Clara membawa Aldrich keruangan Ragil, namun Ragil mengernyitkan dahinya saat melihat Aldrich lebih dekat.
"Miss, ini Aldi, teman saya yang mau kerja jadi supir butik." Ucap Clara.
"Ini CV saya, Pak." Aldrich menyerahkan sebuah amplop coklat dimeja Ragil.
"Miss, panggil eike Miss dan bukan Bapak. eike bukan Bapak kamu." Kata Ragil, Pria yang berpenampilan maskulin namun setengah gemulai itu yang memang slalu kesal jika dipanggil Bapak.
"Eh iya, Maafkan saya, Miss." Ucap Aldrich.
Ragil membuka amplop berisikan CV Aldrich lalu membacanya dengan seksama.
"Aldi? Bukankah dia Adrich putra satu satunya Nyonya Stevi Dewantara, Donatur tetap diyayasan rumah sakit anak yang dikelola oleh dokter Vino?." Batin Ragil.
Ragil memang mengenal Stevi sebagai donatur tetap dirumah sakit milik Vino kakaknya Alesha, dan meskipun Ragil tidak mengenal Aldrich, tetapi Ragil tau Aldrich adalah putra satu satunya keluarga Dewantara, karna beberapa kali Ragil pernah melihat Aldrich menjemput sang ibu diacara amal yang sering diselenggarakan dirumah sakit.
"Aldi, namamu Aldi?" Tanya Ragil meyakinkan.
"Iya, Miss." Jawab Aldi mantap.
Ragil hanya mengangguk, lambat laun ia akan sedikit demi sedikit mencari tau apa motif dibalik Aldrich seorang pewaris tunggal Dewantara mau menjadi supir dibutik Erlasha.
"Karna butik sedang membutuhkan supir, kamu bisa mulai bekerja hari ini juga." Kata Ragil.
Aldrich mengembangkan senyumnya, "Terimakaish Miss." Ucap Aldrich kemudian ia melirik kearah Clara.
**
Clara menghembuskan nafasnya kasar saat harus membayar tagihan listrik dan air dari uang pribadinya. Rasanya gaji yang baru saja masuk ke rekeningnya hanya numpang lewat saja. Belum lagi potongan dari cicilan pinjamannya saat untuk membayar perpanjangan kontrakan.
"Mas Bisma keterlaluan." Batin Clara.
Andai tidak ada rasa malu, Clara sangat ingin menangis meratapi hidupnya, namun ia masih menahan diri dengam sisa ketegarannya.
Gajinya dibutik tidaklah besar, tapi sebelum menikah gaji itu cukup untuk menopang hidupnya bahkan Clara bisa menabung. Tapi berbeda dengan saat ini, semenjak Clara mempunyai cicilan pinjaman untuk membayar perpanjangan kontrakan, Gajinya sangat menjadi pas pas an. Bahkan bulan ini mungkin berkurang karna ia harus membayar tagihan listrik dan air bersamaan.
Aldrich menunggu Clara diluar Butik, ia mondar mandir melihat kearah pintu butik, berharap Clara akan keluar untuk makan siang. Namun Clara tak kunjung keluar.
Aldrich berinisiatif untuk menyusul Clara kedalam butik, ia akan beralasan ke pantry untuk membuat kopi.
"Ini makanlah, Ra." Kata Ragil memberikan sebuah roti pada Clara.
Clara tersenyum. "Makasih Miss." Jawabnya.
"Jangan bilang diet, Ra. Bentuk tubuhmu sudah ideal. Jika gajimu bulan ini kurang karna cicilan pinjaman, kamu bisa bilang eike." Ucap Ragil.
"Terimakasih, Miss.. Aku ada uang koq, hanya lagi malas makan saja." Clara tetap tersenyum menyembunyikan masalahnya meski Ragil tau akan hal itu.
Diam diam Aldrich mendengar percakapan itu. Ia segera keluar sebelum Clara dan Ragil mengetahui bahwa dirinya menguping.
"Wanita yang baik, sok sok an mau bayarin bubur tadi pagi, tapi sendirinya lagi kesusahan." Batin Aldrich.
Aldrich segera membuka aplikasi food online ia mencari letak restoran terdekat agar tidak memakan banyak waktu.
Lima belas menit kemudian, driver food online datang membawa pesanan Aldrich. Aldrich segera menghubungi Clara agar mau keluar dari butik dan menemuinya.
"Al.." Panggil Clara sambil berjalan menghampiri Aldrich yang tengah duduk dibawah pohon rindang dekat dengan mobil yang berjejer rapih diparkiran.
Aldrich tersenyum. "Ra. Aku kira kamu gak kesini."
