"Belanjaanmu banyak sekali Tha? Pasti Kak Aldrich yang membayarnya ya?" Tanya Lisa teman dekat Metha.
Metha mengangguk sambil memilih pakaian yang akan ia beli, padahal kini dikeranjangnya sudah banyak baju yang belum ia bayar. "Punya pacar kaya, ya dimanfaatin lah Lis." Kata Metha penuh percaya diri.
"Hemm sombong!! Jangan jangan Kak Aldrich puas dengan service mu di ranjang, ya?" Tebak Lisa.
"Ishhh, tidak Lis, Dia belum pernah menyentuhku, bahkan bercumbu pun tidak pernah. Membosankan sekali." Keluh Metha.
"Serius Tha? Jadi kalian belum pernah sama sekali begituan, tapi Kak Aldrich bisa seroyal ini padamu." Tanya Lisa dengan tak percaya.
Metha mengangguk, "Malah aku berpikir, Aldrich itu Imp*oten, atau jangan jangan dia gak doyan cewek, doyannya terong, aku mikirnya kalau aku ini cuma dijadiin status aja." Metha menghela nafas sejenak, "Tapi no problem, yang penting duitnya ngalir, ya gak?" Dan Metha pun tertawa.
"Gila sih, mana mungkin cowok setampan Kak Aldrich yang banyak dikejar kejar wanita ternyata pecinta terong, aku gak yakin." Kata Lisa.
"Jangan salah Lis. Justru cowok ganteng sekarang banyak yang menyimpang. Udah yuk ah, kita bayar dulu, aku udah lapar." Tutup Metha.
Tanpa mereka sadari, tiga orang wanita mendengar percakapan itu, tidak lain dan tidak bukan mereka adalah Stevi, Ghea dan Jessi yang sedang berbelanja bersama untuk kegiatan amal.
"Gila sih ini, Stev. Dia mikir anakmu imp*oten dan seorang pecinta terong." Kata Jessi bergidik ngeri.
"Tapi seengganya Aldrich tidak masuk kedalam pergaulan bebas, hingga detik ini Aldrich tidak pernah melanggar batasan batasan yang kamu sama Fariz terapkan kan Stev." Sahut Ghea bijak.
"Tapi aku jadi takut kalau Aldrich memang seperti yang wanita itu ceritakan, atau aku restui saja mereka ya biar Aldrich menikah dan terbukti bukan seperti yang mereka katakan." Ucap Stevi tidak semangat.
"Janganlah Stev, kamu tidak lihat bahwa perempuan itu hanya memanfaatkan Aldrich saja, aku sih tidak akan mau datang kepernikahan Aldrich jika Aldrich menikah dengan dia." Kata Jessi.
"Sudah, sudah. Yuk kita bayar ini semua. Habis dari sini kita kan masih harus ke yayasan." Ajak Ghea agar kedua sahabatnya itu tidak semakin melantur bicara kemana mana.
Dikasir, Metha tengah berdebat sambil menahan malu yang bercampur dengan kekesalan saat kartu milik Aldrich yang ia gunakan tidak bisa dipakai dimesin edc untuk transaksi.
"Maaf Nona, sudah tiga kali tapi tetap tidak bisa." Kata Kasir itu.
"Masa sih tidak bisa, kemarin saya masih pakai belanja bisa koq dan kartu ini tuh tanpa limit, jadi tidak mungkin kalau tidak bisa. Mungkin mesin edc nya yang rusak." Ucap Metha berapi api.
"Tha, bayar pakai uang cash aja. Malu nih banyak yang antri." Bisik Lisa.
"Aku ga pegang uang cash sebanyak itu, Lis." Jawab Metha berbisik juga.
"Mungkin kartu Kak Aldrich di blokir oleh orang tuanya." Kata Lisa.
"Lihat saja jika itu benar, setelah aku menikah dengan Aldrich, akan ku usir kedua orang tuanya biar hidup menggelandang diluaran sana." Kesal Metha.
Metha tidak menyadari ucapannya didengar langsung oleh Stevi yang tengah menahan emosinya karna Ghea menahannya.
"Jadi gimana, Nona?" Tanya Kasir itu.
"Saya cancel aja, saya harus ke Bank dulu, barangkali kartu saya rusak jadi tidak bisa transaksi." Jawab Metha angkuh.
Sang kasir hanya menggeleng gelengkan kepalanya.
"Masih lama gak ya?" Tiba tiba Jessi bersuara karna sudah kesal melihat Drama Metha yang sok kaya.
"Sabar dong Bu." Jawab Metha kesal.
"Kalau gak punya uang, ya jangan belanja dek, kasian kan pekerja disini harus rapihin pakaian yang kamu batalin itu." Cibir Stevi yang mulutnya tidak bisa lagi menahan ucapan pedas untuk wanita yang menjadi parasit dikehidupan sang putra.
