"Al?" Tanya Clara memastikan.
"Aldi." Jawab Aldrich. "Ya, namaku Aldi." Lanjutnya lagi.
Clara tersenyum kemudian membalas jabatan tangan Aldrich.
"Kamu asli orang sini, Al?" Tanya Clara sambil berjalan menelusuri trotoar, sedangkan Aldrich mengikuti langkah Clara.
"Tidak, aku dari jakarta." Jawab Aldrich.
"Oh ya? sama dong, aku juga dari Jakarta." Kata Clara.
"Benarkah? Kamu disini sedang berlibur?" Tanya Aldrich lagi.
Clara menggelangkan kepalanya, "Aku kesini lagi tugas, dampingin bos menuhin undangan fashion show nanti malam." Jawab Clara, "Kamu sendiri?" Kali ini Clara yang bertanya.
"Sama, aku juga disini lagi dampingin bos." Jawab Aldrich percaya diri.
Aldrich memang sudah memutuskan untuk tidak membawa embel embel nama Dewantara. Ia ingin menemukan seorang wanita yang bisa mencintai apa adanya, bukan ada apanya. Entah mengapa saat mengetahui Clara berbaik hati membayarkan minumannya di kafe tadi membuat hati Aldrich sedikit tersentuh.
"Bos kamu...??" Clara ragu ragu untuk meneruskan pertanyaanya, karna yang Clara lihat justru Aldrich seperti seorang eksekutif muda, hanya saja penampilannya sedikit berantakan.
"Bosku lagi bawa mobil ke bengkel, kebetulan pemilik bengkel itu masih sodaranya, nah aku disuruh nunggu. Ehh aku lupa dompetku tertinggal di mobil." Entah ide dari mana, Aldrich bercerita bohong seperti itu.
"Kamu supir?" Tanya Clara.
Aldrich mengangguk, "Iya." Aldrich diam sejenak, kemudian bertanya sesuatu, "kamu mau kan berteman sama supir sepertiku?"
Clara tersenyum, "Supir juga manusia, Al. Semua orang dihadapan tuhan tuh sama."
Aldrich mengangguk.
"Kamu mau langsung ke hotel?" Tanya Aldrich.
Clara mengangguk, "Iya, aku menginap di hotel XX."
"Sama, Bosku juga menginap disana." Ucap Aldrich. Padahal dirinya sudah memesan hotel ditempat lain.
"Kalau begitu, kita akan bertemu lagi." Kata Clara dengan senyum yang membuat Aldrich melted.
"Kamu berapa lama di Bandung, Ra?" Tanya Aldrich.
"Hmm, aku baru datang tadi, kemungkinan lusa baru balik." Jawabnya Clara.
"Besok masih dampingin bos?" Tanya Aldrich lagi.
"Tidak, besok bos ada acara keluarganya disini, dan aku paling stay di hotel saja."
"Gak mau jalan-jalan disini, Ra?" Aldrich mencari celah untuk bisa bertemu Clara kembali.
"Aku takut nyasar, gak berani pergi sendiri juga."
"Kalau pergi sama aku gimana?" Tanya Aldrich yang seketika membuat Clara menoleh kearahnya.
"Maksudku, besok bos ku juga ada acara, dia nyuruh aku jalan jalan sendiri, tapi gak ada temennya." Aldrich menggaruk keningnya yang tidak gatal itu.
"Boleh, jam berapa?" Tanya Clara antusias, ia memang ingin sekali merefresh pikirannya yang merasa jenuh akhir akhir ini.
Aldrich tidak menyangka Clara merespon ajakannya.
"Habis sarapan aja, jam delapan aku tunggu direstoran hotel." Kata Aldrich.
"Bos mu bagaimana? tidak mengantar dia dulu?" Tanya Clara.
Aldrich sempat lupa jika kini dirinya tengah memainkan sebuah drama. "Bosku kan acaranya dihotel ini juga, Ra..Dia ada rapat seharian di ballroom. Jadi gak akan kemana mana. Aku juga boleh membawa mobilnya."
Clara mengangguk, "Baik sekali bos mu itu. Tapi bagaimana jika kita pergi naik angkutan umum saja, biar gak pusing cari parkir. Aku ingin jalan jalan di pusat kota, masjid agung, dan sekitarnya."
Aldrich merasa terpesona dengan kesederhanaan Clara, bahkan Clara menolak menaiki mobil mewah dan lebih memilih naik angkutan umum.
Aldrich tersenyum. "Boleh. Nanti kita naik Taxi online saja untuk sampai kesana."
