semua karna kalian yang terlalu memanjakan Aldrich sedari kecil. Sehingga saat besar seperti ini Aldrich tidak suka jika ada yang menentangnya." Kali ini Ghea yang berbicara.

"Andai ada wanita yang bisa aku jodohkan untuk Aldrich." Gumam Stevi yang terdengar oleh mereka semua.

"Wanita yang seperti gimana Stev, yang menjadi menantu idealmu?" Tanya Jessi.

"Yang baik untuk Aldrich aja, Jess." jawab Stevi.

"Sekarang susah cari gadis, banyaknya janda." Sahut Tristan asal.

"Ck, mentang mentang sering nanganin kasus perceraian, lu mau nyodorin janda buat anak gue." Cibir Faris.

"Lho, kalo janda tapi baik, kenapa enggak Pap. Setidaknya Janda lebih terhormat daripada gadis yang ternyata bukan gadis." Stevi memberi tanda kutip pada kedua jarinya.

"Iya betul, jaman sekarang siapa sih yang mau jadi Janda?" Sahut Ghea.

"Ya, betul itu Ghe, tidak ada yang bercita cita ingin menjadi Janda." Sahut Tristan sambil menunjukan jempolnya.

"Gue curiga ama lu, Tan. Lu ngomongin janda mulu, jangan jangan lu lagi kepincut sama satu klien lu ya?" Ledek Fariz yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Tristan.

"Papi...." Panggil Jessi pada Tristan dengan nada tidak mengenakan.

Tristan menggaruk tengkuknya, "Gak gitu juga, Bee.. Itu bisa bisanya Fariz aja tuh."

Ghea tersenyum melihat sahabat sahabatnya itu, Fariz yang slalu meledek Tristan dan Tristan yang takut dengan istrinya.

***

"Oh shiittt.. Aldrich menghubungiku." Gumam Metha saat dirinya baru saja tiba diapartemen sambil melihat ponselnya yang menunjukan banyaknya panggilan masuk dari Aldrich.

Metha memegang kepalanya sambil berjalan sempoyongan, ia menuju kamar untuk merebahkan dirinya. Metha baru saja pulang dari club malam, ia menghabiskan waktu dengan berjoget dan berkumpul dengan teman temannya, tentunya menghambur hamburkan uang yang diberikan oleh Aldrich.

Bukannya menghubungi Aldrich balik, Metha malah melempar ponselnya kesembarang arah, lalu ia tertidur saking lelahnya dan karna masih berada dibawah pengaruh minuman alkohol tersebut.

Namun sebuah tangan kekar melingkar begitu saja diperut Metha, membuat Metha sedikit mendongkan wajahnya.

"Dimas, harusnya kamu pulang saja, aku takut Aldrich akan datang kesini." Racau Metha.

"Urusan kita belum selesai, Tha. Kamu bilang akan memuaskanku? Lagi pula kekasih bodohmu itu tidak akan datang malam malam kan?" Dimas berkata sambil melucuti pakaian yang menempel pada tubuh Metha.

Metha tertawa saat Dimas berusaha mencumbuinya, "Tapi kamu harus pulang sebelum Pagi, Aldrich biasanya akan datang membawakanku sarapan."

"Okay Honey, tapi berikan aku tiga ronde dengan posisimu diatasku. Puaskan aku malam ini." Kata Dimas disela sela mencumbui Metha.

Metha membalikan tubuh Dimas sehingga kini dia yang berada diatasnya, "Tenang saja Dimas, hasratku sedang tinggi, sibodoh Aldrich tidak pernah mau menyentuhku, padahal aku sangat penasaran dengan miliknya, apa miliknya lebih jantan dari milikmu?" Metha tertawa keras.

"Tentu saja Honey, milikku tak terkalahkan." Jawab Dimas dengan penuh percaya diri.

Mereka larut dalam percintaan, Metha sungguh tidak memikirkan perasaan Aldrich, mereka juga sungguh tidak tau malu, terlebih mereka melakukan hal itu di apartemen milik Aldrich.

Prank

Aldrich tidak sengaja memecahkan gelas, ia menaruh gelas dimeja dapur namun terlalu pinggir sehingga membuat gelas itu terjatuh.

"Ya ampun tuan muda Al, biar simbok yang bereskan." Sahut Mbok Nah kepala pelayan dirumah Fariz.

"Maaf Mbok, jadi merepotkan Simbok." kata Aldrich.

"Gak apa apa Tuan muda, untung aja bibi kedapur." Mbok Nah membereskan serpihan kaca yang hancur itu.

"Terimakasih Mbok." Kata Aldrich kemudian beranjak kembali kekamarnya.