Metha terlihat semakin kesal, ia menghentakan kakinya lalu pergi dari antrian.
Lisa mengekori Metha, "Tha, tunggu Tha." Kata Lisa sambil mengejar Metha.
"Kita gak jadi makan, Tha?" Tanya Lisa.
"Mau makan bayar pakai apa? Kamu lihat sendiri kan kalau kartu Aldrich bermasalah." Kesal Metha berapi api. "Sumpah aku malu banget, apa lagi tadi ada ibu ibu sok sosialita yang mencibir aku." Metha semakin geram mengingat Stevi yang meremehkannya tadi dikasir.
Dikantor, Aldrich tengah mengusap wajahnya kasar saat Metha menghubunginya berkali kali. Metha meminta Apdrich untuk segera menemuinya. Bagai terkena sihir, Aldrich pun menuruti keinginan Metha, ia mendatangi apartemen miliknya yang ditempati oleh Metha.
"Al.." Panggil Metha saat melihat Aldrich tiba di loby apartemen.
Aldrich yang tadi berjalan tergesa gesa langsung menahan langkahnya dan berbalik menghampiri Metha.
"Kamu koq masih disini? Kenapa gak naik ke atas?" Tanya Aldrich.
"Harusnya aku yang tanya kamu. Kenapa aku gak bisa masuk kedalam apartement? Kamu mengganti kode aksesnya ya?" Tanya Metha penuh selidik.
"Oh Tuhan, ini pasti ulah Papap." Batin Aldrich.
"Ayo kita coba dulu." Aldrich meraih tangan Metha dan mengajaknya naik ke unit nya.
Namun benar apa yang dikatakan Metha, Aldrich pun tidak bisa mengakses pintu apartementnya sendiri, menggunakan password, sidik jari dan terakhir kartu akses, tetap saja tidak bisa.
"Kamu lihat kan, Al." Kesal Metha.
Ponsel Aldrich begetar, ia segera mengangkatnya setelah tau siapa yang menelponnya. Tak lain adalah Fariz, sang Ayah.
"Pap.."
"Ajak wanita itu ke perusahaan, Mama mu ingin bertemu." Kata Fariz datar.
Aldrich menghela nafasnya, tapi wajahnya sedikit berbinar. "Mama mau menerimanya, Pap?"
"Cepatlah bawa ksini, Papap masih banyak kerjaan."
Tut....
Fariz mematikan telpon sepihak. Tapi Aldrich merasakan kelegaan dalam hatinya. Aldrich berfikir sang Mama tlah menerima Metha.
"Tha, kita keperusahaanku. Mama ingin bertemu denganmu." Ajak Aldrich.
"Bertemu denganku setelah ia melakukan hal ini padaku, Al?" Tanya Metha tak percaya.
"Tha, yang memblokir kartuku dan mengganti akses apartement ini adalah Papap ku, bukan Mama. Asal kamu bisa merebut hati Mama, aku yakin Papap juga akan menerimamu. Karna Papap slalu menuruti apa keinginan Mama, termasuk jodohku jika Mama merestuinya." Jelas Aldrich singkat.
Metha tampak berfikir. "Benar kata Aldrich, aku harus mengambil hati Mama nya dulu. Baru setelah itu kendali ada padaku." Batin Metha.
Diperjalanan, Metha terus saja menceritakan kejadian memalukan di pusat perberlanjaan tadi. "Aku kesal dengan ibu ibu sok silosialita tadi, Al. Pokonya aku gak akan lupa wajahnya yang seolah meremehkanku karna menyebutku tidak punya uang." Kesal Metha.
"Sabar sih Tha, namanya juga ibu ibu, kita yang muda harus mengalah." Kata Aldrich bijak menasehati sang kekasih.
"Gak ada dalam kamusku sabar menghadapi ibu ibu sok sosialita kayak begitu, Al. Lihat saja jika aku bertemu lagi dengannya, aku tak akan melepasnya, akan aku sumpal cabai satu kilo ke mulutnya yang nyinyir itu."
Aldrich hanya menghela nafas, ia sudah terbiasa menghadapi sifat kekasihnya yang mudah meledak ledak ini.
"Nanti didepan orang tua ku, kamu harus menjaga sikap, Tha. Bantu aku meyakini kedua orang tua ku bahwa kamu layak aku perjuangkan."
Metha tersenyum, tentunya senyuman palsu yang ia lihatkan pada Aldrich. "Tentu saja, Al. Aku pasti dengan mudah mendapatkan hati Mama mu." Metha berbicara dengan penuh percaya diri.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Lindo Riee
setelah bertatap muka lgs shik shak shok tu metha g jd kasih cabe/Joyful/
2025-01-04
0
Yus Warkop
kenapa aldrick begitu dibutakan yah
2025-02-12
0
Yus Warkop
bentsr lagi rasain dasar sundel
2025-02-12
0