Akhirnya mereka berpisah di lobby hotel, Clara ijin pamit duluan karna harus mempersiapkan diri untuk acara nanti malam bersama Ragil. Sementara Aldrich dengan begitu niat melakukan check ini dengan kamar yang biasa saja asal bisa satu lantai dengan Clara.
Setelah mengisi daya batrai ponsel di resepsionist hotel, Aldrich menelpon Joni.
"Iya tuan muda." -Joni-
"Kita pindah menginap di hotel XX" -Aldrich-
Joni tampak kebingunan, pasalnya ia sudah check in dan memesan kamar presidential room untuk bos nya itu.
"Tapi Bos, saya sudah membayar penuh di hotel YY" -Joni-
"Biarkan saja, kamu cepat bawa koperku kesini, aku lelah dan ingin beristirahat." -Aldrich-
Dengan sepihak Aldrich memutuskan panggilannya. Sementara disebrang sana, Joni tampak bingung, tiba tiba saja bos nya mendadak labil.
**
Joni membolakan kedua matanya kala mengantar koper milik Aldrich langsung kekamarnya.
"Tuan muda, gak salah pesan kamar standart room begini?" Tanya Joni terkejut abil mengedarkan pandangannya kepenjuru kamar.
"Engga lah Jon. Aku emang lagi mau dikamar seperti ini." Jawab Aldrich. "Mana koperku, bereskan pakaianku ke lemari." Ucapnya lagi lalu Aldrich duduk bersandar diatas tempat tidur.
"Kalau tuan muda disini, saya dimana?" Tanya Joni menggaruk tengkuknya yang tidak gatal itu.
"Kamu pesan saja presidentian room, biar kayak bos beneran." Jawab Aldrich.
Joni mengernyitkan dahinya. "Maksud tuan muda?"
Aldrich membuka ponselnya, melihat email masuk diponselnya.
"Selama disini, kamu bosnya dan aku supirmu. Jangan banyak bertanya dan lakukan saja apa perintahku." Aldrich berbicara tanpa menatap Joni, bukan berarti Aldrich sombong melainkan ia enggan melihat raut wajah Joni yang pasti ingin menanyakan banyak hal.
"Dan berhenti memanggilku tuan muda selama disini." Lanjut Aldrich lagi.
Joni masih mencerna apa perkataan bos nya itu. "Apa tuan muda salah makan sesuatu ya?" Batinnya.
"Jangan melamun, cepat pergi kekamarmu." Usir Aldrich.
"Iya tuan muda." Joni keluar menggaret kopernya sendiri, ibarat pepatah, ia mendapatkan durian runtuh, ia bisa tidur dikamar presidential room.
Sementara Aldrich, mulai mencari tau soal Clara, sayangnya ia tidak tau nama panjang Clara sehingga sulit menstalker Clara di media sosialnya.
"Kali ini, Mama pasti menyukai calon menantunya." Batin Aldrich dengan percaya diri kemudian ia merabahkan dirinya dan tertidur karna lelahnya.
**
Clara tengah bersiap menghadiri undangan acara fashion show bersama Ragil. Ia memakai pakaian yang disiapkan oleh Alesha, menurut Alesha, karyawan yang menjadi utusan butik Erlasha harus tetap berpenampilan menarik, karna akan menjadi daya tarik tersendiri di dunia fashion.
"Ra, kamu cantik banget, eike kalo cowok naksir deh sama kamu." Ucap Ragil.
"Ya ampun Miss, Miss kan cowok." Kata Clara sambil tertawa.
"Ishhh eike kan cowok gak mateng, Ra. Doyannya aja sambalado terong."
"Hah, koq sambalado terong sih Miss?"
"Iya, Ra.. Kan ada istilah terong terongan sama cabe cabean, kalo disatuin diwajan jadi sambalado terong, alias terong yang masih muda muda gitu."
Sebenarnya Ragil pria yang sangat tampan berwajah oriental, dari segi penampilanpun sebenarnya Ragil berpenampian seperti pria pada umumnya, namun ia tidak tertarik pada wanita dan lebih senang menggoda pria.
Ketertarikannya pada dunia Fashion membuat Ragil semakin jauh kedalam dunianya sendiri.
"Oh ya Miss, besok aku ijin keluar ya Miss. Mau jalan di pusat kota Bandung." Kata Clara.
"Sama sapose?" (Sama siapa?)
"Ada temen disini, Miss. Kebetulan besok udah janjian, kita jadi pulang lusa kan?" Tanya Clara.
Ragil mengangguk. "Ya udah, hati-hati dan ponselmu harus aktif terus, nanti berkabar terus sama eike ya."
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Yus Warkop
aseeek
2025-02-12
0
Sweet Girl
Iyeeee
2024-04-21
2
Sweet Girl
Cowok Mengkel
2024-04-21
1