Melewati kamar Orang tuanya, Aldrich mendengar suara yang tidak biasa. Aldrich bukannya pergi malah menempelkan telinganya dipintu kamar Fariz dan Stevi.

"Ouhh Papap, terus Pap."

"Kamu tidak berubah, Ma. Masih sempit sekali."

Aldrich menghela nafasnya, "Kebiasaan, kalau mau begituan lupa menyalakan kedap suaranya, gak bisa tahan sebentar apa sampai tidak sempat begitu." Kesal Aldrich lalu berjalan cepat menuju kamarnya.

Didalam kamar, Aldrich merebahkan dirinya, dan menjadikan kedua tangannya sebagai bantalan. "Besok mana pagi sekali anterin Davan ke bandara, dan mepet sama meeting dikantor. Bisa gak ya curi waktu sebentar buat ketemu Methaku." Gumam Aldrich, lalu tak lama dirinya pun tertidur

**

"Cepatlah pulang, Dav." Aldrich menepuk punggung Davan sebelum melerai pelukannya.

"Aku akan pulang jika pendidikanku sudah selesai." Jawab Davan. "Hiduplah dengan baik Al. Jangan sampai kamu menyesali apa yang sudah kamu lakukan." Kata Davan kemudian.

"Maksudmu Metha?" Tanya Aldrich.

Davan mengangguk, "Jangan bersikap bodoh, cinta boleh, tapi kamu harus tetap gunakan akal sehatmu, Al."

"Kenapa baru berani bilang ini padaku sekarang?" Tanya Aldrich.

"Tidak apa, karna jikapun kamu marah, aku sudah pergi dan tidak bisa melihat kemarahanmu." Davan tertawa.

"Oh my God, diamlah Dav, kamu boleh menasehatiku jika nanti saat kamu pulang, kamu sudah mempunyai seorang kekasih." Kata Aldrich malas.

"Whatever you say." Kata Davan enteng kemudian berkata kembali, "Aku masuk, ingatlah Al, gunakan logika."

Aldrich tersenyum, ia menatap punggung sepupunya yang semakin menjauh itu hingga tidak terlihat lagi.

Aldrich nenatap jam dipergelangan tangannya, waktu menunjukan pukul sembilan, dan ia cukup lega karna meeting hari ini diundur hingga siang nanti.

Aldrich memacu kendaraannya menuju apartemennya, untuk melihat kekasih pujaan hatinya itu.

Sinar mentari pagi menelusup kecelah gorden, Metha memegang kepalanya yang masih terasa pusing, matanya mengedarkan pandangannya dan melihat seisi apartemen yang cukup berantakan.

"Syukurlah Dimas sudah pergi." Gumamnya.

Ceklekk.

Suara pintu kamar terbuka.

***

Terpopuler

Comments

𝒮🍄⃞⃟Mѕυzу​​​᭄

𝒮🍄⃞⃟Mѕυzу​​​᭄

.

2024-11-13

1

Sweet Girl

Sweet Girl

Sekarang aja kamu ke Apartemen, ada kejutan di sana.

2024-04-19

2

Ita rahmawati

Ita rahmawati

bodohnya aldrick

2024-02-01

2

lihat semua
Episodes
1 BAB 1
2 BAB 2
3 BAB 3
4 BAB 4
5 BAB 5
6 BAB 6
7 BAB 7
8 BAB 8
9 BAB 9
10 BAB 10
11 BAB 11
12 BAB 12
13 BAB 13
14 BAB 14
15 BAB 15
16 BAB 16
17 BAB 17
18 BAB 18
19 BAB 19
20 BAB 20
21 BAB 21
22 BAB 22
23 BAB 23
24 BAB 24
25 BAB 25
26 BAB 26
27 BAB 27
28 BAB 28
29 BAB 29
30 BAB 30
31 BAB 31
32 BAB 32
33 BAB 33
34 BAB 34
35 BAB 35
36 BAB 36
37 BAB 37
38 BAB 38
39 BAB 39
40 BAB 40
41 BAB 41
42 BAB 42
43 BAB 43
44 BAB 44
45 BAB 45
46 BAB 46
47 BAB 47
48 BAB 48
49 BAB 49
50 BAB 50
51 BAB 51
52 BAB 52
53 BAB 53
54 BAB 54
55 BAB 55
56 BAB 56
57 BAB 57
58 BAB 58
59 BAB 59
60 BAB 60
61 BAB 61
62 BAB 62
63 BAB 63
64 BAB 64
65 BAB 65
66 BAB 66
67 BAB 67
68 BAB 68
69 BAB 69
70 BAB 70
71 BAB 71
72 BAB 72
73 BAB 73
74 BAB 74
75 BAB 75
76 BAB 76
77 BAB 77
78 BAB 78
79 BAB 79
80 BAB 80
81 BAB 81
82 BAB 82
83 BAB 83
84 BAB 84
85 BAB 85
86 BAB 86
87 BAB 87
88 BAB 88
89 BAB 89
90 BAB 90
91 BAB 91
92 BAB 92
93 BAB 93
94 BAB 94
95 BAB 95
96 BAB 96
97 BAB 97
98 BAB 98
99 BAB 99
100 BAB 100
101 BAB 101
102 BAB 102
103 BAB 103
104 BAB 104
105 BAB 105
106 BAB 106
107 BAB 107
108 BAB 108
109 BAB 109
110 BAB 110
111 BAB 111
112 BAB 112
113 BAB 113
114 BAB 114
115 BAB 115
116 BAB 116
117 BAB 117
118 BAB 118
119 BAB 119
120 BAB 120
121 BAB 121
122 BAB 122
123 BAB 123
124 BAB 124
125 BAB 125
126 BAB 126
127 BAB 127
128 BAB 128
129 BAB 129
130 BAB 130
131 BAB 131
132 BONCHAP 1
133 BONCHAP 2
134 BONCHAP 3
135 BONCHAP 4
136 BONCHAP 5
137 BONCHAP 6
138 BONCHAP 7
139 BONCHAP 8
140 BONCHAP 9
141 BONCHAP 10
142 BONCHAP 11
143 BONCHAP 12
144 BONCHAP 13
145 BONCHAP 14
146 BONCHAP 15
147 PENGUMUMAN DAN TERIMAKASIH.
148 TERLUKA KARENA PERPISAHAN
Episodes

