Aldrich larut dalam kesibukannya, sepulang Fariz dan Stevi, ia masih harus menyelesaikan pekerjaannya yang sudah menumpuk diatas meja.
Drrt.. drtt..
Ponsel Aldrich bergetar, ia melihat nama Davan tertera dilayar ponselnya dan segera mengangkatnya.
"Ya Dav?"
"Al, aku sudah berada di loby perusahaanmu, turunlah, ini sudah sore."
"Kenapa tidak langsung naik keruanganku?"
"Ogah, ujung ujungnya kamu memintaku untuk membantu menyelesaikan pekerjaanmu." Jawab Davan sekenanya.
"Ck, sepupu macam apa kau ini. Baiklah, lima menit lagi aku turun." Aldrich mematikan panggilannya.
Aldrich segera turun untuk menemui Davan, hari ini mereka akan makan malam bersama dirumah keluarga Fadhil dalam rangka perpisahan dengan Davan, melepas Davan untuk pergi melanjutkan S2 nya ke negri Paman Sam.
Fariz dan Stevi sudah terlebih dahulu berangkat, Stevi beralasan rindu kumpul dengan Ghea dan juga Jessica.
"Ck, lama sekali." Kesal Davan saat Aldrich menghampirinya.
"Sorry, kerjaanku banyak sekali, Papap bucinku itu dijemput Mama dan akhirnya berangkat duluan kerumahmu, tidak perduli dengan kerjaan yang numpuk, mereka terlalu seenaknya padaku." Kata Aldrich dengan lemas.
"Curhat bos?" Ledek Davan sebelum masuk kedalam mobilnya.
Aldrich mentoyor kepala Davan, "Bukan curhat, tapi ngeluarin unek unek." Aldrich melonggarkan dasinya setelah duduk manis disebelah kemudi yang dikemudikan oleh Davan.
Mobil Davan meluncur keluar dari perusahaan DW Group, diperjalanan mereka lanjut berbincang kembali.
"Sifatmu dengan Om Fariz tuh sama, yakni sama sama bucin." Kata Davan sambil fokus dengan kemudinya.
"Hem, Papap bucin abis sama Mama, gak pernah bilang engga sama Mama dan kalau dirumah tuh nempel terus sama Mama. Percis seperti Kakek Erick dengan Nenek Diana. Tapi tidak sama denganku, Dav."
"Ya, kamu benar, Om Fariz memang sama seperti Kakek Erick." Davan mengangguk. "Tapi kamu juga seperti itu dengan Metha, tidak bisa bilang tidak ke Metha, aku rasa Metha begitu memanfaatkan kebucinanmu, Al." Davan berbicara penuh dengan hati hati.
"Ck, kamu samanya dengan Papap dan Mama." Kesal Aldrich, "Tidak menyukai Methaku." lanjutnya lagi.
Davan menarik nafasnya dan menghembuskannya perlahan, berbicara dengan Aldrich membutuhkan kesabaran ekstra, Aldrich slalu tidak menyadari kesalahannya dan slalu menganggap apa yang diperbuatnya itu benar. Cinta membutakan mata hatinya, itu yang ada dalam pikiran Davan. Davan tidak ingin Aldrich menghindar dan menjaga jarak darinya hanya karna Davan tidak menyukai Metha.
"Suatu saat kamu akan mengerti Al, apa itu cinta apa adanya. bukan cinta yang adanya apa." Ucap Davan.
"Aku heran, Dav. kenapa semua orang menilai Metha tidak baik, padahal karna Metha hari hariku jadi bersemangat."
"Ya, kamu bisa bicara seperti itu karna kamu sedang bucin bucinnya ke Metha." Jawab Davan.
"Dan kamu tidak mengerti karna kamu belum pernah jatuh cinta, Dav." Ucap Aldrich enteng.
Davan hanya mengerdikan bahunya sambil fokus menyetir. "Dasar bucin akut." Batin Davan.
Setelah dua puluh menit, mereka tiba dirumah keluarga Fadhil.
"Lama, kemana dulu?" Tanya Chelsea sambil bertolak pinggang.
Aldrich mendekat untuk cium pipi Chelsea namun Chelsea mundur satu langkah.
"Udah istri orang dia, Al." Ledek Davan.
"Ck, padahal cuma cium pipi." Kata Aldrich kesal.
"Bukan muhrim." Sahut Zayn yang menarik pinggang Chelsea lalu mengecup puncak kepalanya.
"Haishhhh, Kak Zayn, ekspresi muka datar tapi bucin itu ga pantas, tau gak." Cibir Aldrich.
Chelsea dan Davan tertawa.
"Wajar bucin, sama istri sendiri. Biar istri makin cinta. Yang gak wajar itu bucin sama cewek yang belum jadi muhrim, karna belum tentu berjodoh." Kata Zayn menusuk hati.
"Nyindir ceritanya??" Balas Aldrich.