"Aku pasti kesini kalo kamu panggil, apa kamu membutuhkan sesuatu?" Tanya Clara.
Aldrich menggelengkan kepalanya lalu menarik pergelangan tangan Clara agar mau duduk didekat Aldrich. "Tadi aku pesan makan siang via food online, tapi malah ke klik dua kali dan aku baru sadar pas driver sudah jalan kesini. Bantu aku menghabiskannya ya, Ra." Ucap Aldrich.
"Ishh dasarr cowokk, harusnya teliti sebelum klik pesan." Kata Clara menepuk lengan Aldrich.
Aldrich tertawa.
"Lagian kenapa gak kamu kasih aja ke driver online nya." Kata Clara.
"Udah aku kasih, tapi orangnya nolak, katanya lagi puasa." Jawab Aldrich berbohong.
Clara mengangguk, "Berarti rejeki aku, makasih ya Al." Clara membuka kotak mika makananan itu, ia tersenyum dan bersyukur dalam hati bahwa siang ini mendapatkan makan siang gratis.
"Abisin ya, Ra." Kata Aldrich tersenyum.
Kebersamaan mereka tak luput dari perhatian Ragil yang memperhatikannya dari kaca jendela ruangannya. "Sepertinya putra Dewantara itu mengincar Clara. Apa dia tidak tau ya jika Clara sudah menikah." Gumam Ragil.
**
Bisma pulang seperti biasa, Clara sudah cukup lelah dan malas bertemu dengan Bisma meski pada akhirnya Clara tak bisa menghindarinya.
"Kamu tidak masak?" Tanya Bisma saat membuka tudung saji dimeja makan dan tak menemukan apapun didalamnya.
"Aku tidak ada uang lagi untuk membeli bahan makanan." jawab Clara santai.
Clara tidak perduli jika Bisma marah. Memang pada kenyataannya uang Clara sudah habis untuk cicilan pinjaman dan bayar tagihan listrik juga air.
"Kamu mau menyindirku karna aku tidak pernah memberimu uang?" Bisma bertanya dengan dengan nada emosi.
Clara mengerdikan "Itu sih balik lagi ke diri kamu sendiri, Mas. Memang kamu merasa aku menyindirmu?"
Bisma terlihat geram, ia mengepalkan jari jarinya. "Mulai berani kamu ya, Ra." Bentak Bisma.
Clara dengan cueknya menatap wajah Bisma, "Kenapa aku harus tidak berani? Bahkan menggugat mu cerai saja aku berani koq." Clara berjalan santai meninggalkan Bisma.
"BERHENTI CLARA!!" Bisma semakin membentak Clara.
Clara menghentikan langkahnya, lalu kembali membalikan tubuhnya melihat kearah Bisma.
"Ada apa lagi?" Tanya Clara setenang mungkin.
Bisma hanya menatap tajam Clara.
"Cukup, Mas. Hentikan drama pernikahan ini. Pernikahan bukan sebuah drama yang dimainkan dihadapan orang orang. Aku tidak tau alasan apa yang membuatmu menikahiku, dan akhirnya aku hanya menjadi pajangan untukmu saja." Kata Clara pada akhirnya mengungkapkan isi hatinya.
Mendengar hal itu Bisma cukup tekejut akan keberanian Clara. Ia mulai memikirkan cara agar Clara tidak menggugat cerai dirinya.
"Ra, kita menikah karna dijodohkan, belum ada rasa cinta diantara kita, aku kira kamu mengerti itu." Suara Bisma kini melembut.
Clara tersenyum sinis. "Tidak akan pernah ada cinta diantara kita, Mas. Karna kita tidak pernah mencobanya." Jawab Clara.
"Apa ini hanya karna urusan ranjang?" Tanya Bisma menyelidik.
"Aku hanya lelah, lelah menghadapimu, aku juga lelah karna harus membiayai kebutuhan rumah tangga yang harusnya itu dipenuhi olehmu." Tekan Clara.
"Dan satu hal lagi, aku menikah tapi tidak merasa menikah, memiliki suami tapi berasa tidak memilikinya, bekerja mencari uang tapi tidak bisa menikmatinya. Itu yang membuatku lelah, belum lagi soal Ibumu yang menekanku soal cucu padahal anaknya sendiri yang bermasalah." Clara membuang nafasnya kasar setelah mengungkapkan seluruh isi hatinya, kemudian ia masuk ke kamar dan menutup pintunya dengan sedikit keras.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Sweet Girl
Nah luuu Miss Ragil tau...
2024-04-21
2
═ NISA ═
bagus Clara...
2023-04-09
1
Rahayu Rahayu
semangat teman
2022-08-22
1