Updated 148 Episodes

1
BAB 1
2
BAB 2
3
BAB 3
4
BAB 4
5
BAB 5
6
BAB 6
7
BAB 7
8
BAB 8
9
BAB 9
10
BAB 10
11
BAB 11
12
BAB 12
13
BAB 13
14
BAB 14
15
BAB 15
16
BAB 16
17
BAB 17
18
BAB 18
19
BAB 19
20
BAB 20
21
BAB 21
22
BAB 22
23
BAB 23
24
BAB 24
25
BAB 25
26
BAB 26
27
BAB 27
28
BAB 28
29
BAB 29
30
BAB 30
31
BAB 31
32
BAB 32
33
BAB 33
34
BAB 34
35
BAB 35
36
BAB 36
37
BAB 37
38
BAB 38
39
BAB 39
40
BAB 40
41
BAB 41
42
BAB 42
43
BAB 43
44
BAB 44
45
BAB 45
46
BAB 46
47
BAB 47
48
BAB 48
49
BAB 49
50
BAB 50
51
BAB 51
52
BAB 52
53
BAB 53
54
BAB 54
55
BAB 55
56
BAB 56
57
BAB 57
58
BAB 58
59
BAB 59
60
BAB 60
61
BAB 61
62
BAB 62
63
BAB 63
64
BAB 64
65
BAB 65
66
BAB 66
67
BAB 67
68
BAB 68
69
BAB 69
70
BAB 70
71
BAB 71
72
BAB 72
73
BAB 73
74
BAB 74
75
BAB 75
76
BAB 76
77
BAB 77
78
BAB 78
79
BAB 79
80
BAB 80
81
BAB 81
82
BAB 82
83
BAB 83
84
BAB 84
85
BAB 85
86
BAB 86
87
BAB 87
88
BAB 88
89
BAB 89
90
BAB 90
91
BAB 91
92
BAB 92
93
BAB 93
94
BAB 94
95
BAB 95
96
BAB 96
97
BAB 97
98
BAB 98
99
BAB 99
100
BAB 100
101
BAB 101
102
BAB 102
103
BAB 103
104
BAB 104
105
BAB 105
106
BAB 106
107
BAB 107
108
BAB 108
109
BAB 109
110
BAB 110
111
BAB 111
112
BAB 112
113
BAB 113
114
BAB 114
115
BAB 115
116
BAB 116
117
BAB 117
118
BAB 118
119
BAB 119
120
BAB 120
121
BAB 121
122
BAB 122
123
BAB 123
124
BAB 124
125
BAB 125
126
BAB 126
127
BAB 127
128
BAB 128
129
BAB 129
130
BAB 130
131
BAB 131
132
BONCHAP 1
133
BONCHAP 2
134
BONCHAP 3
135
BONCHAP 4
136
BONCHAP 5
137
BONCHAP 6
138
BONCHAP 7
139
BONCHAP 8
140
BONCHAP 9
141
BONCHAP 10
142
BONCHAP 11
143
BONCHAP 12
144
BONCHAP 13
145
BONCHAP 14
146
BONCHAP 15
147
PENGUMUMAN DAN TERIMAKASIH.
148
TERLUKA KARENA PERPISAHAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!