"Udah udah." Chelsea mencoba melerai perdebatan antara kedua sepupu itu. "Yuk masuk, semua udah pada nunggu." Ajak Chelsea.
Zayn makin mengeratkan pelukannya pada Pinggang Chelsea, lalu berbisik. "Udah beres, Sea?"
Chelsea mendongak menatap wajah Zayn yang sedang menaik turunkan halisnya.
"Ishh Kakak, nanti didengar orang." Wajah Chelsea memerah sementara Zayn memasang wajah tanpa berdosa.
"Oh tuhan, kenapa keluarga ini dipenuhi dengan orang orang mesum, Om Fadhil, Kakek Erick, Om Bryan, Om Tristan, Papap." Keluh Aldrich. "Dan mereka mesum tanoa mengenal tempat." Keluhnya lagi.
Davan tertawa, "Sabar, Al. Makan dulu yang banyak karna melawan naffsuu juga butuh tenaga." Ledek Davan.
***
"Ra, setelah menikah nanti, kita tinggal di rumah yang sudah ku sewa ya." Kata Bisma dengan manisnya. "Maaf, aku hanya mampu menyewa rumah untuk satu tahun kedepan."
"Dimana itu Mas?" Tanya Clara.
"Jaraknya dekat dengan butik tempatmu bekerja, tapi rumahnya minimalis, cukup untuk kita berdua."
Clara mengangguk, pasalnya setelah ia menikah, sang Kakek akan dibawa oleh tantenya ke singapura untuk meneruskan pengobatan, Clara juga tidak mempermasalahkan rumah yang disewa dan tidak terlalu besar itu, karna Bisma bukanlah seorang anak pengusaha, keluarga Bisma cukup sederhana, orangtuanya bekerja sebegai wiraswasta, dan Bisma memiliki seorang Kakak perempuan yang sudah hidup menjanda karna ditinggal selingkuh oleh mantan suaminya dulu. Bisma sendiri bekerja sebagai manajer pemasaran disebuah perusahaan swasta.
"Aku tidak masalah, Mas. Ditahun pertama kita bisa menyewa, semoga tahun depan berikutnya bisa ngumpulin uang untuk uang muka rumah dan kita bisa menyicilnya." bersama. " Jawab Clara tersenyum.
Ponsel Bisma berdering, namun Bisma mengabaikannya.
"Mas ponselmu." Ucap Clara.
"Biar saja, Ra. Aku kan sedang menyetir." Jawab Bisma.
Clara diam dan tampak berfikir, ia mempunyai kecurigaan yang tinggi, karna itu tidak banyak pria bertahan dengannya karna menurut banyak pria, Clara posessif dan begitu cemburuan.
Bisma mengerti apa yang ada dalam pikiran Clara. Saat dilampu merah, Bisma mengambil ponselnya dengan penuh percaya diri, "Ini teman kantor, Ra. namanya Sammy."
Mata Clara memandang layar ponsel milik Bisma yang berdering kembali, tertera nama Sammy dengan foto profil seorang pria.
Clara tersenyum. "Maafkan aku, Mas."
Bisma tersenyum samar, tentunya Clara tidak melihatnya.
"Aku bukan type orang yang gampang dekat dengan wanita, pasti Ibu sudah bercerita banyak hal padamu."
Clara mengangguk meski Bisma tidak melihatnya, "Iya Mas, Ibu sudah banyak cerita, karna itu diumurmu yang sudah menginjak tiga puluh tiga tahun kamu belum juga menikah." Jawab Clara.
"Itu kamu tau." Bisma sedikit menggoda Clara.
Usia Bisma memang terpaut sepuluh tahun dengan Clara, Bisma memang tidak pernah dekat dengan wanita, karna memang ia tidak tertarik dan tidak bisa dekat dengan wanita. Itu alasan sang ibu menjodohkannya dengan Clara, anak dari almarhum sahabatnya. Hal itu malah membuat Clara tertarik pada Bisma, ia berfikir sikap Bisma yang tidak mudah dekat dengan wanita akan membuat Bisma setia dan tidak akan pernah selingkuh. Tanpa Clara ketahui ada hal lain yang akan terjadi nanti didalam rumah tangganya.
Clara bukan gadis lemah dan manja, ia begitu mandiri karna ditinggal oleh kedua orang tuanya sejak kecil. Hidupnya yang hanya bersama sang Kakek membuat Clara menjadi sosok yang kuat dan penuh kewaspadaan.
**
Sabar ya Readers, ikuti alurnya dulu biar ga bingung. Kan ga seru kalau tau tau udah konflik lagi aja.
Biar Aldrich di alur hidupnya dan begitu pula dengan calon jodohnya Aldrich nanti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Yus Warkop
clara kayanya calon suamimu agak menyimpang
2025-02-12
0
𝒮🍄⃞⃟Mѕυzу᭄
hwaiting
2024-11-12
1
Anna Adjah
keknya bisma ini suka sama lelaki
2024-07-31
1